Setelah mendapatkan ijin dari ayah dan ibu Malik. Kelima teman Malik itu pun pergi ke desa. Mereka bahkan tidak pergi bersama dengan kedua orang tua Malik karena mereka menggunakan mobil milik Alya. Yang memang sudah punya mobil sendiri dan dia pergi dan pulang dari kampus selalu menggunakan mobilnya bahkan Alya tak jarang menjemput Malik ke kampus dan mengantar Malik pulang ke rumahnya.
Sudah empat jam lebih mereka berkendara, membuat Nurul yang merasa kalau tempat atau jaringan yang mereka lewati itu sangat sepi bertanya pada Malik yang sedang mengemudikan mobil milik kekasihnya itu.
Di antara ke enam orang itu. Hanya Alya dan Malik saja yang memiliki hubungan asmara. Yang lain, benar-benar hanya teman yang berasal dari satu kelompok yang saat itu melakukan pendakian bersama atau Mapala di kampus mereka.
"Lik, gak salah ya? kenapa kayaknya tadi kita tuh sudah lewatin pohon besar itu deh, sama kebun Nanas itu? aneh gak sih?" kata Nurul yang memang sedari tadi sibuk memperhatikan jalan.
"Di sini kan memang kebun nanas semua Nur, gak ada yang aneh kok, di jalan depan itu nanti kita bakal lewatin jembatan sama sebuah rumah yang besar rumah itu sudah tidak ada penghuninya lagi. Nah, nggak jauh dari situ nanti kita bakal ketemu sama desanya nenekku" kata Malik menjelaskan dengan santai kepada teman-temannya.
Nurul pun mengangguk, karena penjelasan sahabatnya itu terlihat meyakinkan. Dan memang sejak tadi dia hanya melihat kebun nanas saja juga pohon-pohon besar sepanjang jalan.
"Nurul sayang, sudah deh percaya saja sama yayang beb akooh" kata Alya dengan gaya tengilnya.
Nurul hanya mengangguk sekilas dan kemarin memperhatikan jalanan.
Ternyata, apa yang dikatakan oleh Malik itu benar. Tak lama bahkan belum sampai setengah jam Malik berkata mereka benar-benar melewati sebuah jembatan. Dan dari jembatan itu, sekitar berjarak kurang lebih dua ratusan meter mereka bisa melihat sebuah bangunan yang tampak dari jauh begitu tinggi dan saat mata mereka melihat ke arah bangunan itu, mata mereka seperti terpaku.
"Nah, kita sudah mulai masuk di perkebunan tebu artinya rumah nenekku sebentar lagi sampai" kata Malik membuat kelima temannya yang langsung menoleh ke arah Malik.
"Hah.."
"Hah.."
Malik pun menoleh ke arah teman-temannya, termasuk kekasihnya Alya.
"Kalian kenapa?" tanya Malik heran.
Ikbal yang memang firasatnya selalu lebih tajam daripada yang lain mengatakan kalau sebaiknya jangan ada yang melihat ke arah bangunan tua itu lagi.
"Guys, jangan ada yang lihat ke rumah tua itu lagi ya. Hawanya gak enak" kata Ikbal.
Batu saja Ikbal berkata begitu. Jovan langsung terkekeh begitu keras.
"Ha ha ha, Hawa emang gak enak, gak bisa di makan kali Bal. Ck... Masih percaya sama yang begituan. Ini sudah tahun berapa? kuno kamu Ikbal" kata Jovan yang memang selalu menganggap semua itu seperti lelucon.
Dia adalah orang yang paling sering, dan paling banyak mematahkan mistis tentang apapun di pendakian. Jadi saat Ikbal mengatakan hal itu padanya, jiwa dan naluri pemecah mitosnya bergejolak dan tidak terima kalau ada hal semacam itu.
"Ha ha ha, bapak ustadz Ikbal. Plus deh, makanya nggak usah kebanyakan nonton film jadul, mana ada sih yang begituan. Itu tuh cuma karangan orang-orang aja, biar kalau buat film, filmnya laku" kata Alya yang memang anaknya sangat angel tapi punya pemikiran yang sebenarnya sangat realistis.
"Kalian kenapa sih? kan maksud Ikbal baik" kata Nurul lagi.
