Shanum menata meja makan di rumah petak milik mereka, yang di beli secara mencicil bersama setelah mereka menikah, keduanya memilih mencicil KPR rumah berukuran sederhana.
"Nasi goreng lagi?" Gumam Haris menatap menu di meja persegi itu tanpa minat, pemuda itu duduk dengan lesu.
Haris sudah hafal diluar kepala jika tanggal sekian mendekati akhir bulan nasi goreng adalah menu ringkas dan hemat menjadi andalan sang ibu.
Liana duduk di samping nya dengan wajah di tekuk, masam tanpa senyuman. Menyendok makanan ke mulutnya tanpa bicara diikuti Galang si bungsu juga melakukan hal yang sama.
Tak lama Fahmi bergabung duduk bersamaan Shanum yang duduk di meja makan bersama memakan sarapan, di meja oval itu mereka mulai makan sarapan pagi.
Tak ada perbincangan ringan seperti sebelumnya, akhir-akhir ini rumah menjadi beku hanya sekedar sapaan, bicara juga seperlunya, tak seperti dulu. Semuanya berubah beberapa bulan terakhir ini, kala si sulung mengutarakan isi hatinya ingin kuliah.
Walaupun masih dua tahun lagi namun itu membuat cemas Shanum. Wanita itu tetap bekerja, mencari tambahan penghasilan demi tabungan pendidikan buah hati mereka.
"Aku akan pulang telat, jangan tunggu aku, istirahat lah aku bawa kunci cadangan. " Farhan berkata seraya bangkit setelah melap mulutnya dengan tisu.
Buru-buru Shanum mengulurkan tangan takzim dan lelaki itu menyambutnya seperlunya, tak ada ciuman di kening seperti dulu. Bahkan suaminya itu sering kali memunggungi nya saat tidur.
Shanum menata hatinya agar tak larut dalam kesedihan, matanya mengerjap menatap anak-anak mereka yang serentak mengikuti Farhan dimulai dari Haris, Liana dan terakhirnya Galang.
Mereka ngeloyor tanpa ucapan salam dan hanya takzim tanpa suara, Shanum mengemasi bekas sarapan tanpa berburuk sangka, namun ditepisnya secepatnya agar tak telat masuk kerja.
Dia beruntung jam kerja rutin dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore jadi Shanum bisa bersih-bersih rumah, menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu bagi anaknya.
Ia pun bersih-bersih untuk ke dua kalinya lalu bersiap untuk pergi kerja. Menjadi guru di sekolah TK dekat kompleks perumahan tempat tinggal nya adalah keberuntungan baginya.
"Semuanya sudah beres, bismillah semoga lancar semuanya hari ini Amin." Shanum berjalan keluar dengan sepeda listrik ia memulai aktifitas hari ini.
Walaupun dia merasakan keganjilan dari anak-anak juga suaminya ia menahannya dan tidak bertanya-tanya yang ada nantinya ada pertengkaran di keluarga kecil mereka.
Shanum menyapa rekan kerjanya saat di parkiran setelahnya masuk ke ruangan guru. Tak lama mereka bersama menyambut kedatangan anak didik mereka.
"Assalamualaikum. Selamat pagi anak-anak bunda." Sapa Shanum dengan ceria dan senyuman mengembangkan.
"Walaikumsalam bunda." Balas anak-anak berseragam yang berwajah imut juga sangat menggemaskan.
Shanum bahkan memeluk mereka tak lupa kecupan di pipinya bocah kecil itu ia daratkan. Pembicaraan kecil basa basi mereka lontarkan dengan wajah cerah ceria.
Begitulah kehidupannya Shanum wanita sederhana berparas cantik alami dengan bedak tabur bayi tipis juga bau minyak telon di tubuhnya sudah ciri khususnya.
Selalu bersemangat walaupun dalam keadaan sendiri dia bersedih hati mengingat suaminya juga anak-anak nya yang berubah menjadi lebih dingin.
Shanum mengira kehidupannya sempurna dengan suami dan juga anak-anak yang manis juga penurut, tak ada kenakalan yang berarti.
Wanita lugu itu tak akan mengira akan ada badai menerpa keluarga nya yang terlihat bahagia dan harmonis di mata masyarakat di sekitarnya.
