Lara Hati

Lara Hati

1.

Shanum menata meja makan di rumah petak milik mereka, yang di beli secara mencicil bersama setelah mereka menikah, keduanya memilih mencicil KPR rumah berukuran sederhana.

"Nasi goreng lagi?" Gumam Haris menatap menu di meja persegi itu tanpa minat, pemuda itu duduk dengan lesu.

Haris sudah hafal diluar kepala jika tanggal sekian mendekati akhir bulan nasi goreng adalah menu ringkas dan hemat menjadi andalan sang ibu.

Liana duduk di samping nya dengan wajah di tekuk, masam tanpa senyuman. Menyendok makanan ke mulutnya tanpa bicara diikuti Galang si bungsu juga melakukan hal yang sama.

Tak lama Fahmi bergabung duduk bersamaan Shanum yang duduk di meja makan bersama memakan sarapan, di meja oval itu mereka mulai makan sarapan pagi.

Tak ada perbincangan ringan seperti sebelumnya, akhir-akhir ini rumah menjadi beku hanya sekedar sapaan, bicara juga seperlunya, tak seperti dulu. Semuanya berubah beberapa bulan terakhir ini, kala si sulung mengutarakan isi hatinya ingin kuliah.

Walaupun masih dua tahun lagi namun itu membuat cemas Shanum. Wanita itu tetap bekerja, mencari tambahan penghasilan demi tabungan pendidikan buah hati mereka.

"Aku akan pulang telat, jangan tunggu aku, istirahat lah aku bawa kunci cadangan. " Farhan berkata seraya bangkit setelah melap mulutnya dengan tisu.

Buru-buru Shanum mengulurkan tangan takzim dan lelaki itu menyambutnya seperlunya, tak ada ciuman di kening seperti dulu. Bahkan suaminya itu sering kali memunggungi nya saat tidur.

Shanum menata hatinya agar tak larut dalam kesedihan, matanya mengerjap menatap anak-anak mereka yang serentak mengikuti Farhan dimulai dari Haris, Liana dan terakhirnya Galang.

Mereka ngeloyor tanpa ucapan salam dan hanya takzim tanpa suara, Shanum mengemasi bekas sarapan tanpa berburuk sangka, namun ditepisnya secepatnya agar tak telat masuk kerja.

Dia beruntung jam kerja rutin dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore jadi Shanum bisa bersih-bersih rumah, menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu bagi anaknya.

Ia pun bersih-bersih untuk ke dua kalinya lalu bersiap untuk pergi kerja. Menjadi guru di sekolah TK dekat kompleks perumahan tempat tinggal nya adalah keberuntungan baginya.

"Semuanya sudah beres, bismillah semoga lancar semuanya hari ini Amin." Shanum berjalan keluar dengan sepeda listrik ia memulai aktifitas hari ini.

Walaupun dia merasakan keganjilan dari anak-anak juga suaminya ia menahannya dan tidak bertanya-tanya yang ada nantinya ada pertengkaran di keluarga kecil mereka.

Shanum menyapa rekan kerjanya saat di parkiran setelahnya masuk ke ruangan guru. Tak lama mereka bersama menyambut kedatangan anak didik mereka.

"Assalamualaikum. Selamat pagi anak-anak bunda." Sapa Shanum dengan ceria dan senyuman mengembangkan.

"Walaikumsalam bunda." Balas anak-anak berseragam yang berwajah imut juga sangat menggemaskan.

Shanum bahkan memeluk mereka tak lupa kecupan di pipinya bocah kecil itu ia daratkan. Pembicaraan kecil basa basi mereka lontarkan dengan wajah cerah ceria.

Begitulah kehidupannya Shanum wanita sederhana berparas cantik alami dengan bedak tabur bayi tipis juga bau minyak telon di tubuhnya sudah ciri khususnya.

Selalu bersemangat walaupun dalam keadaan sendiri dia bersedih hati mengingat suaminya juga anak-anak nya yang berubah menjadi lebih dingin.

Shanum mengira kehidupannya sempurna dengan suami dan juga anak-anak yang manis juga penurut, tak ada kenakalan yang berarti.

