Petaka Tertawa Di Rumah Tua

Petaka Tertawa Di Rumah Tua

Bab 1

"Aghkkkk"

Semua yang ada di ruangan itu langsung berbalik dan melihat ke arah seorang wanita yang sedang menjerit ketakutan membuat yang lain juga langsung terkejut dengan tangan yang gemetaran.

"Itu dia Malik, itu dia.. aku gak mau lagi ada di tempat ini. Pokoknya aku mau pergi" kata Alya.

Wanita yang tadi berteriak itu bahkan langsung berlari meninggalkan ruangan itu setelah mengatakan hal itu.

Dia tadi melihat sesosok yang menakutkan, sesosok itu yang punya wujud yang begitu mengerikan. Matanya begitu lebar, sampai bola matanya itu nyaris keluar dengan bentuk bulat sempurna dan cairan merah menghiasi semua bola mata putih itu. Tanpa manik mata, dan benar-benar hanya bola putih saja.

Mulutnya begitu mengerikan, mulutnya sangat panjang, lebar dan besar. Dari dalam mulutnya terlihat bayangan hitam, hitam kelam tak berujung.

Alya mengusap ngusap matanya terus karena dari ke lima temannya yang lain yang ada di ruangan ini juga hanya dia yang terus melihat sosok mengerikan itu.

Alya berlari menuju ke pintu darimana mereka datang, tapi dia malah tersandung sesuatu hingga dia terjatuh.

Kelima temannya yang lain begitu terkejut. Tapi belum selesai dengan rasa keterkejutan mereka, tampak bayangan hitam yang menarik kaki Alya yang sudah terjatuh.

"Aghkkkk, tolong aku, lepaskan aku... aaaa tolongggg"

Kelima temannya ingin bergerak maju untuk menolong Alya, tapi tangan dan kaki mereka benar-benar tidak bisa bergerak.

"Aku tidak bisa bergerak, cepat tolong Alya.."

"Aku juga tidak bisa bergerak"

"Huhuhuhu... aku mau pulang. Mami, aku mau pulang" tangis seorang gadis dengan kupluk putih berbulu di kepalanya.

"Alya..." Lirih salah satu wanita yang tampak sangat sedih melihat apa yang terjadi pada Alya.

"Tolong...Sakit"

Sosok hitam itu terus menarik satu kaki Alya, membuatnya tentu saja sangat kesakitan. Karena sosok itu menarik paksa Alya hingga tangan, kepala dan satu kali lagi membentur semua barang yang mereka lewati, terlebih lagi sosok hitam itu membawa Alya memanjat dinding.

Bayangkan saja, Wanita muda itu sudah menabrak meja, menabrak kursi, menabrak lukisan, bahkan paku yang menggantung banyak lukisan dan juga ornamen hiasan dinding lain.

Tangannya, kepalanya, wajahnya tersayat oleh pecahan kaca, dan karat dari paku-paku tajam itu menyayat kulit dan seluruh tubuh Alya membuat Alya berteriak kesakitan dengan mata yang sudah menangiskan, mengeluarkan air mata berwarna merah.

Itu bukan air mata, itu darah. Nurul dan Grace yang melihat itu sangat tidak tega, mereka bahkan menangis sambil memejamkan mata mereka dan mengalihkan pandangan mereka dari pemandangan mengerikan yang terjadi di depan mereka itu.

"Mami..." lirih Grace sambil menundukkan kepalanya tak tega melihat apa yang terjadi pada sahabatnya.

"Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah" Ikbal berusaha untuk terus beristighfar.

Mendengar apa yang di ucapkan Ikbal, sosok hitam yang matanya merah dan nyaris lepas itu langsung melotot ke arah Ikbal.

Ikbal yang bertemu pandang dengan sosok menakutkan itu langsung tersentak kaget, namun entah bagaimana caranya. Dari hidung, telinga dan mata Ikbal keluar cairan merah yang membuat Ikbal langsung jatuh terduduk dengan tumpuan lututnya di lantai.

Saat itu terjadi, sosok itu melepaskan Alya yang sudah berada di dinding yang tingginya 4 meter itu karena memang rumah tua itu adalah rumah dengan dua lantai yang tentu saja sangat tinggi.