Suaminya yang taat beragama juga penyayang istri dan anak-anak. Karena sebelum ke kantor Farhan menghantarkan anak-anak nya ke sekolahan terlebih dahulu, baru ia menuju ke kantornya.
Farhan lelaki yang giat bekerja dan tak banyak bertingkah, berpakaian modis layaknya pekerja kantoran. Menjaga interaksi antara lawan jenis, ramah dan pintar.
Semua proposal yang ia ajukan selalu mendapatkan apresiasi dari atasan juga membuat perusahaan tempat dia bekerja meraup keuntungan.
Namun lama kelamaan lelaki itu jenuh, bukan pasal kerjaannya namun akan aktivitas keseharian yang ia lalui bersama sang istri.
Rutinitas yang monoton, istrinya yang berpenampilan sederhana hanya cantik alami yang ada pada diri Shanum aja tak cukup untuk seorang Farhan.
Lelaki matang dengan jabatan kepala bagian penasaran banyak hal ia lewati dari godaan sesama rekan bahkan sang sekretaris yang seksi membuat iman Farhan terombang ambing.
Berawalan dari menjamu client dari kantor hingga akhirnya dia coba-coba menerima keberadaan lady escort. Sesekali hang out setiap akhir pekan bersama rekan kerjanya. Sudah mengenal dunia malam yang gemerlap menjanjikan akan kenikmatan duniawi.
###
Farhan POV
Bagaimanapun juga aku ingin hidup ku meningkat tak seharusnya aku terjebak dalam kebersamaan yang monoton, kerja keras dengan tabungan juga tak seberapa.
Seharusnya aku mendengarkan nasehat ibu dulu, kerja dulu setelah mapan baru berkeluarga. Bodohnya nya aku memilih menikah dini atas nama cinta dan tak mau melakukan zina.
Sudah sepantasnya mencari pasangan hidup yang sepadan atau lebih kaya itulah salah satu nasehat ibu. Seperti wanita karier yang berpenghasilan lebih besar. Aku memang memiliki gaji besar tapi percuma juga karena sudah memiliki anak-anak yang butuh dana semakin lama juga semakin besar.
Apa yang bisa aku miliki ? Hanya seperti ini saja tak ada kemajuan yang ada hanya gali lubang tutup lubang. Bodohnya lagi kenapa sih aku tak menyuruh nya KB agar anak tak memiliki banyak anak, semakin hari dan berganti tahun ada banyak hal yang di butuhkan untuk mereka.
Sialnya juga kita tak mampu bayar baby suster atau asisten rumah tangga lepas ? Sejujurnya aku tak suka jika aktivitas kami dilihat oleh mata orang. Untungnya Shanum tak keberatan juga tak mengeluh membawa anak ke tempat kerjanya,
Bisa jadi akan ada konflik jika ada yang tak suka dengan kehidupan kami, merekam lalu memviralkan banyangkan orang jaman sekarang serba ingin tahu, bisa jadi kehilangan pekerjaan atau lainnya, aku tak dapat membayangkan nantinya. Tak ada salahnya sedikit waspada terhadap sekitar ku kan?
Jaman sekarang mem bully terang-terangan, adalah bukan lah hal baru, keinginan tahuan orang bisa jadi toksin, privasi itu perlu dan tak perlu mengumbar sesuatu yang tidak pada semestinya.
Bisa jadi akan menjadi bumerang kita di keesokan harinya. Inilah pemikiran ku, akhirnya aku berhasil menutupi pribadiku dari rekanan kantor. Mereka hanya tahu aku lelaki beristri dengan tiga anak.
Namun tidak tahu siapa istriku, dan ku manfaatkan momen ini untuk menukar istriku. Tak ada yang pernah main ke rumahku atau aku yang mengajak istriku ke mall atau ke wisata sekitarnya walaupun tempat terdekat sekalipun.
Jangan salahkan aku tentang rencana ini, bukannya serakah tak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah.
Bukankah atas perintah nya kita harus berusaha keras untuk kesejahteraan kita dan bukan hanya berdiam atau sekedar meminta minta atau merampas milik orang lain.
