Bram mengerang frustasi setelah menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tamu. Wajahnya masih memerah akibat rasa kesal mendengar omelan sang mama sepanjang perjalanan tadi. Telinganya terasa hampir robek mendengar
pekikan mamanya yang terus saja mengomel dengan suara nyaring.
Seakan terperangkap, Bram tidak di perbolehkan pulang ke rumahnya membuat dia siap menebalkan telinganya dengan ocehan Mamanya tersebut.
Firasat Bram terbukti dengan mamanya yang kembali memarahi Bram saat sudah sampai di rumah.
“Mama ingin kamu minta maaf pada Olivia!” seru Mamanya yang sudah duduk di depannya dengan tatapan tajam membunuh.
“Untuk apa aku melakukannya? Aku tak salah padanya?!” Balas Bram yang bersikap tak peduli.
“Tidak salah kata mu?” tanya mamanya.
“Kamu mengatakan dia seperti manusia bar-bar di depan Orang tua nya dan terlebih depan kami? Terus kamu bilang tidak bersalah?” kata Mamanya lagi.
Bram mengangguk, “ Memang benar kan bukti nya dia makan seperti seakan tak pernah makan bertahun-tahun.”
“Itu karena Olivia memiliki nafsu makan yang tinggi, Bram!” Semprot nya.
“Pokoknya Kamu harus minta maaf, Mama ga mau tahu!”
“Tidak! Tidak mau!” kata Bram yang tak mau kalah. “Pokoknya aku tidak akan minta maaf!” kata nya lagi. Lalu dia berdiri dan meninggalkan mamanya sendiri.
“Kau keras kepala!” sentak mamanya yang melihat Bram sudah menaiki tangga ke atas ke kamarnya.
“Berhenti Bram! Mama belum selesai bicara!” bentak mamanya.
Mendengar itu Bram langsung menghentikan langkahnya.
“Kalian ingin menikahkan ku dengan wanita seperti itu?” tanya Bram dengan heran.
“Ya!” sahut Rita yang membuat Bram menggeram.
“Aku tak mau!” Balasnya dengan setengah mati menahan nada bicaranya agar tak membentak Mamanya.
“Kau harus mau,karena ini juga keinginan mendiang Kakek mu!”
Di dalam kamarnya Bram merenungkan depan kejadian pertemuan tadi, mungkin benar juga kata mamanya bahwa dia sudah sangat keterlaluan dengan menghina Olivia. Bukankan Dia harus menjaga perilakunya di depan kedua
Orang tua mereka? dan terlihat juga Olivia sepertinya menolak perjodohan itu.
Terpikir Bram ingin membicarakan ini pada Olivia dan Bram pun berniat untuk kerjasama dengan Olivia untuk menolak perjodohan itu. Jika Olivia juga menolak, kemungkinan ide gila Orangtua nya tidak akan terlaksana.
Ayolah Bram! Setidaknya hanya minta maaf.. dan kalau dia menolak perjodohan ini setidaknya lu tidak akan pernah bertemu dengan wanita itu, kata Bram dalam hati.
Bram langsung mengambil kunci mobil dan keluar dari kamarnya untuk melancarkan rencana nya itu jadi dia harus pergi menemui Olivia.
“Pokoknya kamu harus minta maaf olehnya Bram! Mama tidak mau karena ulah kamu, Olivia beserta Orangtuanya sakit hati!” Titah Mamanya lagi saat melihat Bram akan pergi.
“Ya…Ya.. aku akan minta maaf padanya,” kata Bram dengan mengelah nafas panjang dan berat.
“Ini kamu mau kemana?” tanya Mama nya.
“ Bukannya aku di suruh minta maaf pada nya?” Katanya dan langsung meninggalkan Mamanya.
“Selamat berjuang baby,” Teriak mamanya.
***
Bram pergi ke kantor Olivia dan saat dia melihat wanita itu, Bram langsung turun dari dalam mobilnya.
“Olivia” panggil Bram.
Oke Bram, lu cuman harus berkompromi dengannya.. kata nya lagi dalam hati.
Mendengar namanya di sebut, sang pemilik nama langsung mencari sumber suara yang memanggilnya itu. Akhirnya Olivia mendapati seorang pria yang bertubuh tegap menghampiri dirinya.
“hmm.. itu dia kan si..” Mata Olivia menyipit ketika pria itu sudah berdiri di hadapannya. Antara lupa atau tidak dengan nama pria itu, yang jelas dia ingat pria ini yang mengatainya wanita Goa, teringat itu membuat
Olivia semakin malas untuk mengingat namanya .