Brukk

Swish

Nurul yang merasa sesuatu yang mengekang tangan dan kakinya sudah tidak ada lagi langsung berlari menghampiri Alya yang terluka sangat parah.

Saat Nurul mencoba menyentuh Alya, temannya itu sudah batuk darahh dan langsung tidak sadarkan diri.

Sedangkan Malik dan Jovan tampak langsung membantu Ikbal yang juga terluka.

"Ini sudah gak lucu, ini sudah gak seru. Kita harus keluar dari tempat ini" pekik Jovan yang begitu ketakutan.

"Dari awal juga aku sudah bilang jangan ke tempat ini" kata Nurul yang sangat sedih melihat kondisi Alya.

Namun Nurul tetap berusaha untuk membawa tubuh Alya ke sebuah kursi yang ada di dekat Ikbal.

"Ikbal, kamu bagaimana?" tanya Malik yang merasa ketakutan.

"Kita tidak akan bisa keluar dari sini..."

Kata Ikbal yang lantas tak sadarkan diri juga sama seperti Alya.

Grace menangis tersedu-sedu, meski kaki dan tangannya sudah terlepas dari kekangan yang menahannya tadi. Tetap saja dia tidak bisa beranjak dari tempatnya berdiri karena terlalu takut. Dari ujung kepala sampai ujung kaki Grace semuanya merinding dan lemas. Tak bisa bergerak sama sekali.

"Mami.." lirih Grace yang sudah sangat putus asa setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Ikbal.

"Bagaimana ini?" gumam Nurul sambil menangis dan berusaha mengikat bagian tubuh Alya yang terluka dan mengeluarkan banyak darah dari setiap lukanya.

Jovan yang pada awalnya selalu menganggap semuanya adalah lelucon. Kini pemuda itu juga menangis karena putus asa.

Malik juga hanya bisa menunduk, melihat satu persatu temannya yang datang jauh-jauh dari kota untuk menemaninya menjenguk neneknya di desa yang sedang sakit parah.

Ada rasa penyesalan yang begitu dalam di dalam hatinya karena sudah membuat teman-temannya berada di tempat ini.

Flashback On...

24 jam sebelumnya, Malik yang sedang berada di kafe bersama dengan teman-temannya setelah pulang kuliah, setelah hari terakhir ujian mereka, menerima sebuah panggilan telepon dari ayahnya.

Setelah bicara cukup lama dengan ayahnya. Malik langsung melihat ke arah Jovan dan berkata.

"Sorry Jo, aku gak bisa ikut kalian mendaki ya besok. Nenek ku sakit guys, aku harus pulang ke desa bersama kedua orang tuaku" kata Malik.

"Masih punya nenek kamu?" tanya Jovan.

"Ya masih lah" jawab Malik sambil memalingkan wajahnya ke arah Alya.

"Sayang, kamu jalan aja sama mereka. Aku harus pulang ke desa" kata Malik pada Alya, pacarnya.

"Gak seru dong sayang kalau kamu gak ada. Aku mau ikut kamu aja deh ke desa, aku mau tahu gimana desa kamu. Aku ikut ya sayang" kata Alya, gadis berusia 20 tahun yang adalah pacar dari Malik itu.

"Ide bagus tuh, gimana kalau kita ikut ke desa Malik saja. Sekalian kita jenguk neneknya, kalau ketemu cowok ganteng kayak aku. Pasti tuh nenek si Malik langsung sembuh" kata Jovan yang memang tidak pernah serius orangnya.

"Boleh tuh.." kata Malik antusias.

"Malik nanti repot tidak?" tanya Ikbal yang memang paling dewasa di antara ke enam orang itu. Selain usianya memang paling tua, yakni 22 tahun. Ikbal memang paling serius dan paling mengerti sopan santun di banding teman-temannya yang lain.

"Ijin dulu sama ayah kamu Malik" kata Nurul, setidaknya Nurul adalah orang kedua paling normal di geng ini setelah Ikbal.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

merinding baca karya keren ini, good job Thor 😍 like and favorit ❤️

2024-01-09

2

Natasya

Natasya

kesan pertama ya Thor, serammmm

2023-10-09

2

Riri Risa

Riri Risa

jempolnya ilang

2023-10-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!