part 5

Wellcome back

By: Amanda

jangan lupa like dan comen

happy reading all

__________

Pagi ini Ana sedang bersiap siap dan berkemas memasukan pakaian nya yang ia belum masukan kedalam koper, karena hari minggu ini ia akan pindah ketempat ayahnya yang egois. Sebenarnya Ana sangat malas untuk meninggalkan apartemen yang sudah menjadi teman hidupnya selama tiga tahun, namun mau bagai mana lagi Ana terpaksa harus melakukan itu semua jika tidak mau di ancam ayahnya.

Ana memasukan bedak, lipstik, parfum dan alat kecantikan lainnya kedalam koper besar miliknya. Setelah itu ia memghampiri lemari yang berda di dalam kamar Ana yang semuanya berisi pakaian Ana.

Ia mengambil pakaian yang sudah berlipat maupun yang belum. Pakaian yang sudah berlipat ia langsung masukan kedalam koper, sedangkan yang belum di lipat ia lipat dan kemudian barulah ia masukan kedalam koper.

Ana mengambil peti yang berisi surat di atas meja belajarnya. Ana membuka peti tersebut dan ia melihat peti suratnya sudah penuh dengan tumpukan surat yang sudah ia tulis sejak ia duduk di kelas X SMA.

Ana yang melihat peti suratnya sudah penuh langsung menutup kembali peti surat tersebut kemudian ia masukan kedalam tas ransel miliknya karena peti tersebut tidak terlalu besar sehingga muat di dalam tas yang ia gunakan sehari hari untuk sekolah.

Ia berjalan kearah bingkisan yang berada di tempat tidur, Ana mengambil bingkisan tersebut dan membukanya. Ia mengambil peti yang sudah ia beli tadi malam di mall saat ia mengetahui bahwa peti suratnya tersebut telah penuh.

Ana membuat sebuah note untuk ia tempelkan di peti surat yang baru. Setelah jadi note tersebut, barulah ia tempelkan note itu ke peti yang ia barusan beli. Note tersebut bertuliskan 'SURAT CINTA'.

Setelah selesai, ia memasukan kembali peti tersebut kedalam bingkisan yang ia dapatkan dari mall. Ana meletakan bingkisan tersebut kedekat samping koper yang ia akan bawa nanti agar ia tidak lupa membawa bingkisan tersebut ke rumah yang bagaikan neraka bagi Ana.

Setelah itu ia mengambil handuk yang belum ia masukan dan melenggang berjalan kearah kamar mandi untuk membasahi badannya yang sudah lengket bagaikan permen karet.

Tak lama Ana keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sweter berwarna biru bergambarkan doraemon di bagian perut dan dengan menggunakan celana skinny berwarna hitam pekat.

Ana berjalan kearah meja rias. Ia berdiri di depan kaca dan menyisir rambut yang sudah ia keringkan tadi di dalam kamar mandi menggunakan Hair Drayer, Ana memoleskan tint kebibirnya.

serasa cantik Ana memasukan kembali alat alat yang ia gunakan untuk berdandan dan ia mandi tadi ke dalam tas maupun koper yang cukup besar.

Ana melirik jam emo yang bertengger manis di lengan kiri Ana, ia yang telah melihat sudah jam berapa langsung mengambil snaeker berwarna putih bermotifkan bunga bunga di samping snaeker itu. Ia mengenakan snaeker tersebut ke kaki jenjang nya dan setelah selesai ia berdiri dan menarik koper tersebut dan memakai tas ransel miliknya. Ana menggunakan kecamata putih dan sembari menenteng bingkisan yang berisikan peti surat yang belum terisi sama sekali oleh satu surat pun.

Ana keluar dari apartemen dengan tangan kanan menarik koper dan sedang kan tangan kiri membawa bingkisan. Ia berdiri di depan lift yang sebentar lagi akan terbuka, Ana yang melihat pintu lift terbuka pun langsung masuk kedalam dengan seorang bapak bapak paruh baya, Ana memencet tombol nomor satu dengan maksud ke lantai satu.

