AKU MEMILIHMU
Pagi ini Olivia pergi kerja dalam keadaan terburu-buru dikarenakan dia bangun kesiangan. Maklum kemarin adalah hari minggu, jadi dia mengawali hari dengan bangun pagi yang malas-malasan.
Karena kesiangan itu pula, membuat Olivia tidak sempat menyantap sarapan dirumah. Dan mau tak mau dia harus membeli sarapan diluar.
Olivia yang sedang memakan cheese burger dengan lahapnya, tiba-tiba melirikan matanya sedikit ke arah wanita berkemeja ungu dengan bawahan rok mini yang duduk tepat di meja sebelah kirinya. Walau sedikit berbisik tapi lirikan mata keduanya kearahnya, yang membuat Olivia tahu bahwa saat ini wanita itu dan temannya sedang menggunjing Olivia yang membahas kekurangan Olivia pastinya, bukan tepatnya kelebihan, Ya..lebih tepatnya kelebihan berat badan. Dan entah apa sepertinya mereka tidak ada habisnya untuk membicarakan tentang Olivia.
Kebetulan membicarakan orang lain seakan menjadi hobi bagi kedua wanita itu dan tentuny Olivia adalah sebuah topik yang harus mereka bahas setiap harinya. Apalagi kalau membicarakan soal kekurangan orang lain, seakan mereka seolah tahu segala. Contohnya mengenai Olivia dengan segala bentuk kekurangan yang bersemayam di dalam dirinya.
“Eh,Dasar tukang Gosip!” Olivia menoleh kepalanya saat mendengar seseorang berseru disampingnya. Ajeng, Teman satu kantor Olivia yang mungkin hanya satu-satunya teman yang Olivia miliki di kantor majalah ini. Seorang wanita cantik yang dengan segala kebaikan hatinya ingin berteman dengan Olivia.
“Hei kalian! Bergosip aja, sana kembali bekerja! Pagi-pagi udah ngegosip!” seru Ajeng dengan Tegas pada dua wanita penggosip itu. Membuat Olivia diam-diam merasa bersyukur memiliki teman seperti dia. Kedudukan Ajeng yang menjabat sebagai supervisor di tim mereka membuat lidah-lidah usil teman satu kantor Olivia yang lainnya bisa diam sejenak karena perintah wanita itu. Terbukti dengan dua gadis penggosip itu yang kini sudah kembali mengerjakan pekerjaanya masing-masing, walaupun dengan tampang yang sudah bertekuk berkali-kali lipat.
Olivia tersenyum kecil mendengar Ajeng masih saja mengomel pada para penggosip itu. Dengan pelan, Olivia menepuk bahu Ajeng hingga gadis itu menoleh ke arahnya.
“Sudahlah! Biarkan saja,” Kata Olivia. “Lagi pula mereka benar.. Aku memang gendut,” Lanjut kata Olivia.
“Hei sayang! Sejak kapan kamu berkecil hati Olivia yang baik hati?!” Celetuk Ajeng .
Olivia tertawa kecil dengan menggidikan bahu. Meski sedikit hatinya tetap harus menerima keadaan bentuk tubuhnya saat ini. Istilah kata, sadar diri! Dan setengah hatinya yang lain tetap kesal karena merasa kepercayaan dan harga dirinya seolah terusik jika ada yang menyinggung soal berat badannya sekarang.
Olivia hanya melirik mata sekilas pada Ajeng sebelum kembali memfokuskan diri pada pekerjaannya. Malas jika harus berdebat dengan mulut cerewet Ajeng siang ini.
“Hei! Hei!” kata Ajeng dengan heboh.
Olivia berdecak. Menggurutu dalam hati ketika Ajeng mulai sibuk mengganggunya dengan terus menyenggol lengan gemuk Olivia dan membuat apa yang Olivia tulis kini rusak berantakan karenanya.
“hmm..Apa?!” Tanya Olivia malas setelah menyerah untuk menoleh saja apda temannya.
“Kau akan datang?” tanyanya
“Ke mana?” Tanya Olivia mengernyit.
Terlihat Ajeng memutar bola matanya dan menghela napas malasnya. “ Ke mana Lagi? Tentu saja ke pesta pernikahannya Doni dan wanita itu?”
“Ah.. benar,” Kata Olivia sambil menepuk pundak Ajeng.
“Oia,dia akan nikah sabtu besok,” Kata Olivia lagi.
Dia lupa tentang pernikahan pria yang sudah menjadi kekasihnya hampir dua tahun belakangan ini. Tepatnya, sesaat sebelum dia memutuskan Olivia secara sepihak bulan lalu.
Seketika pula Olivia teringat saat Doni yang datang dengan memberikan undangan pernikahan diri nya dengan pengganggu itu.
Dia masih ingat betul wajah Doni yang dengan tenang serta senyum memberikan undangaan itu pada nya.
“Tidak!” jawab Olivia kembali lagi memfokuskan diri pada pekerjaan yang tiba-tiba terasa menumpuk di meja kerjanya.
