Seseorang yang mengemudi mobil itu lalu turun dan menghampirinya.
Seorang pemuda tampan dan sepertinya Wulan pernah melihatnya, namun lupa.
"Ayo masuk" ajak pemuda itu
Wulan hanya diam karena mencoba terus mengingat siapa pemuda yang berdiri di depannya saat ini.
"Ayo masuk, ibu sudah nungguin di rumah" ucap pemuda itu lagi
"Ibu, ibu siapa? Ah ya, aku ingat pemuda ini...."
"Ayo, malah bengong"
Suara Gavin menyadarkan Wulan "Eh i iya"
Setelah memasukkan belanjaannya ke bagasi Wulan segera masuk dan duduk di kursi belakang.
Gavin melirik dari kaca "Ngapain kamu duduk di situ?" tanya nya dengan datar
"Saya ga boleh duduk di sini?" tanya Wulan dengan polos
"Enak aja kamu, kamu pikir aku ini supir kamu apa. Duduk di depan!" pinta Gavin
Tanpa pikir lama Wulan langsung turun dan pindah ke depan, duduk di samping Gavin.
"Emang apa bedanya sih duduk di depan sama di belakang. Toh sama sama mau pulang, kan?" gumam Wulan
Semenjak bekerja di rumah bu Rena Wulan memang tidak pernah bertemu dengan Gavin lantaran Gavin sibuk kuliah.
Sepanjang perjalanan pulang mereka hanya diam tanpa sepatah katapun.
Wulan merasa gugup karena baru pertama kali bertemu dengan anak majikannya itu, di tambah lagi wajah Gavin yang dingin.
Namun siapa sangka, diam diam Gavin sering melirik memerhatikan wajah Wulan.
"Di lihat lihat, gadis ini cantik juga" batin Gavin
Mata Gavin yang sedang tertuju pada bibir merah Wulan membuatnya lupa jia dirinya sedang mengemudi, hampir saja Gavin menyerempet pengendara motor di depannya.
"Awas....." teriak Wulan membuat Gavin sadar
"Sialan, ga punya mata apa tuh orang" seru Gavin
"Ih jelas jelas dia yang mau nyerempet, malah orang lain yang di salahin" batin Wulan yang tidak berani menegur.
Begitu sampai di rumah segera Wulan membawa belanjaannya tadi ke dapur.
Ia meletakkan tasnya lalu mengambil celemek dan langsung memasak.
Satu persatu teman arisan bu Rena pun berdatangan, Wulan membawakan minuman dan makanan ringan untuk di sajikan.
Jam 2 siang semua pekerjaan Wulan sudah selesai, Wulan menghampiri bu Rena untuk pamit pulang.
"Wulan, ini gaji yang kamu minta" kata bu Rena dengan mengulurkan sebuah amplop di tangannya.
Wulan menerima amplop itu "Makasih bu, makasih" ucapnya
"Iya sama-sama, itu adalah separuh gaji kamu"
"Iya bu, makasih. Kalau begitu Wulan pamit pulang"
Dengan perasaan senang Wulan pulang ke kosannya.
Sesampainya di kosan Wulan langsung membuka isi amplop itu, puji syukur ia ucapkan karena bisa mengirimkan uang pada pamannya.
Meski tidak seberapa setidaknya pamannya tidak akan terus menelfonnya untuk meminta uang.
"Aku sudah mengirim uangnya, paman jangan terus menelfon ku lagi. Aku sudah tidak ada uang lagi"
tulis Wulan dalam pesan ia kirimkan ke pamannya
Keesokannya Wulan kembali ke rumah bu Rena untuk bekerja, sedari tadi ia merasa seperti ada yang mengawasinya.
Sambil mencuci piring Wulan celingak-celinguk mencari apa benar ada yang sedang mengawasinya.
Begitu menoleh ke kiri Wulan di buat terkejut karena tubuh Gavin tiba-tiba ada di depan matanya.
Tubuh wulan yang mungil hanya sedada Gavin.
"Mas Gavin, sedang apa di sini?" tanya Wulan lalu sedikit menjauh dari Gavin
"Sedang apa? Ini rumah ku, aku bebas di sini" jawab Gavin
"Iya saya tahu, tapi mas Gavin yang tiba-tiba muncul di sini membuat saya kaget"
Bukannya menjawab, Gavin malah memerhatikan tubuh Wulan dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
Wulan menyadari kalau dirinya sedang di perhatikan, ia mulai merasa tidak nyaman namun tetap berusaha tenang.
"Mas Gavin butuh sesuatu?"