Di dalam lift hanyalah ada kecanggungan antara Ana dengan bapak bapak tersebut. Bapak bapak yang berperawakan tinggi besar, berkulit sawo matang dan sanggam tersebut berhasil membuat nyali Ana menciut saat mentap matanya. laki laki itu menoleh kearah Ana setelah merasa ia di perhatikan dengan takut takut oleh Ana.

Ana yang di tatap tajam pun langsung memalingkan mukanya, ia sempat bertemu pandang tadi sebentar sebelum ia memalingkan wajahnya, tatapan tajam dari mata laki laki itu sangat mengintimidasi Ana.

Ana membalikan kepalanya untuk menatap orang itu lagi, tapi Ana di buat kaget karena orang itu memperhtikan Ana yang sedang gelisah dan bercucuran keringat di sisi pelipisnya. Ana melemparkan senyum kikuk kearah orang tersebut dan di balasi juga dengan senyuman tipis milik laki laki itu, tak lama orang itu mengubah ekspresinya kembali dengan datar seperti semula.

Tak lama terdengar sebuah suara dari lift tersebut yang menandakan kalau lift itu sebentar lagi akan terbuka. Ana yang melihat pintu lift terbuka pun bernapas lega seperti orang yang sudah lama di kurung di dalam ruangan tanpa udara, laki laki itu keluar dari lift mendahului Ana yang sedang kesenangan melihat pintu lift terbuka.

'Akhirnya bebas juga dari penjara sesaat,' batin Ana yang merasa lega.

Ia menarik koper dan keluar dari lift tersebut berjalan kearah loby apartemen. Di luar Ana melihat taksi yang sedang menunggu dirinya, Ana berjalan kearah taksi yang sudah berada di depan dirinya yang sedang berdiri.

Supir taksi tersebut keluar dari mobil dan mengangkat koper Ana kedalam bagasi mobil untuk di letakan di sana. Setelah itu ia masuk lagi kedalam mobil dan duduk di bagian pengemudi. Ana yang melihat kopernya sudah di masukan pun langsung membuka pintu mobil dan duduk di bagian belakang sebagai penumpang, toh ia memang penumpang.

"Udah lama nunggunya dek?" Tanya supir tersebut sambil melirik kaca mobil yang tergantung di depan.

"Nggak ko pa, waktu bapak sampai di apartemen pun Ana juga baru sampai di loby," jawab Ana tak sama sekali canggung seperti di dalam lift tadi.

"Ade bukannya penulis yang bernama Nana itu kan," tanya supir yang baru saja mendapatkan ingatanya tentang novel yang sangat ia sukai.

"Bapak kenal dengan saya? Iya pak saya Nana penulis yang bapak maksud tadi," jawab Ana dengan antusias karena ia terkenal juga.

"Iya dek! Bapak sangat suka dengan karya karya adek, bagus bagus banget. Suatu kebanggan bagi saya dapat bertemu dengan adek."

"Wah bapak ini ada ada saja, saya ini mah biasa biasa aja ko. Oh ya pa turun dekat cafe di depan itu ya," tunjuk Ana kearah cafe yang berada di depan mereka, "bapak mau nungguin Ana di cafe kan?"

"Mau lah dek masa ia gak mau. Dek boleh minta foto gak?" Supir tersebut merogoh ponsel di koncet kiri celananya.

"Boleh ko," mereka langsung meneruskan prosesi berpotonya.

"Makasih ya de," aju sang supir dengan rasa bangga telah dapat berpoto dengan penulis idolanya.

Ana mengangguk dan segera pergi dari situ masuk kedalam cafe yang ia ingin tuju tadi. Ia meraih ganggang pintu cafe yang terbuat dari kaca dan membukanya seraya melangkah kedalam cafe.

Ana yang meliahat meja kosong pun langsung menghampiri meja tersebut dan duduk di sana. Ia meletakan bingkisan yang beriskan peti surat itu keatas meja, Ana mengambil ponsel yang berada di dalam saku celananya dan memainkan handphone tersebut.