"Tapi Alya itu benar loh Nur, kan waktu Grace masih kecil, aunty Grace suka bawa Grace ke pasar malam ya, dan di sana itu ada rumah hantu. Grace sudah ketakutan bukan main, aku sampai nangis. Tapi apa kalian tahu, waktu itu topi kesayanganku ketinggalan di dalam rumah hantu itu, dan ternyata saat aku di temani aunty dan penjaga karcis masuk untuk mengambil topi, kami sedang melihat para hantu yang tadinya menakuti aku tuh, poci poci yang pakai kain putih merah-merah terus miss K, yang rambutnya kayak gak pernah keramas satu dekade, terus kakek cangkul yang bawa cangkul sama singkong rebus, ternyata lagi pada touch up. Hem... dari situ, Grace nggak pernah lagi tuh takut nonton film horor karena Grace tahu kalau semua itu fake, alias palsu" kata Grace. Seorang gadis yang begitu manja dan feminim sekali.
"Nah dengerin, anak mami aja gak percaya sama hal konyol begitu" kata Jovan lagi.
Ikbal hanya diam, meski rasanya tarikan atau sebuah aura itu begitu kuat menariknya untuk melihat ke arah bangunan tua tersebut. Namun Ikbal rasanya benar-benar tidak ingin melihat ke arah sana. Rasanya dia benar-benar ingin muntahh dan tubuhnya menjadi sangat berat.
Tingkah tengil Jovan dan Alya bahkan tidak berhenti sampai di situ, mereka yang memang duduk di posisi dekat dengan jendela mobil. Lantas membuka kaca jendela mereka dan melihat ke arah rumah tua itu.
"Jo, pelototin Jo. Berani gak?" tanya Alya.
"Siapa takut" kata Jovan yang langsung melotot ke arah rumah tua itu, saat mobil mereka berjalan perlahan.
Mobil mereka berjalan perlahan karena memang jalanan persis di depan rumah tua itu berada jalanan itu rusak. Sudah beberapa kali para petugas Desa mencoba untuk memperbaiki jalan tersebut namun tetap saja tidak bisa melakukannya dengan baik. Ada-ada saja pokoknya, yang alat berat mereka tiba-tiba rusak dan tidak bisa digunakan. Atau material yang harus dipakai untuk membenarkan jalan tiba-tiba salah kirim di tempat lain bahkan di desa lain. Dan kejadian yang lebih aneh lagi, saya jalanan itu sudah dirapikan sudah diperbaiki, tiba-tiba keesokan harinya jalanan itu kembali seperti semula.
Jovan melotot bahkan menjulurkan lidah ke arah rumah tua itu. Tangannya bahkan menunjukkan sikap yang kurang ajar. Tangannya menunjukkan simbol atau isyarat yang artinya sangat kurang ajar dan tidak sopan sekali. Alya juga ikut-ikutan. Gadis itu bahkan mengacungkan jari tengahnya ke arah rumah itu dan setelah melakukan semua perbuatan tidak baik itu keduanya malah tertawa terbahak-bahak lalu melakukan tos.
"Sudah... sudah, kalau masuk. Ini jalanan rusak, kalian mental, jatuh pula nanti" kata Malik yang tidak ingin Alya dan Jovan terluka.
Semakin Jovan tertawa, Ikbal bisa merasakan bulu kuduk di seluruh tubuhnya meremang.
"Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah" Ikbal terus beristighfar dengan suara yang pelan.
Sementara Alya yang baru akan menutup kaca jendela mobil pun seperti sangat kesulitan melakukannya.
"Ih kok gak bisa di tutup" kata Alya.
"Mobil baru kan? ini kaca jendela bagian aku gampang" kata Jovan yang duduk di kursi belakang bersama dengan Ikbal. Sementara Grace dan Nurul ada di bagian belakangnya lagi.
"Gak bisa" kata Alya panik.
"Ya sudah sayang gak usah di tutup" kata Malik yang tidak mau ambil pusing.
Tanpa mereka sadari, kaca jendela itu tidak bisa di tutup, karena memang ada yang menahannya agar tidak tertutup.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
nah lho mulai berputar-putar nih, aku kembali merinding
2024-01-09
1
Natasya
parah sih, sepanjang dua bab ini ya, aku mulai mengerti, merinding bo bulu romaku
2023-10-09
1
Natasya
apaan yang ganjel, jangan horor deh thor
2023-10-09
1