Melihat jam di tangannya kini sudah menunjukkan pukul 12.21 yang berarti sudah tengah malam.
Wulan mengajak Gavin untuk pulang namun Gavin menolak.
"Kalau mas Gavin ga mau pulang, biar saya pulang sendiri" Wulan lalu mengeluarkan amplop dari dalam tasnya dan memberikannya pada Gavin
"Eh maksud kamu apa, kenapa kamu kembalikan lagi?" tanya Gavin
"Jika saya tahu pekerjaan ini yang mas Gavin berikan, dari awal saya akan langsung menolaknya"
Segera Wulan keluar dari bar itu, melewati lautan manusia.
Tepat saat Wulan membuka pintu ada wanita cantik dengan perut yang terlihat membesar melangkah ingin masuk.
"Mbak, mbak mau kemana?" tanya Wulan pada wanita itu
"Bukan urusan mu" jawab ketus wanita itu
"Mbak sedang hamil, ini bukan tempat baik untuk ibu hamil"
Wanita itu menatap tajam pada Wulan lalu mendorongnya "Jangan pernah ikut campur urusan orang lain" tegasnya lalu melangkah masuk
Seorang wanita hamil datang seorang diri ke bar membuat Wulan khawatir, namun ia langsung teringat perkataan wanita tadi untuk tidak mencampuri urusannya.
"Ya baiklah, terserah. Toh dia yang hamil kenapa aku yang khawatir? Aku lebih baik segera pergi dari tempat ini"
Sambil mencari ojek Wulan terus berjalan, tak lama mobil Gavin menghalang di depannya.
Gavin turun dari mobilnya dengan berjalan sedikit sempoyongan menghampirinya.
"Mas Gavin mabuk, tidak baik mengemudi dalam keadaan mabuk begini" tegur Wulan
"Aku udah bayar kamu mahal, kenapa kamu kembalikan. Kamu menolak pekerjaan yang paling gampang di dunia, tau ga"
"Hah? Maaf mas Gavin, bagi saya ini bukanlah pekerjaan. Saya tidak berminat"
Karena dalam keadaan setengah sadar, Gavin langsung memeluk Wulan dengan erat hingga membuat Wulan kesulitan bernafas.
"Lepasin saya, saya ga bisa nafas" Wulan mencoba berontak melepas pelukan Gavin namun Gavin semakin mempererat.
Tak kehabisan cara, Wulan menggigit dada Gavin hingga membuat Gavin kesakitan dan melepaskan dirinya.
"Saya salah menilai baik kami mas Gavin, sikap dan perilaku mu tak setampan wajah mu!" bentak Wulan lalu berlari meninggalkan Gavin.
Wulan tak peduli bagaimana nasib Gavin yang sedang mabuk berat di jalanan, ia berlari agar segera sampai di kosannya.
Setelah kejadian di malam itu, Gavin tak pernah lagi menegur Wulan. Begitu pun Wulan, ia selalu membuang muka saat Gavin ada di depannya.
Namun meski begitu Gavin tetaplah pemuda nakal yang masih akan trus penasaran jika apa yang ia incar belum juga bisa ia dapatkan.
Tanpa sepengetahuan orang tuanya Gavin selalu mencari kesempatan untuk menggoda dan merayu Wulan, bahkan Gavin hampir mencium nya.
Tak tahan lagi bekerja di sana, diam diam Wulan kembali menyebar surat lamaran kerja.
Merasa lelah setelah bekerja, Wulan membaringkan tubuhnya di atas kasur kecil, ia lalu memejamkan matanya karena rasa kantuk yang melanda.
Belum pulas ia tertidur hp nya berdering dan membuatnya terkejut dan langsung terbangun
"Ya ampun, belom juga aku tidur ada aja yang ganggu" Gerutu Wulan
Tanpa melihat siapa yang menelfon nya Wulan langsung menjawabnya.
"Halo, ada apa" sapanya dengan santai
"Halo selamat siang, apa benar ini nona Wulan Almira?"
Mendengar sautan dari suara di seberang telfonnya Wulan seketika langsung terperanjat bangun.
"Iya benar, saya Wulan Almira"
Telfon berlangsung tidak terlalu lama, setelah menutup telfonnya Wulan terlihat sangat bahagia.
Ia melompat-lompat kegirangan sambil menciumi hp nya.
Akhirnya ia mendapatkan pekerjaan di kantor besar, ya meski hanya menjadi office girl tapi Wulan senang karena akhirnya ia bisa mendapat pekerjaan baru.
Keesokan harinya Wulan kembali ke rumah bu Rena, bukan untuk bekerja melainkan untuk berpamitan.