Ana yang sedang menikmati bermain ponsel pun harus terhenti saat seorang pelayan cafe menghampiri mejanya. "mau makan apa non?"

Ana langsung menoleh keatas menatap pelayan tersebut dan tersenyum, "cumi saus padang satu porsi, minumnya jus alpukat ." Pelayan yang telah mendapatkan jawaban dari Ana pun langsung pergi dari situ untuk membuat kan permintaan Ana.

Ana yang merasa bosan pun langsung mengambil kertas dan pena di dalam tas ranselnya. Ia menulis surat seperti hari hari biasanya di saat ia sedang bersedih dan rindu.

Setelah selesai menulis, Ana menaruh kertas yang ia sudah tulis dan memasukan kedalam peti tersebut. Tak lama setelah ia menulis, pesanan yang ia pesan tadi pun datang.

"Makasih ya," ujar Ana berterimakasih kepada pelayan yang telah mengantarkan makannya ke meja.

"Sama sama non," balas pelayan tersebut dengan ramah dan lembut, Ana tercengang dengan keramahan pelayan tersebut dan di tambah pelayan itu sangat cantik, sungguh sayang sekali ia hanya menjadi seorang pelayan.

Pelayan tersebut langsung pergi dari situ meninggalkan Ana yang sedang menatap dirinya tidak percaya, pelayan itu pun juga tidak mengetahui kalau ia sedang di tatap oleh Ana.

Ana menatap kembali kearah makanan yang telah di letak di atas meja, Ana mengambil saus cumi padang yang berada agak jauh dari dirinya agar lebih dekat dan ia mudah untuk menjangkau.

Baru beberapa sendok ia suap kan kedalam mulutnya, sebuah dering ponsel menghentikan aktivitas Ana. Ana mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja.

"Halo pa," ternyata orang yang menelpon tadi adalah ayahnya.

"Ana kamu di mana."

"Ana lagi di cafe pa, jadi Ana agak lama nyampenya,"

"kamu ini Ana, cepat pergi dari situ dan pulang sebelum papa jemput kamu kesana dan atau papa tidak biarkan kamu keluar lagi."

"Iya, iya pa, Ana bakal cepat baliknya, sabar ngapa pa!" Ucap Ana kesal sambil menyuapkan makanan kedalam mulut agar ia dapat cepat menghabiskan makanan dan pulang.

"Papa tunggu kamu tiga puluh menit, bila kamu belum sampai papa akan jemput kamu."

"Hmmm," jawab Ana dengan malas dan memutuskan sambungan. Ana tidak takut kalau harus di amuk ayahnya nanti karena ia sudah terbiasa mendengar amukan ayahnya dahulu.

Ana menghabiskan makanan yang ia pesan tersebut agar dapat cepat pergi dari situ dan ayah nya tidak memaksa maksa lagi, dasar ayah tidak berperikemanusiaan dengan beraninya ia mencaci maki anak sendiri yang padahal tidak tau apa apa, Ana hanyalah seorang korban akibat kebodohan ayahnya di masa lampau, entah apa itu perbuatan ayahnya yang ia belum ketahui.

Ana langsung menyandang tas ransel miliknya dan berjalan kearah kasir untuk membayar makanan dan minuman yang ia makan tadi, kemudian ia berjalan kearah luar cafe untuk pulang. Namun ia melupakan sesuatu yaitu peti yang berisi surat yang habis ia tulis tadi.

___________

Dika membuka bingkisan tersebut dan berniat untuk mengasihkannya kepada pelayan cafe, namun niatnya itu harus terhenti saat ia membaca sebuah note yang melekat di peti itu.

"Surat Cinta."

Dika yang penasaran pun langsung mendudukan dirinya di kursi yang ada di situ dan mengeluarkan peti dari bingkisan itu. Dika melihat lihat peti tersebut dan membalik balikannya.

