Pernikahan Yang Di Rahasiakan

Pernikahan Yang Di Rahasiakan

Episode 01

Sudah 4 bulan lamanya Wulan mengelilingi kota dengan membawa berkas lamaran pekerjaan di tangannya, namun hingga saat ini tak ada 1 panggilan pun yang ia terima.

4 bulan di perantauan tanpa pekerjaan membuat Wulan harus berhemat uang yang ia punya agar bisa cukup sampai ia bisa mendapatkan pekerjaan.

"Ya Tuhan, sampai kapan aku harus menganggur di kota? Bagaimana agar aku bisa segera dapat pekerjaan?" batin Wulan Almira tatkala melihat isi dompetnya yang mulai menipis

Perutnya terasa lapar hingga terus terusan berbunyi keroncongan.

Ia memegang perutnya lalu keluar dari kosan untuk membeli makanan.

Sudah 3 hari berturut turut ia hanya makan mie instan dan itupun hanya 2 bungkus dalam sehari.

Wulan pergi merantau dari desa karena desakan pamannya.

Sejak umur 6 tahun ia sudah menjadi yatim piatu karena kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.

Wulan pun hidup di besarkan oleh pamannya yang tempra mental.

Pamannya seorang duda, istrinya pergi meninggalkannya karena sikapnya yang tak pernah berubah. Seperti selalu marah dan berkata kasar juga ringan tangan.

Sejak kecil Wulan sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu, mengepel bahkan memasak.

Seperti itulah kegiatan Wulan setiap harinya setelah pulang sekolah.

Wulan adalah anak yang pintar dan berprestasi, sejak duduk di bangku SMP Wulan mendapatkan beasiswa hingga SMA.

Sebenarnya banyak guru yang ingin mendaftarkan Wulan untuk mendapatkan beasiswa di jenjang pendidikan yang lebih tinggi namun Wulan menolak.

Bukan karena tanpa alasan, ia menolak karena desakan dari pamannya yang memintanya untuk segera bekerja dan membayar uang yang sudah pamannya gunakan untuk membesarkannya.

Kuliah adalah impian yang sangat Wulan impikan, namun apa boleh buat takdir tak memihaknya.

Setelah makan Wulan duduk di depan lemarinya menumpukkan wajahnya di tengah tengah lututnya.

Ia menangis karena sudah merasa tidak kuat hidup sendiri di kota yang keras ini.

"Jika ayah dan ibu masih ada, mungkin takdir ku tidak akan seperti ini. Aku lelah ayah, aku capek ibu...." rintihan dalam tangisnya

Wulan menangis hingga matanya sembab sebelum akhirnya tertidur karena lelah menangis.

Beberapa hari kemudian, karena tak kunjung mendapat panggilan pekerjaan, Wulan mulai mencari jalan lain.

Siapa tahu ia bisa menjadi asisten rumah tangga sembari menunggu pekerjaan yang lebih mapan.

Beruntung karena dirinya pandai memasak ia pun di terima di salah satu rumah.

Tugasnya hanyalah memasak, sementara untuk beberes rumah tidak usah.

Wajahnya begitu berbinar bahagia karena akhirnya ia bisa bertahan hidup meski dengan gaji yang tidak seberapa.

Di rumah besar itu hanya ada 3 orang, yaitu pak Erwin, bu Rena dan juga anak mereka Gavin.

Bu Rena orangnya sangat baik, sejak Wulan bekerja di rumahnya Wulan sudah tak lagi mencemaskan urusan makan karena bu Rena memintanya untuk membawa makanan saat ia hendak pulang.

Sebenarnya bu Rena juga memintanya untuk tinggal di rumahnya agar Wulan tidak usah pulang pergi, namun Wulan menolak karena ia merasa tidak nyaman dan sungkan.

Saat Wulan sedang beristirahat hp nya tiba-tiba berdering.

Ia membuka matanya dan mengambil hpnya, tertera nama pamannya di layar hp.

Wulan mendengus membuang kasar nafas dari mulutnya.

"Pasti uang lagi" batin Wulan sebelum menjawab panggilan itu

"Halo paman, ada apa" sapa Wulan setelah menjawab telponnya

"Ada apa ada apa, kamu sudah merantau di kota berbulan bulan belum pernah sekalipun kamu kirimi paman mu ini uang. Sudah lupa kamu!?" bentak pamannya

"Paman pikir mencari pekerjaan di kota itu mudah? Selama aku di kota baru beberapa hari ini aku mulai bekerja, aku bahkan..."

