Bab 5

"Gak deh, jangan ngadi-ngadi. Ngapain ke rumah tua itu, enggak ah" kata Nurul yang langsung menolak ide aneh dari Jovan.

"Iya ih, Grace capek tahu. Mendingan kita makan, terus perawatan terus bobo syantik" kata Grace memikirkan hal yang lebih baik daripada menghabiskan waktu mereka di rumah tua itu di malam hari.

"Kalian berdua gak asik, seru tahu. Kalian bisa bayangin gak, kalau kita dapat foto yang lebih mengerikan dari foto yang di kirim Bagas ke rubrik kampus, kita bakalan lebih terkenal dari dia, dia yang memang sudah ketinggalan jauh dari kita bakalan lebih jauh ketinggalan lagi. Seru banget kan!" kata Jovan lagi.

"Gak mau Jo, rumah itu serem banget. Hawanya gak enak, tadi Ikbal bilang apa coba?" tanya Nurul lagi.

"Makin serem makin menantang dong, ayolah. Sejak kapan kita takut sama tantangan?" tanya Jovan yang terus memprovokasi teman-temannya untuk ikut dengannya ke rumah tua itu.

"Grace, kamu kalau ikut dan berani masuk ke sana. Aku gak akan panggil kamu anak mami lagi?" tanya Jovan.

Grace pun langsung terdiam. Tapi tak lama dia terlihat sangat tertarik dengan tawaran Jovan itu.

"Yang bener?" tanya Grace .

"Hei kamu lupa aku siapa, Jovan Alvaro. Mana pernah aku ingkar janji" kata Jovan membusungkan dadanya sombong.

Alya yang memang sejak tadi sangat tertarik dengan rencana Jovan sudah sejak awal setuju. Lagipula dia dengar dari Jovan kalau Malik sudah setuju untuk ikut rencana Jovan.

"Ayolah, cuma masuk rumah tua itu terus ambil foto paling estetik kan? terus pulang deh, bobo syantik. Ayolah" ajak Alya yang memang suka dengan tantangan.

"Yes, setuju semua kan? aku ambil siapin kamera dulu deh, kalian siap-siap ya, bawa senter ya, pakai jaket. Cuacanya lumayan dingin" kata Jovan yang lantas keluar dari ruangan itu.

Sementara Alya dan Grace sedang meyiapkan senter dah jaket mereka. Nurul masih tampak enggan untuk ikut.

"Kita gak tahu loh apa yang ada di dalam rumah itu" kata Nurul mencoba memperingatkan lagi teman-temannya.

Alya yang mendengar apa yang dikatakan Nurul langsung duduk di depan Nurul dan berkata.

"Nurul Kasih Rahmadina, Takut apa? itu rumah tua ya kan? yang ada di sana tuh paling kecoa sama tikus"

"Kita kan perginya keroyokan Nur, rame-rame. Gak papa kali, lagian Malik sama Ikbal kan jago bela diri, kita pasti aman. Ya Nurul?" tanya Grace yang menganggukkan kepalanya beberapa kali dengan wajah manis di depan Nurul.

Nurul hanya bisa menghela nafasnya. Mau membantah lagi juga dia sudah kalah suara. Mungkin hanya Ikbal dan dirinya saja yang tidak setuju untuk pergi ke rumah tua itu.

Sedangkan ke empat teman yang lain begitu percaya diri kalau mereka tidak akan menemui kesulitan apapun di sana. Tapi dalam hatinya, Nurul masih tetap was-was. Masalahnya, dia benar-benar merasa kalau merasa nya tidak nyaman saja melihat rumah itu. Seperti ada entitas yang memang menariknya untuk kesana. Dan setahunya yang sering mendengar salah seorang dosen sejarah yang memang sering diajak bicara dan di ajak tukar pikiran oleh Nurul yang notabene keluarganya masih sangat kental dengan adat istiadat dan semacamnya.

Jika kita memang merasa tertarik untuk memandang sesuatu tempat, dan ketika melihat ke tempat itu fokus kita menjadi teralihkan dari segalanya dan hanya fokus kepada tempat tersebut, maka di tempat itu pasti ada sebuah entitas tak kasat mata yang ingin kita mengosongkan pikiran, entah hanya untuk membuktikan kalau keberadaan mereka itu nyata atau memang ingin sebuah rumah baru.

