Part 2

welcome to my story

happy reading all

jangan lupa like and comen

_________

Pov Author

Kringggg

Para siswa yang mendengar bel berbunyi dengan segera berhambur keluar dengan semangat 45, karena hal ini lah yang ditunggu-tunggu para siswa saat sedang mengantuk dijam pelajaran yang sedang berlangsung.

Banyak siswa yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, karena dalam belajar selama sembilan jam, hanya ada beberapa saja waktu istirahat. Maka dari itu setiap mereka yang mendengar bel istirahat berbunyi ada yang berteriak, berjoget, dan bertingkah gila lainnya. Meskipun kelas tersebut adalah kelas Ipa, namun yang namanya anak zaman sekarang otaknya yang sudah dicuci oleh teknologi pastilah akan tetap ribut disaat jam kosong dan akan bersemangat bila mendengar bel.

"Na, ke kantin yuk, masa lo di kelas mulu.  gak sumpek apa? Gue aja yang baru pindah kelas ini udah bosan sama ni kelas, itu-itu aja yang ditatap gak ada yang lain, sesekali kek natap cogan yang bisa bikin ni mata seger. Ni mana lagi cowok di kelas ini gak ada yang tampan, culun lagi," Keluh Lona kepada Ana yang sedang duduk di kursinya dengan posisi yang merebahkan kepala di meja dan menenggelamkan kepalanya di kedua lengan yang ia luruskan di atas meja.

"Betul kata Lona, masa lo di kelas mulu Na, gak laper apa? Kan sesekali lo liat dunia luar jangan tiduran mulu di kelas, emang lo kesekolah cuman numpang tidur apa? Maka lo sedari jam pelajaran tadi gue lihat lo tidur mulu," kata Cika membetulkan perkataan yang dilontarkan Lona.

Mereka Ana, Lona, dan Cika adalah sahabat dari sejak SMP. Di saat masih SMP mereka berjanji akan masuk sekolah yang sama dan memilih jurusan yang sama juga. Tidak bisa dipungkiri jika mereka berdua tau tentang kehidupan Ana dengan sedetil-detil nya.

"Yaiyalah gue selalu benar, sejak kapan sih gue gak pernah benar. Nih saking benarnya perkataan gue, sampai-sampai Perisiden bilang ke bonyok gue kalau dia mengakui kebenaran kata-kata yang setiap gue lontarkan, dan malahan juga satu kata yang gue keluarkan akan digajih," jawab Lona dengan bangga. Yah itulah Lona seorang manusia paling konyol di antara mereka dan di tambah lagi paling suka menghayal.

"Lo tadi makan apaan sih Lon, jangan-jangan lo salah makan lagi, maka otak lu miring banget. Kok gue jadi takut ya deket-deket sama lo, natar kalau gue ketularan lo kan gak lucu. mendingan lo cuci otak aja ke dokter sebelum lo gila benaran, apa sih gunanya uang segudang kalau kedokter aja gak bisa," ucap Cika bergidik ngeri dan seraya berdiri menjauh dari Lona yang duduk di sampingnya.

Lona yang mendengar pernyataan Cika langsung menghampiri perempuan itu dan menjitak keras kepala Cika. "Enak aja lo ngatain gue miring. Kan lo sendiri yang ngebenarin kata-kata gue tadi." Nada kesal sangat terdengar jelas saat Lona mengatakan kalimatnya tadi. Ia mengercutkan bibir dan mengelembungkan dua pipinya sehingga ia terlihat sangat menggemaskan.

"Sumpah jelek banget muka lo Lon, sampai gue pengen lari kebirit-birit liat muka lo yang  kaya mbah Kunti pakai baju putih biasanya yang ada di jalan tengah malam."

"Katanya pengen lari, kok lo gak lari-lari juga dari tadi. Apa lo jangan-jangan bohong ngatain gue jelek?" Lona menatap kearah Cika dengan penuh selidik.

"Gue cuman lagi malas lari aja, jadi gue tetap di sini ngenahan semua penderitaan gue gara-gara ngeliat muka lo itu," jawab Cika dengan santainya.

"Semerdeka lo ajalah, gue mah apa atuh."

"Kaya judul lagu miliknya cinta cita."

"Cita Citata," Ralat Lona membenarkan nama salah satu artis dangdut di Indonesia. "Eh Na, lu nulis apaan, panjang amat," tanya Lona penasaran, saat ia tadi menoleh kearah Ana dan tak sengaja melihat Ana yang sedang menulis sesuatu di kertas HVS.

Ana yang mendapat teguran dari Lona ketika tengah menulis pun, dengan refleks ia langsung menarik kertas HVS yang telah ia tulis tadi dengan tangannya sendiri untuk ia jadikan surat yang bakalan menambah koleksinya di rumah.

Ia menggulung surat tersebut dengan cepat agar tidak ketahuan isinya oleh teman-temannya itu. Jika Sampai ketahuan habislah dirinya bakalan diledekin Lona dan Cika habis-habisan, karena sangat menggemparkan sekali jika seorang Ana yang terkenal anti dengan cowok, sangat mengharap kan seorang pangeran datang kedalam kehidupannya.

Cika yang penasaran pun langsung mendekat kerah Ana untuk melihat lebih jelas lagi kertas yang dimaksud Lona tadi. Namun baru hendak melangkah, eh malah si Ana gulung tu surat, kan kalau kaya gini membuat rasa penasarannya sangat tinggi terhadap tu kertas yang diisi dengan tulisan yang cukup panjang.