"Braak. Mana duit nya? Masih tak bawa? Dasar miskin lo! Mobil butut, seragam juga leceek dekil beginian masih ada yang suka ama lo? Pada buta kali!" Suara tawa menggema.
Seorang remaja berseragam abu-abu putih mencengkeram kerah remaja seusia nya dengan atribut yang sama.
Alex, pemuda itu menatap nyalang Haris Saputra yang menatapnya datar. Wajah pasrah dan masa bodoh dengan nasibnya kali ini akan di pukuli untuk ke sekian kalinya.
Alex dan kawanan nya sering mem bully juga memalak anak-anak satu sekolah, Haris sekolah di sekolah umum favorit karena prestasi siswanya dan segala kegiatan ekstrakulikuler. Haris salah satu siswa beasiswa, anak jago matematika dan bahasa inggris.
Ibunya yang tak pernah mengetahui prestasi belajar nya, ibunya hanya mengetahui jika ia pintar dan juara kelas. Mengenai lomba olimpiade sekolah hanya guru yang menangani masalah tersebut dan Haris tak pernah menunjukkan piala ataupun mendali tersebut di rumah nya karena tak ingin merepotkan sang ibu.
Di pikiran Haris itu hanyalah salah satu syarat beasiswa untuk siswa yang ingin dimilikinya. Semuanya hanya di simpan di rak almari pakaiannya dan di kunci rapat.
Semenjak menjelang remaja Haris di minta ibunya mandiri dengan mengatur keuangan yakni uang saku, membagi waktu belajar dan ekstrakulikuler. Menata kamar berikut pakaian juga buku sekolah miliknya sendiri.
Haris berubah pendiam semenjak menginjak bangku kelas 10. Di awal semester dan shanum tidak menyadarinya karena fokus mencari tambahan uang menunjang finansial keluarga mereka.
"Baiklah, aku senang saja kau berikan tubuh mu menjadi samsak kami." Kekeh Alex gembira dan akhirnya mendarat lah pukulan demi pukulan berikut tendangan bebas.
Haris meringis tak melawan juga tak takut terus menatap Alex, Alex sendiri yang tergedik kala bersitatap mata dengan Haris secara tak sengaja.
Di lain tempat, Liana hanya berdiri terdiam kala wali kelasnya menanyakan kembali akan keputusannya tidak mengikuti studi tour yang diadakan tiap tahunan khusus diikuti anak kelas akhir.
Sebagai kenang-kenangan sekaligus perpisahan sekolah dan rekreasi anak setelah mengikuti ujian akhir sekolah. Walaupun masih lama namun gurunya harus memastikan bahwa anak didik nya yang akan mengikutinya.
"Maafin Liana bu, kami tidak sanggup membayar sesuai nominal tersebut. Dan juga saya tidak berkeberatan kehilangan tabungan juga." Lanjut Liana dengan menunduk.
Helaan nafas panjang diambil sang guru yang menyayangkan muridnya tak dapat mengikuti bertambah, guru itu khawatir akan gagalnya keberangkatan tahun ini yang kali pertamanya.
Liana berjalan gontai kala diberi kode meninggalkan ruangan guru. Saat di luar ruangan tak dapat di tahan air matanya luruh bahunya terguncang menahan isak tangisan.
"Aku juga ingin pergi, bu. Bagaimana dengan pengobatan kakek. Ibu tak bisa menghasilkan uang banyak walau sudah berdagang online." Batinnya sedih.
Brukk. "Ya, tumpah deh! Sorry aku tak sengaja." Ucap bocah berseragam merah putih menatapnya tengil juga tersenyum sinis.
Galang terdiam menunduk memungut makanan yang tumpah hanya nasi putih dan telur dadar, Menu andalan sang ibu. Tak ada variasi karena ayah mereka anak tunggal dan harus menanggung beban biaya pengobatan kakeknya juga keluarga mereka.
Penyakit brongthitis dan ginjal yang diderita sang kakek memaksa keluarganya harus berhemat, parahnya sang ibu selalu saja mendapatkan cercaan jika telat melakukan pengiriman transfer ke rekening nenek.
Galang si kecil tak tahan jika melihat sang ibu menangis. Namun apa daya ia masih kecil tak faham bagaimana caranya membantu nya.