"Em ya, buatkan aku segelas jus lalu antarkan ke kamar"
"Baik mas, tapi saya selesaikan cucian ini dulu"
Tanpa menjawab, Gavin langsung pergi begitu saja.
Tak lama Wulan mengetuk pintu kamar Gavin dengan membawa nampan berisi segelas jus.
Tok tok tok....
"Permisi mas Gavin, ini jus nya"
"Masuk" sahut Gavin dari dalam kamar
Wulan membuka pintunya lalu masuk. "Saya letakkan di sini ya mas jus nya"
Begitu hendak keluar, tangan Wulan tiba-tiba di tarik oleh Gavin hingga tanpa sengaja Wulan memeluk tubuh kekar Gavin.
Matanya seketika membulat ketika detak jantung Gavin terdengar jelas di telinganya.
Segera Wulan melangkah mundur menjauh, "Maaf mas, saya ga bermaksud..."
"Ga papa, aku ga keberatan" sahut Gavin memotong perkataan Wulan
"Permisi mas, saya mau keluar"
Pamit Wulan namun tangan Gavin menghalanginya "Tunggu" cegah Gavin
Perasaan Wulan mulai tidak nyaman terlebih melihat sepasang mata Gavin yang melihatnya dengan nakal
"Aku dengar kamu meminta gajimu meski kamu baru bekerja di sini?" tanya Gavin
"I iya mas, aku memintanya karena benar-benar membutuhkannya" jawab Wulan
"Aku ada pekerjaan untuk mu, gajinya 2x lebih besar dari pada gaji yang ibu berikan, kamu mau?"
Wulan menatap wajah Gavin lalu kembali menunduk "Pekerjaan apa mas Gavin?"
"Temani aku nanti malam dan aku akan langsung membayar gajimu"
Dengan ragu ragu Wulan bertanya "Nanti malam, kemana? Pekerjaan apa?"
Gavin tersenyum licik "Bersiaplah, nanti malam aku akan menjemput mu"
Tanpa banyak bertanya lagi Wulan langsung keluar dari kamar Gavin dan meletakkan nampannya di dapur.
"Pekerjaan apa yang mas Gavin akan berikan pada ku dengan gaji yang lebih besar. Aku merasa ada yang tidak beres, terlebih melihat matanya yang memandangku dengan begitu. Ya Tuhan, apapun itu aku harap Engkau menjaga ku"
Malam harinya Gavin benar benar datang ke kosannya untuk menjemputnya.
Dari depan gerbang Gavin memanggil Wulan dengan membunyikan klakson mobilnya.
Segera Wulan keluar karena takut suara klakson itu mengganggu tetangga yang lain.
Tanpa banyak bertanya Wulan langsung masuk ke mobil dan Gavin langsung memberinya amplop.
Begitu di buka, isinya berupa uang kertas.
Entah akan di bawa kemana dirinya, sepanjang jalan Wulan menikmati gemerlap lampu jalanan yang sedikit menyilaukan matanya.
Tak lama mobil pun berhenti, Gavin mengajaknya turun.
Tanpa ragu Gavin langsung meraih tangan Wulan dan mengajaknya masuk.
Tempat yang sangat ramai dan sesak dengan orang orang di dalamnya.
Begitu menginjakkan kaki di dalam ruangan itu bau alkohol langsung menyeruak tajam ke dalam hidung.
Tampak sebagian orang di sana berjoget lepas dan bebas.
Wulan mengerutkan dahinya, ia bingung kenapa dirinya di bawa ke tempat seperti ini oleh Gavin.
Teman teman Gavin langsung menyapa menyambut kedatangannya, Gavin pun menarik tangan Wulan mengajaknya mendekat pada teman-temannya.
"Ini tempat apa mas Gavin?" tanya Wulan
"Apa, aku ga denger. Katakan dengan keras" pinta Gavin dengan berteriak padanya
Ya, bagaimana bisa di dengan. Ruangan dengan musik yang di putar dengan volume keras membuat telinga hampir budek.
"Aku mau pulang" teriak Wulan di telinga Gavin
"Kamu harus temani aku di sini, ingat aku mengajakmu tidak gratis"
Wulan tidak mengerti kenapa Gavin memberinya uang hanya untuk menemaninya ke tempat seperti ini.
Wulan merasa tidak nyaman di tempat itu, ia hanya duduk diam seperti batu.
Gavin terlihat sedang berdiskusi dengan teman temannya, sesekali mereka melihat ke arah Wulan lalu tersenyum.
BERSAMBUNG
🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
jangan sampe gavin punya niat jahat sm wulan..smg wulan tdk terjebak dlm rencana gavin
2023-10-07
1