"Gak papa ko, gue tadi cuman nulis laporan B.Indonesia doang, jadi gak usah mikir yang macem-macem kalian pada. Bukannya lo tadi berdua ngajakin gue kekantin ya? Kalu gitu lah jom kita ke kantin lagi gue mau," ujar Ana untuk mengalihkan pembicaraan mereka dari surat yang ia tulis tadi. Ia menarik tangan Cika dan Lona keluar dari kelas untuk menuju kearah Kantin.

'Huftt hampir aja,' batin Ana lega karena rahasianya hampir saja terbongkar oleh sahabatnya sendiri.

"Ih apaan sih lo Na narik-narik gue kasar amat kaya orang lagi gugup aja," gerutu Lona kepada Ana yang menarik cewek itu kasar seperti seseorang sedang menyembunyiakan sesuatu tapi malah hampir ketahuan sehingga ia menjadi salah tingkah. Meskipun nyatanya itu memang benar adanya tapi tetap lah sahabatnya Lona dan Cika belum tau.

"Iya Na, lo kaya orang yang sedang menymbunyikan sesuatu dari kita. Apa lo jangan-jangan lagi beneran nyembunyiin sesuatu dari kita? Ih kalau betul kasih tau kita dong, masa kita sahabatan tapi gak dikasih tau. Kalau-kalau lo kasih tau kita, kita dapat ngebantuin masalah lo," ujar Cika dengan menatap intens bola mata hazel Ana untuk mengintimidasi perempuan tersebut.

"Apaan sih lo Cik. Otak lo selalu berpikiran negatif mulu, dosa tau souzon dengan orang. Asal kalian berdua ketahui gue gak ada nyembunyiin sesuatu dari kalian," jawab Ana berbohong, "mendingan kita jalan aja lagi ke kantin sebelum bel masuk bunyi." Mereka melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda tadi.

Sesampainya di kantin mereka bertiga langsung memilih salah satu meja yang paling dekat dengan sudut kantin dari sekian banyak meja. Karena bagi mereka jika berbincang lebih nyaman tidak terganggu dari suara berisik di kantin.

"Gue duduk di sini," ujar Lona bersemangat sambil berlari duluan dan duduk di kursi yang bentuknya memanjang bermuatan 4 orang dan meja di depannya yang sama ukurnnya dengan kursi tersebut, dan ia duduk di tengah-tengah meja.

"Lon lu ngalangin jalan gue, mending lo geser lagi kesamping. kalu lo pengen duduk di tengah-tengah jangan masuk duluan, kan jadi gini," ujar Cika dengan kesal.

Lona yang mendengar omelan dari Cika langsung menggeserkan duduknya kesamping, meskipun ia terpaksa melakukan itu tapi mau bagaimana lagi, dari pada ia harus mendengar pidato Cika yang panjang lebar hingga menandingi panjangnya pidato perisiden pertama Soekarno. "Iye iye nenek lampir sabar ngapa, usah ngomel ngomel kali, noh wajah udah keriput ditambah ngomel mulu tambahnya keriput kaya nenek-nenek."

"Diam lo tikus."

"dan lo nenek lampir berisik."

"Udah-udah kalian ini, ini tempat umum jadi jangan berantem di sini," lerai Ana yang sedari tadi sangat jengah mendengar pertengkaran mereka berdua dari perjalanan ke kantin tadi hingga kini sudah sampai, rasnaya telinga Ana yang mendengarkan itu semua sangat sakit dan ingin meledak saat itu juga. Tapi mau bagaimana lagi, meskipun mereka sudah dinasehati tapi tetap juga tidak mengindahkan nasehat tersebut. Awalnya mereka akan diam setelah dinasehati tapi beberapa menit kemudian mereka akan bertengkar lagi, dan hal itulah membuat Ana malas mengurusi mereka berdua lagi.

Tak lama pesanan yang mereka pesan tadi sebelum mereka duduk datang.

"Eh ini bakso gue yang jumlahnya ada lima," celetuk Lona sambil mengambil bakso yang diletakan pelayan kantin di meja mereka. Mereka bertiga sama-sama memesan bakso namun yang membedakan hanyalah jumlah bakso yang mereka pesan, " Dan ini jus jambu milik gue, jangan lo ambil Cik," ujar Lona saat ia melihat Cika ingin mengambil jusnya untuk dipindahkan kearah Lona.

Cika yang mendengar pernyataan Lona menarik napas berulang-ulang kali. Dasar Lona, siapa juga sih yang mau mengambil jus milik dia, lagian Cika sendiri juga punya jus pesanannya sendiri. "Siapa sih Lon yang mau ngambil minuman lo, gue cuman mau mindahin itu aja."

Ana tidak terlalu mendengarkan perdebatan Lona dan Cika, ia terus menyantap bakso yang ia pesan tadi. Ana yang merasakan rasa baksonya kurang nikmat jika tidak didampingi oleh saos pun mengambil saos yang berada tak jauh dari mangkok baksonya.

Namun saat ia ingin menyentuh saos tersebut sebuah lengan besar mendahului Ana yang juga sama ingin mengambil saos tetsebut. Orang yang mengambil saos tadi menumpahkan saosnya di mangkok bakso Ana dengan banyak, hingga saos  yang semulanya penuh kini hanya tinggal setengah botol.

Ana yang melihat itu mukaanya langsung berubah menjadi muram dan tangannya terkepal. Ia menepuk meja pelan menggunakan tangan yang terkepal tadi dan mendongakan kepalnya kesamping untuk melihat siapakah orang yang telah mengusik aktivitas makannya.

Satu kata untuk orang yang memberikan saos tersebut adalah 'FUCKKKK'

"DIKAAA."

_______

jangan lupak like and comen

Ig: amandaferina6

Terpopuler

Comments

Lista123

Lista123

Dika numpahin saos kepiring Ana, entar lama lama jadi cinta nantik.

2019-12-24

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!