Kata dosen Faisal, Yang di maksud dengan rumah baru di sini adalah raga dari suara manusia yang pikirannya sedang kosong, dan akan di jadikan sebuah fasilitas, dimana entitas tak kasat mata itu, bisa mengendalikannya lewat pikiran dan hatinya. Bahkan kalau memang entitas tak kasat mata itu sudah berhasil masuk dan menguasai raga manusia tersebut. Maka entitas itu bahkan akan berada di setiap aliran darahnya.

Mengingat semua yang dikatakan dosen Faisal. Membuat Nurul bergidik ngeri, namun dia hanya bisa menghela nafas dan terus berdoa, agar dirinya dan teman-temannya selama salah pergi ke tempat tersebut.

"Yuk makan malam yuk, Grace lapar sekali, Grace sudah tidak makan dari bayi nih..."

Kata Grace yang langsung di rangkul Alya dan di turunkan kupluk berbulu yang di pakai wanita itu sampai menutupi matanya.

"Gak makan dari bayi, udah jadi fosil lah kamu" kata Alya yang lantas menoleh ke arah Nurul.

"Nurul, ayo makan dulu. Sudah gak usah takut, kita kesana cuma sebentar. Ambil foto, kirim ke rubrik kampus, pulang deh, terus kita ngapain Grace?" tanya Alya.

"Bobo syantik deh" sahut Grace yang langsung membenarkan kupluknya yang tadi sempat di turunkan oleh Alya.

Nurul yang mencoba untuk berpikir positif saja langsung mengangguk paham. Mereka bertiga pun pergi ke dapur untuk makan malam sebelum pergi ke rumah tua itu.

"Masakan rumah tuh emang juara" kata Alya memuji masakan pelayan rumah neneknya Malik.

"Kontenin ya, parah sih ini. Aku kasih rate 1000/10" kata Jovan yang makan sambil sibuk merekam seluruh temannya makan dan juga dirinya sendiri tentunya.

"Makan dulu Jo, pakai tangan kanan" tegur Ikbal yang melihat Jovan malah sibuk konten dan terus sibuk dengan kameranya yang dia pegang dengan tangan kanan sedangkan dia malah makan dengan tangan kiri.

"Siap pak ustadz" kata Jovan dengan tengil.

"Buruan makan Grace, kenapa di pilih-pilih gitu sih?" tanya Alya.

"Ini apaan sih, bulet-bulet. Geli Grace lihatnya" kata Grace menyingkirkan terong bundar dari sambal teri terong di hadapannya.

"Sumpah Grace? kamu beneran gak tahu apa itu?" tanya Jovan merekam tingkah Grace.

Grace dengan polos menggelengkan kepalanya ke arah Jovan.

"Itu terong Grace, eggplant..."

"Iyuh, round eggplant gitu maksudnya. Grace gak mau makan ini, mau makan ikan mini aja" kata Grace lagi.

"Ha ha ha, ikan mini katanya? ha ha ha, tolong dong, nih anak dari planet mana sih?" tanya Jovan yang tak bisa untuk tidak terbahak-bahak.

"Ini namanya ikan teri Grace" kata Nurul menjelaskan.

Grace manggut-manggut sambil terus makan. Karena rasanya memang seenak itu.

"Tuan, dan nona. Mohon maaf, kalau sudah lewat Magrib, di sini tidak boleh tertawa terlalu keras. Pamali" kata mbok Ijah yang memang hanya ingin menyampaikan aturan yang ada di desa ini.

"Loh kenapa mbok?" tanya Alya penasaran.

"Tidak boleh saja non, sudah semenjak nenek saya memang di bilangnya begitu. Dan kalau sudah malam, jangan pernah pergi ke belakang desa ya" kata mbok Ijah lagi.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

iklan dan like mendarat manis 👍

2024-01-22

1

Natasya

Natasya

tuh dengerin, jangan ketawa terus.

2023-10-09

1

Natasya

Natasya

wah parah sih, anak presiden juga kalau cuma tering juga tahu kali Grace, Grace makanannya apa sih? sampai terong saja gak tahu

2023-10-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!