Hari ini Rey sangat jenuh lantaran di kantor ada saja perkejaan untuknya yang seakan menumpuk minta di kerjakan, bahkan sudah jam 8 malam baru ia selesai. Membuatnya kelaparan namun ia tak ingin makan di rumah yang ada nanti papanya menanyakan tentang pekerjaan lagi dan lagi makanya ia ingin makan di luar namun tak ingin pergi sendiri.
Namun mengajak siapa ?, ia bahkan tak punya teman yang benar-benar tulus kepadanya dan yang ada nanti saat makan malah membicarakan tentang pekerjaan lagi, ia jadi teringat akan seseorang.
Rey mengambil hp dan menghubungi nomor orang tersebut dan tak lama tersambung.
"Hallo apa kau sudah pulang ?" ~ Rey
"Belum kenapa ?" ~ Dina
"Mau makan bersama, aku yang traktir" ~ Rey
"Baiklah" ~ Dina
"Tunggu ku di depan aku akan ambil mobil dulu" ~ Rey
Rey mematikan telfonnya dan segera ke parkiran untuk mengambil mobil. Dan di depan lobi terlihat Dina sudah menunggunya, ia menurunkan kaca mobil dan menghidupkan klakson untuk memanggil Dina.
Dina melihat sekitar terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam milik bosnya itu, tak menyangka jika sang atasan akan mengajaknya makan, atau lebih tepatnya teman yang dulu suka membullynya.
"Apa kau yakin mengajakku makan ? jika karyawan yang lain tau memangnya kau tidak malu ?". Tanyanya ketika sudah di dalam mobil namun terlihat Rey malah tersenyum miring.
" Tidak apa-apa lagi pula yang lain sudah pulang, aku malah yang penasaran kenapa kau mau makan denganku ? kau tidak takut jadi bahan pembicaraan orang ?". Dina tersenyum tipis, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu.
"Kita tidak bisa membungkam mulut orang kan ?, padahal kita tidak melakukan suatu kesalahan tapi orang tetap suka membicarakan urusan orang lain". di sela menyetirnya Rey melirik Dina yang tengah melihat jendela.
Ia cukup kagum sekarang cara pemikiran Dina berbeda dengan terakhir mereka bertemu, Dina yang sekarang berani menjawab pertanyaannya bahkan tak takut padanya padahal ia sekarang adalah CEO.
Setelah selesai makan Rey mengantarkan Dina pulang, karena hari juga sudah terlalu larut. Tak lupa ucapan terima kasih Dina berikan karena sudah mentraktir dan mengantarkannya pulang.
*******
Rey sesekali mengajak Dina untuk sekedar jalan berdua karena keduanya merasa nyaman hingga tak sadar ada sekedar perasaan yang lebih dari sekedar teman. Perasaan saling ingin melindungi, menyayangi, ingin memiliki dan sampai pada mencintai.
" Dina maukah kau jadi pacarku ?". Dina langsung menatap Rey dengan tatapan tak percaya jika ia baru saja di tembak.
"Apa kau tadi menyatakan perasaanmu ?". Terlihat Rey tersenyum dan tak hanya itu Rey bahkan menggenggam tangan Dina dan menciumnya.
" Kau mau apa tidak, kalau tidak nanti kau ku pecat ". Dina menaikkan satu alisnya, tak menyangka jika pernyataan cinta Rey di selingi ancaman, tapi itu tak membuatnya terkejut mengingat bagaimana dulu perlakuan Rey padanya.
" Kau sebenarnya suka padaku atau cuma mau aku jadi pacarmu ? yang benar saja jika aku menolak maka kau memecatku kalau begitu pecat saja aku".
Terlihat raut wajah tak senang ketika Dina malah lebih memilih di pecat ketimbang menerima perasaanya, memangnya Rey kurang apa hingga Dina menolaknya.
"Kau wanita pertama yag menolakku apa kau tau itu ?". Dina mengangguk dan itu malah semakin membuat Rey tak faham juga kesal.
Dina sudah mengira Rey tidak pernah di tolak wanita sebelumnya karena caranya menyatakan cinta saja ada ancamannya kalau di tolak, maka ia ingin sedikit bermain-main dengan Rey.
" Jika kau hanya ingin memilikiku dan ingin mendapatkanku karena ancaman maka aku tidak mau tapi jika kau benar-benar mencintaiku maka aku mau jadi pacarmu". Rey tertawa tak mengerti dengan jalan fikiran perempuan.
"Aku ingin memilikimu karena aku mencintaimu jadi aku anggap kita sekarang pacaran". Tak sempat Dina mengatakan apapun untuk membalas perkataan Rey tapi Rey malah terlebih dulu menciumnya hingga membuatnya terdiam sejenak dan menyentuh bibirnya yang di cium Rey.
" Kenapa diam begitu jangan bilang jika kau tidak pernah ciuman sebelumnya ?". Rey melihat bagaimana ekspresi Dina yang nampak menahan malu dan itu membuatnya tau jika memang Dina tak ada pengalaman dalam ciuman.
Dalam hati ia jadi senang karena tak hanya mendapatkan Dina tapi juga kepolosannya, atau lebih tepatnya kepolosan Dina sedikit ternodai olehnya.
******
Sesekali Rey menyuruh sekertarisnya untuk membelikannya sesuatu atau sengaja menyuruhnya keluar kantor hanya agar Dina bisa leluasa masuk ruangannya untuk ia melepas rindu begitu juga Dina yang kadang alasan ke teman kerjanya ingin ke toilet padahal ingin menemui Rey.