Entah? Entah ini karena pekerjaan yang memang masih menumpuk dan membuat dia fokus terhadap komputernya atau memang air matanya yang sudah hampir menutupi seluruh pelupuk matanya yang menggangu. Hatinya benar-benar sakit kala mengingat kejadian itu, saat Doni memutuskan hubungan mereka, masih terekam jelas di kepala Olivia hingga seolah tersangkut di penglihatannya dan menjadikannya bayangan semu yang siap mengiris hati kecil Olivia yang rapuh.
Bukannya dia berlebihan dan menanggapi hal tersebut. Hanya saja, membayangkan Doni yang bersikap manis pada Olivia selama mereka berpacaran sampai akhirnya Olivia mengetahui segala sandiwara yang telah dilakukan Doni padanya, hanyalah sekedar pelarian semata demi menikahi seorang wanita lain yang membuat hati Olivia benar-benar terasa hancur. Mau marah juga, rasanya dia tidak punya kapasitas lagi untuk hal tersebut.
Oke! Olivia memang jelek. Seorang gadis bertubuh gemuk yang tidak mempunyai selera fashion yang menarik ataupun mempunyai wajah yang dapat menggugah hasrat para pria saja. Alias, dia hanya seorang gadis yang amat biasa. Tapi, bukan berarti itu semua bisa dijadikan alasan bagi orang lain untuk menyakitinya,kan?
Katakan padanya jika memang fisik yang paling utama! Padahal Olivia mengingat dahulu Doni mengatakan bahwa dia mencintai Olivia tulus bukan karena fisik.
Kepala Olivia menunduk. Tanpa sadar dia mendengar suara tangisannya sendiri. Entah sejak kapan dia bisa menjadi begitu bodoh dengan menangis dan menunjukkan kelemahannya di depan orang lain meskipun itu teman baiknya sendiri. Dia tidak terbiasa akan hal itu. Tapi, entah kenapa, dukanya saat ini sangat berat untuk ia tahan sendiri.
“Ada apa?” Kenapa kau menangis?” tanya Ajeng tiba-tiba merasa panik.
Cepat Olivia semakin menundukkan wajahnya dan menggelengkan. “ Aku tidak apa-apa, Aku hanya sedikit terharu,” sahutnya berbohong sambiil menyeka air matanya sendiri.
“Terharu?” Alis Ajeng menukik sedikit.
“Terharu karena?” Tanya Ajeng yang bingung.
Olivia hanya menganggukan kepalanya pasti, “Kenapa?”
“Aku terharu karena akhirnya dia menempukan wanita jauh lebih sempurna dariku,” Jawab Olivia akhirnya tidak sepenuhnya berbohong.
Jauh di lubuk hatinya, dia memang menginginkan yang terbaik untuk mereka berdua. Jika memang harus begini, dia bisa apa?
“Ch! Apa hebatnya wanita perusak hubungannya itu?!” Terdengar Ajeng mendengus dan melipat kedua tangannya di dada. “Dia tidak lebih baik darimu, Nona Olivia!”
“Setidaknya dia sudah menyelamatkanku dari pria penuh muslihat seperti Doni,”. Lalu, Olivia tersenyum kecut.
Merasa tak mendengar lagi suara rusuh Ajeng, Olivia mengalihkan pandangannya ke arah kanan dan mendapati Ajeng tengah menatapnya penuh selidik.
“Ya, kau memang harus bersyukur untuk itu,” ujar Ajeng kemudian menepuk pundak Olivia pelan sebelum akhirnya memeluk gadis itu, “ Berjanjilah pada ku kalau kau akan menemukan pria yang lebih baik lagi nanti.”
Olivia tidak menjawab. Dia hanya membalas pelukan Ajeng dan menggangguk. Dalam hati, dia tetap berdoa,” Ya… Semoga saja”
***
Air hujan kembali menyapa bumi sore ini dan sialnya, Olivia tidak membawa payung. Alhasil Olivia tiba di teras rumahnya dalam keadaan basah kuyup. Tubuhnya sudah benar-benar terlihat seperti kucing yang terjebur dalam got. Karena selain basah, kemeja putihnya juga kotor akibat kelalaian sebuah mobil mewah dengan supir yang menjalankannya di genangan air yang ada di tengah jalan hingga cipratannya menyiram Olivia sehingga membuat dia basah dan kotor.
Saat itu rasanya Olivia ingin mengumpat sang supir yang seakan dengan sengaja menyipratkan air genangan ke tubuh gemuk Olivia. Olivia tau dirinya tak perlu di siram lagi, karena dia sudah subur, begitulah gerutu Olivia dalam hati.
“Ma!! Mama!!!” Olivia mengetuk pintu rumah dengan sedikit keras karena takut suara hujan mengalahkan suara ketukannya. “Mama!! Buka Pintunya..!!”
Tak lama, terlihat seorang wanita paruh baya yang merupakan Mamanya membuka pintu rumah dengan kedua alis yang bertautan. Menatap bingung pda tubuh putrinya dari atas hingga ujung kaki.