“Aku Bram, ingat?” kata Bram seakan mengerti kebingungan Olivia dengan dirinya.
“Ya, ada apa?” Tanya Olivia datar. Terik matahari siang yang menyorot ke dirinya membuat dia menyempitkan matanya dan membuang padangannya dari Bram dan ternyata itu di salah artikan oleh Bram.
“Ada apa? hmm…” dengan nada bicara yang seakan ketus.
“Bram”, sambungnya.
“Oh iya, ada apa Bram?” tanya Olivia dengan nada datar.
Perkataan itu, membuat Bram mengganggap bahwa itu menjadi salah satu sifat sombongnya yang tak orang tahu. Jujur, kalau bukan karena dia ada keperluan dan juga bukan karena ocehan Mamanya, dia tidak akan rela jauh-jauh
untuk ke tempat kerja Olivia.
“Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu, Kamu ada waktu?” tanya Bram.
“Tentang apa? Perjodohan kita?” tebak Olivia.
“Bagaimana?” Tanya Bram.
“hmm.. baiklah .. ini jam makan siangku, lebih baik kita bicara sambil makan. Ayok, kita bicarakan di depan,” ajak Olivia sambil menujuk tempat makan tepat di depan tempat kerjanya.
“Aku pesan mie ayam bakso lalu es jeruk dan Kamu mau pesan apa?” tanyanya.
“Aku es jeruk,” Balas Bram.
“Oke, Liv, mie ayam bakso dan es jeruk 2,” kata pelayan tempat makan itu.
“Iya,” jawabnya.
“Baiklah, langsung saja, aku berniat untuk mengajakmu bekerjasama untuk menolak perjodohan ini,” Kata Bram yang langsung memberitahukan niatnya.
“Kalau kamu ingin menolak, kenapa tidak kamu lngsung saja bicara sendiri?” tanya Olivia.
“Karena kalau aku sendiri, pasti akan ditolak! Maka dari itu aku mengajak mu untuk membatalkan rencana ini, memang kamu mau menikah denganku?” tanya Bram yang setengah kesal.
“Bagaimana? Kamu setujukan?” tanya nya.
Olivia menghela nafas panjang,”hmm sebenernya.. aku pun tidak tau bisa atau tidaknya, aku akan mencoba itu,” Kata Olivia.
Mendengar itu ada senyuman dari wajah Bram menandakan ada sedikit secerca harapan.
***
“Mama tidak setuju!” terdengar suara seruan Okta, saat dia mendengar bahwa putri nya menolak perjodohannya dengan Bram.
“Olivia.. Apa pun yang Mama lakukan, itu hanya untuk kebahagiaanmu, Mama dan Papa yakin bahwa Bram adalah pilihan yang tepat untukmu,” Ujar mamanya.
“Mama yakin pasti nanti dia akan benar-benar jatuh cinta pada mu, Bram anak yang baik kok,” jelas mamanya lagi.
“Mama sudah lama mengenal keluarga Bram jauh sebelum kamu dan Bram lahir, Mama juga pernah bertemu dengannya sewaktu kecil. Bram anakyang manis dan baik, Olivia,” Sambung Okta.
Pikiran Olivia kembali mengenang kejadian sore tadi dimanaBram datang ke tempat kerjanya dan mengajaknya untuk bekerja sama untuk menolak perjodohan itu. Dia pun teringat wajah Bram yang cukup tampan dan lesung pipinya saat dia tersenyum.
Sebuah usapan di bahunya membuatnya sadar dari lamunan Olivia tentang Bram.
Olivia yang sedang tidur di kasur kamarnya sambil menatap langit-langit kamar nya dia teringat dengan kata mamanya yang benar-benar menolak dengan saran Olivia untuk menolak perjodohannya karena segudang alasan
yang mamanya tak merestui itu.
Olivia sebenernya wanita yang cangat menurut dengan kedua Orang tua nya, disaat Orang tuanya benar-benar tak setuju dengan idenya membuat dia berpikir bagaimana dia bisa menerima ajakan Bram untuk menolak perjodohan mereka berdua.
Olivia berpikir cara untuk menjelaskan pada Bram dan serta Olivia pun memikirkan untuk mencoba untuk menerima perjodohan itu.
BERSAMBUNG ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Alya_Kalyarha
semangat nulisnya kk, udah aku like ya
kalau sempat mampir baliklah ke karyaku "sahabat atau cinta" dan "berani baca" tinggalkan like dan komen ya makasih
2020-06-02
2