Wellcome back my Story
jangan lupa like dan comen
Happy reading all
******
Ana menatap cowok yang sedang berdiri di belakang dia duduk dengan tatapan yang tajam seperti singa betina yang melihat anaknya sedang di ganggu oleh singa lain.
Sedangkan orang yang di tatap hanya menanggapi kemarahan Ana dengan wajah kemenangan yang ia tampilkan, dan hal itu pula lah membuat Ana semakin marah di buatnya.
Ana berdiri dari tempat duduk nya dan memalingkan badan agar dapat menghadap dengan Dika.
Ana sangat membenci Dika yang sedang menampilkan seringaiannya di depan Ana, baginya seringaian yang Dika tampilkan pasti ada maksud tersembunyi di dalam pikiran cowok itu yang bakalan merugikan pihaknya.
"KAMUU," geram Ana melihat Dika. Tangan nya terulur untuk menampar Dika, namun belum sampai mengenai kulit wajah Dika, ia menurunkan kembali tangannya dengan menahan amarah yang sudah mencapai klimaks. Ia mengurungkan niatnya tadi karena ia tau bahwa itu akan membawa malapetaka untuknya sendiri karena hukum di Indonesia ini sangat lah ketat. Jika kita menampar seseorang apalagi orang tersebut sangat berpengaruh, kita bakalan terkena imbasnya, atau di sebut dengan senjata makan tuan. maksud pertama ingin memberi peringatan kepada seseorang dengan cara menampar tapi malahan maksud kita tadi membawa masalah bagi diri kita sendiri.
"Kok lo gak jadi pengen tampar gue? Nih tampar muka gue. Tampar!" Ujar Dika sembari mendekatkan wajahnya dengan Ana, "kenapa? Gak berani? Makanya jadi orang tu gak usah sok jago, pengen nampar muka orang aja sampai mikir seribu kali, ah payah lo."
Ana yang mendengar hinaan dari Dika, kedua telapak tangannya langsung terkepal, ia meremas tangannya yang di kepal tadi dengan kuat. Andai saja menampar orang di Indonesia ini di perbolehkan, mungkin sedari dulu Ana sudah menampar muka Dika yang selalu berbicara seeanak jidatnya saja, sampai muka laki-laki itu tidak berbentuk lagi.
Tanpa mengatakan sepatah kata pun Ana langsung pergi meninggalkan mereka semua dan Lona maupun Cika yang sedang terhenti makannya akibat ulah lelaki itu sehingga menciptakan keributan di kantin untuk sesaat.
Lona dan Cika yang melihat Ana pergi langsung beranjak dari situ menyusul Ana yang sudah lumayan jauh, meskipun mereka berdua harus merelakan makanan yang ia pesan tadi yang baru sampai dan hanya sedikit mencicipnya. Yah mau bagaimana lagi rela gak rela harus merelakan demi sebuah hubungan persahabatan.
Lona memasang muka jutek saat ia berlari menyusul Ana dan melewati Dika and the geng. Namun kegiatan nya harus terhenti saat sebuah suara menyadarkan dirinya.
"Neng bayar dulu!!" Teriak ibu kantin karena ia melihat Lona dkk ingin meninggalkan kantin tanpa membayar uang Bakso dan minuman yang mereka pesan tadi.
Lona menepuk jidatnya, kan mereka tadi belum bayar, sialan teman temannya ia menjadi korban akibat mereka pergi duluan sebelum membayar kan uang. Ia segera menghampiri ibu kantin dengan berlari kearah ibu kantin tersebut, dan merogoh uang yang berada di saku baju seragamnya.
"Tadi itu bukan maksud Lona untuk gak bayar tapi Lona tadi mau ngetes bibi, apa ingat atau tidak kalau Lona dan teman teman belum bayar," ujar Lona mengelak.
Ibu kantin yang melihat itu menggeleng gelengkan kepalanya melihat kelakuan Lona yang ada ada saja.
"WOY TUNGGUIN GUE," teriak Lona yang melihat Ana dan Cika sudah sangat jauh dari pandangannya.
******
Ana membuka pintu Apartemennya dan masuk kedalam. Ia mendudukan dirinya di atas sofa yang berada di ruang tamu apartemen yang ia diami.
Ana membuka sepatu yang menjadi alas kakinya untuk berjalan di jalan yang kotor, agar kakinya tidak terkena kotoran yang banyak mengandung bakteri sehingga menyebabkan ia sakit nantinya.
Tinggalah kaos kaki yang belum Ana buka, ia membuka kaos kaki yang terpasang di kakinya dengan menutup hidung. Jujur saja meskipun kaos tersebut ia yang mengenakannya, ia tetap akan merasakan yang namanya kebauan dan geli.
Setelah semua yang ia lakukan untuk membuka sepatu sekolahnya sudah selesai, ia menaruh sepatu tadi di rak sepatu yang terbuat dari kayu jati dan juga di lapisi oleh kaca.
Ia menghela napas gusar dan berlalu dari situ untuk masuk kedalam kamarnya yang tak jauh dari ia berdiri sekarang.
Sesampainya di dalam kamar, Ana meletakan tasnya terlebih dahulu di meja belajar sebelum ia mengganti baju. Ana mengambil baju santai yang ia bakalan kenakan nanti yang terletak di dalam lemari kayu, ia melangkahkan kaki dari situ saat sudah mendapatkan pakaian yang cocok ia pakai untuk bersantai.
Ia masuk kedalam ruangan kamar mandi dan mengganti pakaian dengan yang ia pilih tadi.
Sekitar 7 menitan barulah Ana keluar dari kamar mandi dengan berpakain santai. Ia berjalan kearah meja belajarnya dan membuka tas ransel yang ia gunakan untuk sekolah bisanya.
Ia membuka tas bagian yang paling besar, setelah ia sudah berhasil membuka tas tersebut barulah ia mengambil kertas yang ia sudah tulisi surat di sekolah tadi dengan secara diam diam agar sahabatnya yang keduanya sama sama cerewet level lima tidak mengetahui kegiatan rutinnya menulis surat.
Ana membuka gulungan surat tersebut dan membaca isi surat yang tertera di sana.
♡♡♡♡
Tgl: Jakarta 22 Juni 2018
To: Kekasihku
Hay kekasih tersayang ku, aku hari ini sangat merindukan mu. Asal kamu tau tiada satu orang pun yang berada di hatiku selain kamu, jadi kamu jangan takut kalau misalnya aku nanti selingkuh. karena itu tidak akan mungkin terjadi di dalam hidupku, sebab kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku, pokonya tidak ada yang kedua di hubungan kita.
Aku ingin cerita ke kamu kalau aku tadi di jahilin dengan teman satu sekolahku, andaikan kamu ada di sini, pasti kamu akan belain aku dan nolongin aku ketika di bully. Sayang cepat dong kamu datang, aku uadah lama loh nunggu kamu untuk menemuiku jadi kamu kapan mau nemui aku? Aku selalu menunggumu sayang.
from: orang yang merindukan mu
♡♡♡♡
Ana menutup kembali surat yang telah selesai ia baca dan meletakannya di dalam tempat surat yang berbentuk peti segi panjang.
Ana menghela napas gusar, ia mengaitkan rambut yang menutupi sebahagian wajahnya ketelinga. Ia berdiri dari kursi belajarnya dan keluar dari kamar, dan berjalan ke arah dapur.
Ia membuka kulkas yang ada di dapur itu, Ana yang melihat kulkas tersebut kosong mendengus dan ia menutup kembali pintu kulkas.
Ana menarik kursi yang berada di meja makan dan mendudukan pantatnya di situ sambil merogoh ponsel yang berada di saku celananya. Ana menghidupkan layar ponsel tersebut dan membuka aplikasi yang sering ia mainkan, dan mungkin ia memainkannya setiap hari yaitu Instagram.
krukkkkk
di tengah tengah asiknya bermain Instagram, Perut Ana berbunyi untuk dengan segera di isi perutnya menggunakan makanan empat sehat lima sempurna, karena ia sedari pagi tadi belum makan namun saat ia ingin makan siang, Dika datang menghancurkan semuanya sehingga menyebabkan Ana kelaparan saat ini.
Ia segera memesan makanan melalui aplikasi go food.
Ana meletakan ponselnya di atas meja makan dan ia di situ di dekat meja makan hanya melamun saja, entah apa yang ia lamunkan yang pasti hal yang di lamunkan Ana sangat menyakitkan hatinya.
Ana berpikir apa kurangnya ia sehingga Ana harus di beda bedakan dengan kakanya Misla yang sekarang ini sudah menjadi dokter di London. Ana sewaktu kecil berpikir mungkin gara gara ia selalu di beda bedakan dan harus mengalah ialah karena ia terlalu bodoh di dalam belajar.
Maka dari itu dengan sekeras mungkin ia belajar supaya pintar dan tidak lagi di beda bedakan dengan kakanya Misla. namun usahanya untuk belajar pintar pintar tidak membuahkam hasil, setiap ilmu yang ia dapatkan selalu saja keluar sehingga ia tidak ingat lagi apa yang telah ia pelajari.
Ana sewaktu kecil yang sedang duduk di bangku menengah pertama pun menjadi prustasi dan hampir bunuh diri. Di saat ia sedang melaksanakan aksi gilanya bunuh diri dengan cara meloncat dari atas gedung sekolah harus terhenti saat seseorang ada yang melihat dirinya di atas dan melaporkan kepada guru, sehingga guru berdatangan dan mencegah Ana untuk bunuh diri.