“Astaga Olivia!? Kenapa kau bisa basah kuyup seperti ini?” tanya Mamanya .
Mamanya Olivia terlihat cemas saat melihat Olivia sudah menggigil kedinginan di depan pintu rumah. Hembusan angin semakin membuatnya mengelutukkan gigi sangking kedinginannya.
“Masuk,” cepat mamanya Olivia membawa putri gemuknya itu ke dalam rumah dan meraih sebuah handuk yang cukup tebal berada di kamarnya.
“Kenapa kau tidak membawa payung?” tanya mamanya Olvia kini membantu putrinya menggelap rambut dan membelit tubuh Olivia yang bercak lumpur di mana-mana.
“Aku lupa membawanya, Ma,” Jawabnya.
Sejenak mamanya Olivia terdiam dan menatapnya dengan tatapan sendu, “Sepertinya kau harus mengurangi sifat pelupamu itu, Oliva.”
“Jika aku bisa, sudah dari dulu aku lakukan itu, Ma,” Sahut Olivia terdengar tidak begitu peduli, sebelum memutuskan untuk naik ke lantai dua. Lantai dimana kamarnya yang di bangun sedemikan rupa dan selalu membuatnya nyaman bila berada di dalamnya.
Saat di kamar, Olivia tidak membuang waktu lagi. Dia langsung masuk kamar mandi dan berendam air hangat di dalam bathup.
“kau harus datang ke pesta itu dan menunjukan padanya kalau kau baik-baik saja setelah lepad dari cinta palsunya itu, olivia!” begitulah ucapan Ajeng saat masih di kantor tadi yang kembali terngiang. Kata-kata itu membuat Olivia frustasi saat mengingatnya bahkan jantungnya pun jadi merasa ikut-ikutan sakit akibat ucapan yang sangat sederhana itu tetapi benar ada nya. Sehingga membuatnya dilema untuk memutuskan apakan dia harus datang atau tidak.
***
Saat ini, hati Olivia sedang bersorak kegirangan. Ia merasa kalau Tuhan begitu baik padanya, terbukti dengan hampir satu minggu ini Olivia terserang demam. Ya, lebih dari 5 hari dia flu yang di sertai demam.
Karena hal ini seakan membuat Olivia memiliki sebuah alasan yang sangat kuat untuk tidak hadir ke acara pernikahan penghiatan cinta sih Doni itu, sehingga dia tidak usah memikirkan cara apa untuk dia tidak hadir ke pernikahan terkutuk itu atau mungkin ini takdir Tuhan untuk membuat dia tidak hadir ke tempat itu.
Meskipun begitu dalam hati kecilnya Olivia tetaplah berdoa meminta maaf pada Tuhan karena dia sudah melakukan sumpah serapahnya pada pernikahan mereka. Mau bagaimana lagi? Olivia hanya manusia, perbuatan Doni membuat dia sakit hati, ditambah rumor yang mengatakan kalau wanita yang bernama Lita ternyata sudah hamil saat pernikahan itu berlangsung.
Mulai sekarang, dia memutuskan untuk melupakan dan tidak akan peduli dengan pria jahat itu. Jadi seharusnya dia bersyukur karena Tuhan telah menjauhkan dia dengan pria yang bernama Doni itu.
Tok..Tok..Tok.. suara ketukan pintu kamar yang membuyarkan pemikiran dirinya dengan Doni.
“Masuk,” Kata Olivia.
“Olivia? Bagaimana keadaan kamu sekarang?” tanya mamanya yang mendekat dan langsung mengusap pundak kepalanya dengan halus.
“Sudah baikan, Ma,” Jawab Olivia.
Mamanya Olivia menganggukan kepalanya,“Hmm.. Bisa kita bicara sebentar? Ada yang ingin bertemu dengan mu,” kata nya.
“Bertemu dengan ku? Siapa?” tanya Olivia dengan Heran.
Dengan rasa penasaran yang begitu besar, akhirnya dia mengikuti perintah Mamanya untuk ikut dengannya turun ke ruang tamu. Olivia menyusuri satu persatu anak tangga dan dia melihat sepasang suami istri yang tak di kenal oleh dirinya.
Saat berhadapan dengan mereka, Olivia bersalaman dengan mereka dan disambut dengan senyuman dari kedua orang yang tak di kenal oleh Olivia.
“Ma, aku ini anak kandung Mama kan.. bukan mereka,” bisik Olivia.
“Ya, iya lah, Kamu anak kandung Mama,” Katanya yang langsung menggebuk pundak Olivia.
“Mam, enggak mau jual aku sama mereka,kan?” tanyanya lagi.
“Kamu dijual juga enggak laku, Liv,” Jawab mamanya.
“lalu siapa mereka?” Tanya Olivia.
Bersambung ^^
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ummi zia
kayanya ceritanua bagus nichh lnjut thorr
2022-10-21
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-10-06
0
Lia Ayumi Gultom
Astaga.. Dijual? Ada2 aja lu oliv 😂🤣😅
2020-05-12
0