Rey berfikir bagaimana ia agar lebih leluasa bertemu dengan Dina dan agar orang lain tak bisa mengganggu mereka. Terlintas difikiran Rey untuk membelikan sebuah apartemen untuk Dina agar Rey bisa bebas berkunjung dan melepas rindu padahal setiap hari dikantor mereka bertemu walau saat mereka berpapasan mereka akan pura-pura saling tidak kenal.
Saat pulang Rey mengajak Dina kesuatu tempat yang sebelumnya Dina tidak tau dan tidak dikasih tau, hingga tibalah mereka disalah satu apartemen yang cukup mewah.
"Rey ini apartemen siapa ?". tanyanya saat sudah masuk ke apartemen yang mewah.
"Bagaimana baguskan sayang, ini adalah tempat tinggalmu sekarang". Dina yang tengah mengagumi keindahan dan kemewahan apartemen itu jadi berbalik ke arah Rey dan melihat Rey dengan rasa tidak percaya.
"Apa Rey ini terlalu berlebihan". Dina merasa apa yang di lakukan oleh Rey terlalu berlebihan mengingat mereka hanya pacaran dan belum menikah.
"Tidak ada yang berlebihan untuk kekasihku, ini adalah untukmu sayang, dan agar aku bisa leluasa berkunjung". Tuturnya walau begitu Dina masih merasa tidak enak menerima pemberian Rey.
"Tapi ini___"
"Sudahlah terima ya, kalau kau tidak mau berarti kau tidak menghargaiku". Dina menyerah karena tak bisa lagi menolak apalagi Rey bukan lelaki yang akan menerima penolakan.
"Baiklah terima kasih aku mencintaimu".
"Aku lebih mencintaimu sayang".
Setiap hari Rey sudah tidak pernah lagi bertemu Dina diruangannya karena Dina takut akan ketahuan karyawan kantor yang lain dan sebagai gantinya mereka bertemu di apartemen yang dibelikan Rey dan Rey seringkali menginap disana pada akhir pekan, Dina menyetujui Rey menginap namun dia tidak membiarkan Rey satu ranjang dengannya.
Rey setuju dan tidur dikamar yang lain karena apartemen itu mempunyai dua kamar. Sebenarnya Rey merutuki dirinya sendiri dengan membeli apartemen yang mempunyai dua kamar seharusnya ia membeli apartemen yang hanya mempunyai satu kamar saja, agar ia dan Dina bisa tidur satu ranjang.
Rey membuka pintu kamarnya dan terlihat Dina yang sedang memasak dengan dress rumahan yang panjanganya sedikit diatas lutut juga celemek yang terpasang ditubuhnya membuat Rey menelan ludah, padahal pakaian yang di kenakan Dina adalah pakaian santai namun terlihat amat seksi dan menggoda di mata Rey.
Dina berbalik melihat Rey dan menyuruhnya agar sarapan bersama. Bukannya ikut sarapan Rey malah berbalik masuk ke kamar dan menutup pintu karena merasa sesuatu di bawah sana sudah tegak dan mengeras. Sementara Dina yang melihat reaksi Rey saat diajak sarapan bersama malah bingung dan memikirkan ucapannya yang dirasa tidak ada salah.
Rey mengguyur seluruh tubuhnya dibawah shower yang mengalir deras, bersarap adik kecilnya segera tidur kembali karena jika tidak mungkin sekarang Rey akan menerkam Dina dan membuat Dina begitu benci kepadanya juga meminta putus.
Setelah adik kecil Rey tidur kembali, ia langsung bergabung dengan Dina yang sudah ada di meja makan, juga mengatakan kepada Dina agar tidak memakai pakaian yang kekurangan bahan dirumah apalagi diluar.
Dina merasa aneh dengan kata-kata Rey padahal ia tidak merasa menggunakan pakaian yang kekurangan bahan, namun ia menurut ucapan Rey karena tak mau membuat Rey marah padanya apalagi bertengkar.
Hubungan mereka sudah berlangsung selama 5 bulan dan aktifitas mereka masih sama yaitu bekerja dikantor pura-pura tidak saling kenal, berjalan-jalan di akhir pekan ke tempat yang sekiranya jauh dan tak ada orang yang mengenali mereka, tapi bertemu dengan leluasa saat ada di apartemen dan mencurahkan segala rindu yang ada. Walaupun Dina juga iri kepada orang lain yang saling mencintai dan mempublikasikan kepada orang-orang.
Namun dengan segera ia buang jauh-jauh pemikiran itu karena ia tau kastanya dan kasta Rey yang teramat berbeda jauh bagaikan bumi dan langit, walau begitu pasti suatu hari ia dan Rey bisa bersama, sekarang saja ia sangat bersyukur dengan rasa cinta dan kasih sayang yang Rey berikan.
Tak jarang Rey membelikan barang-barang mewah dan branded dengan stok terbatas. Sebenarnya Dina selalu berusaha menolak tapi Rey selalu bilang jika ia tak menghargai perasaan Rey kalau menolak pemberian Rey jadi mau tak mau Dina terima walau ia sering berbohong teman kerjannya.
Seperti tadi pagi saat Dina memakai sepatu pemberian Rey dan berbohong kepada temannya saat bertanya dan menjawab jika sepatu yang ia pakai adalah sepatu kw super namun berharga murah, dan temannya yang mendengarnya percaya begitu saja tapi ada juga yang menanyakan tempat Dina membeli sepatu itu sementara Dina tetap berbohong karena tempat Rey membelikannya sepatu saja ia tidak tau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Susi Andriani
namanya dunia halu apa aja juga bisa
2021-08-07
0
mojang banten
demi kamu aku rela beli apa saja
2021-03-18
0
Dayuni Randaayujarangdikeloni
kilat ya ceritanya,gak ada komplik langsung aja pacaran
2021-03-13
0