"Ayo Galang ke taman saja kita makan di sana!" Seorang anak membantu Galang dan menyeretnya ke samping gedung sekolahnya.
Amir teman dari TK dan mengenal nya selalu membantunya dan menghibur Galang juga membagi bekal nya keduanya kembali ceria mengobrol tentang film kartun atau pelajaran sekolah.
###
Farhan menatap wanita yang duduk di hadapan nya. Cantik, muda seksi dengan balutan pakaian kerja ketat terlihat dadanya yang membusung tersembul kulitnya putih dengan kaki jenjang nya membuat Farhan menegakkan tubuhnya.
Hasratnya terpancing, menatapnya sayu. Sonia Dewangsa menatapnya penuh minat berdiri bersandar di meja kerjanya dan Haris duduk di hadapannya mengukung kedua kaki jenjang Sonia.
"Aku menerimanya yang kau tawarkan tapi aku juga butuh jaminan akan hubungan ini." Ujar Farhan
"Jika begitu tunggu apa lagi? Puaskan aku Mas, dan kau akan menjadi CEO di salah satu perusahaan ku. Dan anak-anak? Mereka akan mengikuti mu, tinggal di istana ku?" Jawab Sonia dengan manja.
Bujukan Sonia mengelusi rahang keras milik Farhan, ruangan kerja itu tertutup rapat dengan kunci remote yang ada di meja Sonia. Walaupun transparan namun rak terlihat dari luar namun apa yang di luar akan terlihat lebih jelas.
Sonia mendesah kala bibirnya Farhan sibuk mengeksplorasi tiap jengkal pahanya dan berakhir di intinya. Dengan perlahan dan intens Farhan menembus pertahanan Sonia Dewangsa menatapnya penuh hasrat.
"Sekarang mas." Pinta nya dengan manja, dan Farhan bangkit lalu menyatukan diri tanpa melepaskan pakaiannya. Sedangkan Sonia terlihat berantakan, pakaiannya terlepas walaupun masih dikenakan nya.
Farhan menuruti permintaan Sonia, Farhan hidup dengan dana pas pasan tak ada kesenangan tak ada liburan. Juga istri yang cantik dan mengajaknya bercinta dengan liar.
Ini sudah ketiga kalinya mereka bercinta, pertama kalinya di club malam kala mendampingi atasan Farhan. Sonia terkenal hyper ada beberapa karyawan nya pernah di tiduri nya. Isu itu yang diketahui Farhan.
Karena itu ia tetap kaya karena para lelaki itu mau saja menjadi mainan di ranjang juga bekerja keras untuk nya. Awalnya Farhan mengira itu hanya isu nyatanya sekarang dia yang di butuhkan untuk penghangat ranjang, kala itu Sonia mabuk dan menyeretnya ke kamar hotel yang disewa Sonia.
Sonia dengan lihai nya memimpin permainan, awalnya Farhan malu-malu namun ia akhirnya mengikutinya yang bersemangat dalam permainan tersebut.
Farhan meremas dadanya Sonia di hentakan kuat bersamaan dengan pelepasan, Sonia terkulai di meja kerja besar itu, menelungkup memunggungi Farhan.
Ini gaya ketiga mereka dalam ruangan itu mereka tak membatasi, bahkan asyiknya permainan lupa akan tempat mereka saat ini.
Farhan membersihkan diri dengan tisu di meja, melirik jam mewah nya, hanya Shanum yang tak menyadari jika itu jam mewah. Anaknya mengerti apa yang dikenakan, lelaki itu dan Farhan berjanji akan bercerita tentang itu suatu saat nanti. Dan anak-anak mengikuti perintahnya.
Nyatanya Sonia benar-benar menginginkan Farhan berikut anaknya. Wanitanya ingin keluarga, namun ia tak mau hamil.
Tak mengapa toh mereka hanya menikmati hidup mewah semua sama di untungkan. Yang merugi hanya Shanum yang di tinggalin mereka yang akan pindah ke rumah Sonia.
Anak-anak bahagia dengannya mendapatkan fasilitas apapun, sudah tak ada kecemasan kekurangan dana, untuk ayahnya akan aman sudah ada biaya pengobatan,
Gajinya utuh masih mendapat jatah belum dukungan dari Sonia. Semuanya berubah beberapa hari lagi, