Bab 4

"Kalian di kamar ini, aku sama yang cowok-cowok ada di kamar sebelah. Aku lihat nenekku dulu ya, kalau kalian lapar, pergi saja ke dapur. Minta sama mbok Iroh buat nyiapin makanan" kata Malik yang langsung pergi dari kamar Alya dan yang lain untuk menjenguk sang nenek yang memang sudah lama sakit.

Nenek Seruni termasuk orang yang sangat di segani di desa Tanjung ini. Seruni dan almarhumah suaminya sangat baik sehingga para warga desa menjadikan mereka sebagai panutan bahkan suaminya sudah menjabat menjadi kepala desa selama beberapa dekade, sampai dia wafat.

Ketika dia sakit begitu, banyak sekali warga desa yang hilir bergantian menjenguk nenek Seruni. Dan meskipun sebenarnya sakitnya sudah lama dan lumayan parah juga, karena bahkan nenek Seruni sudah tidak dapat bangun lagi dari tempat tidurnya, untuk duduk pun rasanya sangat sulit. Tapi, karena memang nenek Seruni seumur-umur tidak pernah dirawat di rumah sakit, dia pun menolak ketika anak-anaknya ingin membawanya ke rumah sakit. Dan lebih memilih untuk jerawat di rumah saja.

Dokter di rumah sakit yang ada di perbatasan desa dengan kota sebelah yang akan datang setiap pagi untuk memeriksa keadaan nenek Seruni setelah itu dokter itu akan pulang kembali ke rumah sakit.

Malik yang baru masuk ke dalam kamar neneknya langsung membuat semua orang menoleh ke arahnya.

"Cepat sekali, lewat mana kamu tadi?" tanya Ibrahim, ayah Malik yang memang merasa kalau putranya itu datang terlalu cepat.

Karena perbedaan waktu ketika mereka berangkat adalah 2 jam, ayahnya Malik dan ibunya Malik berangkat terlebih dahulu ketika Malik masih berada di kampus bersama dengan teman-temannya Setelah dia meminta izin untuk membawa teman-temannya ke desa ini guna menjenguk neneknya.

"Iya yah, aku lewat jalan belakang. Kalau lewat jalan biasanya aku baru sampai nanti malam" kata Malik beralasan.

Ayah Malik mengangguk, ayahnya langsung meminta Malik untuk segera bersalaman dengan neneknya.

"Nek..."

"Malik, kamu datang cucuku. Siapa temanmu ini?" tanya nenek Seruni yang lantas membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu merasa terkejut.

Masalahnya Malik datang sendirian ke kamar itu, dia memang datang ke desa ini bersama temannya tapi dia meninggalkan teman-temannya di kamar mereka.

Ibrahim yang khawatir kalau ibunya berhalusinasi pun langsung mendekati ibunya dan mengusap lembut lengan ibunya.

"Bu, Malik memang datang dengan teman-temannya tapi mereka ada di luar" kata Ibrahim dengan suara perlahan kepada ibunya.

Mbok Ijah yang emang senantiasa selalu berada di sisi nenek Seruni juga mengucapkan hal yang sama.

"Ndoro, ini tuan Malik sendirian. Ndoro pasti lelah ya, mau istirahat?" tanya mbok Ijah.

"Itu, di sebelah Malik. Itu cantik sekali.. tapi kok mukanya marah, kamu kenapa ndok?"

Ucapan nenek Seruni semakin membuat Ibrahim dan istrinya juga mbok Ijah dan Karto, yang merupakan pelayan setia dari nenek Seruni langsung saling pandang dan bingung.

Sampai Malik pun pada akhirnya menoleh ke arah belakang dan dia memang tidak menemui siapapun di sana. Malik melihat ke arah ibu dan ayahnya.

Ibrahim lantas menepuk bahu Malik.

"Nenek kamu pasti lelah, lebih baik kamu sekarang makan dan istirahat biar nenek kamu juga istirahat" kata Ibrahim.

Malik mengangguk dan keluar dari kamar neneknya. Begitu Malik pergi, Ibrahim menggenggam erat tangan ibunya.

"Bu, kita ke rumah sakit saja ya. Biar ibu di rawat, kalau di rumah sakit kan perlengkapan medisnya lengkap Bu, peralatannya di sana sangat canggih jadi ibu bisa cepat sembuh nanti" kata Ibrahim berusaha untuk membujuk ibunya agar mau dibawa ke rumah sakit.

Tapi, mendengar apa yang dikatakan oleh Ibrahim itu, nenek Seruni malah tersenyum kecil.

"Kamu, mas mu, dan adikmu gak usah bujuk ibu buat di bawa ke rumah sakit, bukan cuman sayang uangnya nak, uang itu bisa lebih kalian manfaatkan untuk membantu orang-orang yang lebih membutuhkan dan masih bisa berusia panjang. Ibu sudah tua nak, ibu juga sudah sering memimpikan ayah kamu, katanya ayah kamu kesepian di sana. Ibu di rumah saja, selama ibu masih bisa membantu warga desa di sini yang membutuhkan, ibu akan bantu. Kalau sudah tidak bisa.. kalian harus ikhlas"

Ibrahim langsung memeluk ibunya saat ibunya berkata seperti itu. Ibrahim sangat mencintai ibunya, sangat menyayangi ibunya yang memang sangat baik dan menyayangi dia juga.

Mega, istri Ibrahim bahkan memeluk kaki Ibu mertuanya. Mega juga merasa begitu sedih mendengar apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya itu. Bagi Mega, nenek Seruni bukan seperti Ibu mertuanya tapi sudah seperti ibu kandungnya karena memang nenek Seruni sangat menyayangi Mega.

Sementara itu di kamar yang sudah dipersiapkan Malik untuk Ikbal dan Jovan. Saat Ikbal sudah mandi dan bersiap untuk beribadah. Jovan malah sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Wah wah, mereka yang di pendakian sudah mulai menyebarkan rumor nggak bener nih.." gumamnya sendiri.

Ikbal, yang memang sedang beribadah tidak menghiraukan apa yang Jovan katakan. Tapi Malik yang baru saja masuk ke dalam kamar dan mendengar jawaban berbicara langsung bertanya pada temannya itu.

"Rumor apa?" tanya Malik.

"Nih, kelompok Bagas sama yang lain katanya nemuin sebuah warung di dekat pos 2, gak mungkin kan? terus dia kirim gambarnya lagi, anjrrr banget. Ini gak bisa di biarin, kita harus kasih berita lebih heboh dari mereka. Pamor kita sebagai superstar di kampus bisa dikalahin sama Bagas and the gengs kalau begini" kata Jovan tak senang.

"Mau kasih berita apa? kita gak lagi mendaki. Kita di desa Jo" kata Malik.

Jovan lantas memikirkan sebuah ide yang pada akhirnya akan menjadi malapetaka untuk mereka semua.

"Aku tahu! bagaimana kalau kita kirim tuh foto isi rumah tua yang kita lewatin tadi ke rubrik kampus. Tuh rumah sudah tua banget kan? pasti dalamnya horor banget tuh. Ini pasti jadi berita.. kita gak akan kalah sama Bagas and the gengs. Aku ke kamar ciwi-ciwi dulu deh mau ajak mereka. Kamu kasih tahu tuh sama pak ustad ya" kata Jovan yang langsung keluar dari dalam kamar untuk memberitahu apa yang direncanakan ini kepada teman-temannya yang wanita.

Malik pun hanya mengangguk, karena dia juga suka dengan petualangan dan sesuatu yang menguji adrenalin.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh"

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh"

Baru Ikbal akan menengadahkan kedua tangannya, Malik sudah duduk di depannya.

"Gimana? kamu ikut kan ke rumah tua itu? ini pasti seru" kata Malik yang bertanya pada Ikbal yang masih berdoa setelah beribadah.

Malik sama sekali tidak tahu, kalau keputusannya setuju dengan Jovan adalah awal dari kengerian dan bencana yang akan menghampiri mereka.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

like plus iklan 👍

2024-01-09

1

Natasya

Natasya

jangan mau Ikbal, mendingan makan terus tidur

2023-10-09

1

Natasya

Natasya

idenya waw ya, haduh mending tidur Jovan

2023-10-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!