Jika kalian tanya apakah Dika sangat penasaran dengan peti yang terlihat sangat unik tersebut, jawabannya adalah YA. Siapa sih yang tidak di buat penasaran jika menemukan hal yang sama dengan Dika.

Dika yang tadinya sangat merasa lapar pun kini hilang begitu saja dengan mudahnya akibat rasa penasarannya lebih tinggi dari pada rasa lapar. Dika yang sedang fokus mengamati peti tersebut di kagetkan oleh seorang pelayan.

"Mau pesan apa mas?" Tanya pelayan itu dengan ramah agar pengunjung betah dan tidak merasa takut.

"Saya mau pesan tapi bawa pulang saja," ujar Dika masih dengan menatap peti tersebut dengan seksama. "saya pesan nasi goreng sepesial di bungkus," ucap Dika memalingkan wajahnya dan menatap pelayan tersebut.

Pelayan tersebut mengangguk.

"Oh ya, siapa tadi yang duduk di sini?"

"Tadi yang duduk di situ barusan adalah seorang perempuan yang kira kira seumuran dengan mas," ujar pelayan tersebut sambil mengingat, " kalu gak salah itu petinya nona yang duduk di sini."

Dika mangguk mangguk mengerti, "oh, peti ini bisa saya yang mengantar nya nanti. karena dia teman saya," kata Dika bohong agar ia dapat membawa pulang peti tersebut dan membukanya.

"Kalau gitu saya permisi dulu," kata pelayan tersebut sambil mengundurkan diri.

Tak berapa lama nasi goreng Dika pesan tadi sudah sampai dengan di bungkus oleh kertas bungkus. Dika langsung membayar uang nasi goreng itu saat seorang pelayan menyerahkan nasi goreng tersebut kepada Dika.

Dika buru buru keluar dari situ untuk menuju rumahnya untuk membuka peti yang berhasil membuat dirinya sangat penasaran denagn peti tersebut.

Sesampainya di rumah Dika langsung berjalan menuju kamarnya yang terletak dia lantai atas. Dika menyerahkan nasi goreng tersebut kepada bibi di rumah untuk di letakan di piring dan di antar ke kamarnya.

Dika menaiki tangga yang cukup suram dan licin dengan berlari lari kearah kamrnya. Dika yang sampai di depan pintu langsung memutar knop pintu yang melekat di situ dan melangkah masuk kedalam.

Dika mendudukan dirinya di sisi ranjang dan membuka peti tersebut. Dika mengangkat alisnya bingung dan menyatukan kedua alisnya saat ia melihat sebuah surat yang tertera di situ, Dika yang penasaran pun membaca isi surat tersebut.

 ~~~

tanggal: 24 Juni 2018

Dear.....

Untukmu yang kurindukan.....

Tidak tau apa lagi yang harus aku tulis kedalam selembar kertas ini

Goresan tinta indah sekalipun tak ada yang bisa mengungkapkan rasa yang terpendam jauh di lubuk hati.

Ada banyak hal yang mungkin tak kau ketahui tentang diriku ini, betapa banyak kekurangan yang terdapat di dalam diriku, dan bahkan kau tidak tau bahwa begitu banyak kemasan cintaku yang tersimpan hanya untukmu seorang kekasihku.

Terimaksih untuk segalanya yang telah kau berikan untukku, yang selalu memberikan warna di setiap hari hariku meskipun tanpa ada dirimu disini.

Aku tahu, mungkin aku bukan yang pertama untukmu, tapi aku berharap aku adalah orang yang terakhir di dalam hidupmu.

Aku ingin kau selalu ada di sisiku, bersama sama melewati hari hari yang begitu indah dan suram.

Aku ingin kau selalu ada menemaniku hingga kita tua nanti, meskipun kadang aku berpikir apakah aku pantas mendampingimu?

from: kekasihmu

 ~~~~

__________

tbc

Author ingatkan sekali lagi kalau sinopsis nya berubah...

jangan lupa like and comen

ig:amandaferina6

fb: Nda

Terpopuler

Comments

Wak Koleng

Wak Koleng

bagus thor

2019-11-26

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!