Wanita lugu itu tak akan mengira akan ada badai menerpa keluarga nya yang terlihat bahagia dan harmonis di mata masyarakat di sekitarnya.

Suaminya yang taat beragama juga penyayang istri dan anak-anak. Karena sebelum ke kantor Farhan menghantarkan anak-anak nya ke sekolahan terlebih dahulu, baru ia menuju ke kantornya.

Farhan lelaki yang giat bekerja dan tak banyak bertingkah, berpakaian modis layaknya pekerja kantoran. Menjaga interaksi antara lawan jenis, ramah dan pintar.

Semua proposal yang ia ajukan selalu mendapatkan apresiasi dari atasan juga membuat perusahaan tempat dia bekerja meraup keuntungan.

Namun lama kelamaan lelaki itu jenuh, bukan pasal kerjaannya namun akan aktivitas keseharian yang ia lalui bersama sang istri.

Rutinitas yang monoton, istrinya yang berpenampilan sederhana hanya cantik alami yang ada pada diri Shanum aja tak cukup untuk seorang Farhan.

Lelaki matang dengan jabatan kepala bagian penasaran banyak hal ia lewati dari godaan sesama rekan bahkan sang sekretaris yang seksi membuat iman Farhan terombang ambing.

Berawalan dari menjamu client dari kantor hingga akhirnya dia coba-coba menerima keberadaan lady escort. Sesekali hang out setiap akhir pekan bersama rekan kerjanya. Sudah mengenal dunia malam yang gemerlap menjanjikan akan kenikmatan duniawi.

 ###

Farhan POV

Bagaimanapun juga aku ingin hidup ku meningkat tak seharusnya aku terjebak dalam kebersamaan yang monoton, kerja keras dengan tabungan juga tak seberapa.

Seharusnya aku mendengarkan nasehat ibu dulu, kerja dulu setelah mapan baru berkeluarga. Bodohnya nya aku memilih menikah dini atas nama cinta dan tak mau melakukan zina.

Sudah sepantasnya mencari pasangan hidup yang sepadan atau lebih kaya itulah salah satu nasehat ibu. Seperti wanita karier yang berpenghasilan lebih besar. Aku memang memiliki gaji besar tapi percuma juga karena sudah memiliki anak-anak yang butuh dana semakin lama juga semakin besar.

Apa yang bisa aku miliki ? Hanya seperti ini saja tak ada kemajuan yang ada hanya gali lubang tutup lubang. Bodohnya lagi kenapa sih aku tak menyuruh nya KB agar anak tak memiliki banyak anak, semakin hari dan berganti tahun ada banyak hal yang di butuhkan untuk mereka.

Sialnya juga kita tak mampu bayar baby suster atau asisten rumah tangga lepas ? Sejujurnya aku tak suka jika aktivitas kami dilihat oleh mata orang. Untungnya Shanum tak keberatan juga tak mengeluh membawa anak ke tempat kerjanya,

Bisa jadi akan ada konflik jika ada yang tak suka dengan kehidupan kami, merekam lalu memviralkan banyangkan orang jaman sekarang serba ingin tahu, bisa jadi kehilangan pekerjaan atau lainnya, aku tak dapat membayangkan nantinya. Tak ada salahnya sedikit waspada terhadap sekitar ku kan?

Jaman sekarang mem bully terang-terangan, adalah bukan lah hal baru, keinginan tahuan orang bisa jadi toksin, privasi itu perlu dan tak perlu mengumbar sesuatu yang tidak pada semestinya.

Bisa jadi akan menjadi bumerang kita di keesokan harinya. Inilah pemikiran ku, akhirnya aku berhasil menutupi pribadiku dari rekanan kantor. Mereka hanya tahu aku lelaki beristri dengan tiga anak.

Namun tidak tahu siapa istriku, dan ku manfaatkan momen ini untuk menukar istriku. Tak ada yang pernah main ke rumahku atau aku yang mengajak istriku ke mall atau ke wisata sekitarnya walaupun tempat terdekat sekalipun.

Jangan salahkan aku tentang rencana ini, bukannya serakah tak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah.

Bukankah atas perintah nya kita harus berusaha keras untuk kesejahteraan kita dan bukan hanya berdiam atau sekedar meminta minta atau merampas milik orang lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!