Namun pada saat itu Ana langsung pingsan di tempat dan di bawa kerumah sakit. Di rumah sakit itulah ia mengetahui rahasia yang sejak dulu di jaga keluarganya agar Ana tidak mengetahui. Dan rahasia itu adalah penyebab ia selalu di benci oleh keluarganya karena tidak bisa melakukan apa apa, dan mengapa ia belajar rajin dan tekun tapi tidak pintar. Rahasia tersebut merupaka dirinya terserang kangker otak stadium 2, karena itulah ia di anggap anak yang menyusahkan orang tua, dan parahnya lagi orang tua Ana sejak Ana lahir ke dunia sudah membenci Ana sebab ia lahir tidak normal atau permatur.
Bisa di katakan juga orang tua Ana sombong dan serakah karena ia selalu ingin tampil yang mewah mewah dan enggan berdekatan dengan orang yang penyakitan dan susah. Ana juga tidak tau kenapa ada orang tua yang tidak sayang kepada anak kandungnya sendiri.
Oleh karena itulah Ana saat kelas 1 SMA ia memutuskan untuk tinggal di Apartemen saja dan bekerja sebagai penulis Novel untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membiyayai pengobatan kangker otak yang di derita Ana.
saat Ana ingin berdiri dari tempat duduknya sebuah suara dering ponsel berbunyi dari arah handphone milik perempuan itu. Ana mengernyitkan alis bingung karena ia melihat nama PAPA yang tertera di layar ponselnya.
Ana yang penasaran langsung mengangkat Ponsel tersebut mungkin ada suatu hal yang penting untuk di bahas ayahnya kepada dirinya. Mungkin Ana termasuk orang yang jarang berkomunikasi dengan ayahnya semenjak ia pergi dari rumah, namun sesekali Ana maupun sang Ayah akan menelpon duluan, tapi itu juga bila ada kepentingan.
"Halo pa."
"Ana kamu mulai sekarang tinggal di rumah saja dan papa minta kamu jual itu apartemen dan jangan pernah lagi pergi pergi seperti dulu," ujar sang ayah yang berada di seberang sana untuk meminta Ana tinggal kembali bersama dirinya seperti dahulu.
"Kok papa gitu sih, Ana udah enak enaknya tinggal di apartemen sendirian tanpa ada yang selalu membeda bedakan Ana. kenapa pa! Di saat Ana sudah tenang dan mulai melupakan semua masalah, papa nyuruh Ana buat tinggal lagi di rumah itu. Papa kemana aja kemarin saat Ana memutusakan tinggal di Apartemen? Kenapa papa gak halangin Ana? Dan papa malahan kemarin sangat senang saat Ana mengatakan kalau Ana bakal keluar dari rumah itu. Pokoknya Ana gak bakalan pindah kerumah itu lagi. Hiks hiks hiks," ujar Ana lirih sambil terisak saat mengingat kenangan pahit yang pernah terjadi pada masa kecilnya.
asalkan kalian tau Ana yang sekarang bukanlah Ana yang selemah dulu yang selalu mengalah dan menerima apa adanya saat ia di caci maki oleh mama dan kakanya.
"kamu bisa gak sih nurutin kata papa Ana," kata ayah Ana Toni yang mulai emosi, "kamu tau kan apa akibatnya nolak permintaan papa, papa bakal buat kamu di keluarkan dari sekolah dan tidak ada satu pun sekolah yang mau nerima kamu. Bagaimana?"
Ana yang mendengar itu air matanya semakin deras keluar dan sehingga mata Ana sudah sangat bengkak, ia menghapus air mata menggunakan jari tangan. Ia tidak menyangka papa yang seharusnya menjadi pahlawan untuk seorang anak dengan mudahnya mengancam anak sendiri.
"Ana gak nyagka papa setega ini dengan Ana, papa jahat sama Ana. Masa iya pa hanya gara gara Ana cuman punya penyakit papa marah ke Ana berlebihan. Seharusnya kalau Ana punya penyakit orang tua selalu mendukung anak nya buka malah menjatuhkan. Dengan begitu agar anaknya semangat dalam menghadapi penyakit yang ia derita dan lekas sembuh."
"Papa gak butuh nasehat dari kamu. Cepat jawab kamu mau atau tidak tinggal kembali di rumah"
Denagn air mata yang berlinang ia akhirnya memutuskan untuk, "IYA."
________
tbc
jangan lupa like and comen
ig: amandaferina6
fb: Nda
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Lisa Ca'em
lo katanya kanker otak stadium akhir,tapi bisa bertahan cukup lama juga yaaa🤔🤔🤔
2020-06-22
0