"Kenapa kamu tiba-tiba ingin berhenti kerja, ada apa? Apa kamu kurang nyaman kerja di sini?" tanya bu Rena
"Tidak bu, saya sangat nyaman kerja di sini. Ibu dan bapak baik sama saya"
"Lalu kenapa kamu mau berhenti?"
Wulan bingung bagaimana ia harus memberi alasan, tidak mungkin ia beri tahu alasan yang sebenarnya.
"Saya___"
"Dia berhenti karena tidak bisa mendapatkan Gavin, bu" sahut pak Erwin yang sedang menuruni anak tangga
Wulan terkejut mendengar kalimat itu yang keluar langsung dari mulut pak Erwin.
Wulan yang terpaku menatap pak Erwin lalu melihat ke arah bu Rena, Wulan berharap bu Rena tidak memiliki prasangka yang sama dengan pak Erwin.
"Bapak, kenapa bapak bilang begitu" tanya bu Rena seraya mendekat ke arah suaminya
"Bapak sudah bilang sama ibu jangan terlalu percaya sama gadis ini. Baru beberapa kerja sudah minta gaji, genap sebulan langsung mau berhenti. Apa coba kalo bukan untuk merayu anak kita" jelas pak Erwin
Wulan semakin terpaku dan tidak bisa berkata, rasa sakit akan tuduhan itu membuatnya seakan sejenak berhenti bernafas.
Pak Erwin yang selama ini lebih banyak diam ternyata begitu pedas saat bertutur kata.
"Tidak pak, saya tidak pernah punya niatan seperti itu, sungguh. Niat saya kerja di sini untuk mencari nafkah, sama sekali tidak terpikir bagi saya untuk melakukan hal itu" elak Wulan
Pak Erwin melangkah mendekat pada Wulan dan menyorotnya dengan seksama
"Aku tau kamu sebenarnya mengincar putra kami, kan?"
"Tidak pak, sungguh!!"
"Bapak, kenapa bapak bersikeras kalau Wulan mendekati Gavin? Apa bapak punya bukti?" sela bu Rena di tengah tuduhannya pada Wulan
"Ya, bapak pernah melihat dia selalu mengantar jus ke kamar Gavin, bahkan ada seseorang yang mengirim foto ini sama bapak. Setelah melihat fotonya ibu pasti akan sependapat sama bapak"
Pak Erwin mengeluarkan hp sari saku celananya lalu menunjukkan foto itu pada istrinya.
Bu Rena terkejut setelah melihatnya, terlihat jelas dari ekspresi wajahnya.
Wulan penasaran foto apa yang pak Erwin perlihatkan pasa bu Rena hingga bu Rena menatap tajam ke arahnya.
Bu rena mendekat pada Wulan dan langsung menamparnya.
Plak....
Suara keras dari tamparan yang di layangkan bu Rena begitu jelas.
Tampak 5 bekas jari bu Rena membekas sempurna di pipi Wulan.
Wulan memegang pipinya yang terasa sakit, perih dan kebas.
"Aku salah selama ini menilai baik kamu, Wulan. Aku pikir kamu gadis lugu dan jujur, ternyata tidak lebih dari seorang pelacur!"
Sebulan bekerja di rumah ini tak pernah sekalipun wulan mendengar bu Rena berkata kasar, ia begitu terkejut terlebih perkataan yang keluar begitu tajam menusuk hatinya.
Bu Rena mengeluarkan uang dari dalam lacinya lalu melemparkannya pada Wulan.
"Sekarang kamu pergi jauh dari rumah ini! Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi"
Uang dari setengah gajinya yang berserakan di lantai tak Wulan pedulikan.
Rasa sakit karena fitnah dan penghinaan yang ia terima sudah cukup membuat sesak dadanya.
Wulan langsung pergi dari rumah itu dengan berurai air mata.
Tepat ketika Wulan baru membuka pintu gerbang Gavin berdiri di atas balkon rumah dan tersenyum menyeringai padanya.
Hp dari dalam tas Wulan berdering karena pesan masuk, Wulan langsung mengeceknya dan ternyata itu adalah pesan dari Gavin.
"Itu adalah konsekuensi karena lo berani menolak gue"
Ternyata kecurigaannya benar, pak Erwin dan bu Rena ternyata termakan oleh fitnahan putranya sendiri.
Dalam lubuk hati Wulan yang paling dalam, ia mengutuk Gavin atas semua perbuatannya.
BERSAMBUNG
🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
bagus wulan kamu keluar dr rmh yg ga berkah..apa lg dr gavin yg licik.
lbh baik kamu keluar dr sana..smg aja ibuy gavi sadar klu wulan ga aalah..
2023-10-07
1