"Halah alesan aja kamu! Bilang aja kamu ga mau kasih uang ke paman" sela pamannya di saat Wulan belum selesai dengan perkataannya

"Paman ga mau tau, paman mau kamu secepatnya kirim uang. Kamu mau paman kamu satu-satunya ini mati kelaparan??!" sambungnya lagi

Wulan mengusap wajahnya sembari menghela nafas "Iya iya, begitu gajian nanti wulan akan langsung transfer uangnya, tapi tidak hari ini"

"Kamu kan bisa minta gaji di muka, masak gitu aja kamu harus ajarin"

Air mata Wulan kini tak lagi bisa di tampung, bulir bening itu mengalir membasahi pipi.

Bukan hanya di pusingkan dengan perjuangan hidupnya, ia juga di teror oleh pamannya yang kini audah terbelit hutang gara-gara bermain judi online.

"Halo, Wulan. Kamu denger apa kata paman kan? Halo..."

"Iya, Wulan usahain minta gaji di muka" sahut Wulan lalu menutup sambungan telfonnya.

Ia membuang hp nya ke tempat tidur lalu menangis sejadi-jadinya.

Di usia remajanya ia harus pergi ke kota seorang diri tanpa mengenal siapapun, banting tulang, tersiksa batin dan mentalnya.

Tapi apa boleh di buat, Wulan harus bertahan demi masa depan yang ia harap lebih indah dari pada kehidupannya sekarang.

Hari ini dengan penuh semangat Wulan pergi ke rumah bu Rena untuk bekerja seperti biasanya.

Begitu sampai di depan pintu Wulan menjadi gugup, bagaimana caranya ia untuk meminta gajinya sementara dirinya bekerja di rumah ini belum genap seminggu.

"Wulan, kok masih berdiri di situ, ayo masuk" panggil bu Rena dari dalam

"I iya bu" jawab Wulan sembari melangkah masuk

"Hari ini di rumah akan ada tamu temen arisan, jadi masaknya lumayan banyak"

Wulan mengangguk mengikuti langkah bu Rena menuju dapur

"Oh ya, sebelum masak kamu pergi ke pasar dulu ya beli buah sama daging. Di kulkas habis"

"Iya bu"

Bu Rena mengeluarkan uang dari dalam dompetnya lalu memberikannya pada Wulan.

Bukannya langsung pergi, Wulan masih berdiri di depan bu Rena dengan kepalanya yang tertunduk.

"Wulan, ada apa kok belum berangkat?" tanya bu Rena

Dengan malu malu, Wulan memberanikan diri bertanya "Em... Anu bu, Wulan mau..."

"Mau apa, ngomong yang jelas Wulan"

"Hm... Maaf sebelumnya bu, tidak seharusnya Wulan katakan ini sekarang tapi Wulan sangat butuh"

Bu Rena memerhatikan dengan seksama wajah Wulan yang seperti sedang dalam masalah.

"Katakan Wulan, jangan sungkan" ucap bu Rena sambil memegang pundak Wulan

"Kalau boleh, Wulan mau minta gaji Wulan bu. Wulan tau ini tidak baik, tapi... Tapi Wulan sangat butuh bu. Tidak semuanya juga ga papa, separuhnya saja bu"

Meski tidak tau kebutuhan apa yang begitu mendesak Wulan tapi bu Rena percaya Wulan itu anak baik.

"Baiklah, akan aku berikan separuh gajimu nanti. Sekarang cepatlah pergi ke pasar, ya"

Mendengar jawaban itu seketika wajah Wulan kembali ceria, raut wajahnya tidak bisa berbohong kalau ia benar bahagia.

"Terima kasih bu, terima kasih banyak. Wulan berangkat sekarang"

Segera Wulan keluar lalu pergi ke pasar.

Dari kejauhan pak Erwin mendengar percakapan istrinya dengan Wulan.

"Kenapa ibu setuju.anak itu meminta gajinya di awal, dia kerja di rumah ini baru beberapa hari" celetuk pak Erwin

"Iya pa, kasihan lihat wajahnya ibu ga tega"

"Ibu ini gampang banget percaya sama orang"

"Ga papa pak, ibu kasihan aja lihat dia masih muda sudah mau bekerja. Bapak mau berangkat sekarang?"

"Iya bapak ada meeting, harusnya nanti siang tapi di majuin. Bapak berangkat sekarang, assalamualaikum..."

"Waalaikum salam" sahut bu Rena sembari mencium punggung tangan suaminya itu.

Setelah berbelanja Wulan kerepotan membawa banyak belanjaan di tangannya.

Ia berjalan dengan pelan sambil mencari angkot.

Bukannya angkot, malah mobil bagus yang berhenti di depannya.

"Mobil siapa ini? Kenapa berhenti di depan ku?" gumam Wulan yang kebingungan

BERSAMBUNG

🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

perjuangan wulan luar biasa..smg kamu berhasi dlm mencapai keinginan kamu dan kamu jg bahagia..jangan mikirin paman yg selalu beralasan balas budi dengan memeras kamu ya ..

2023-10-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!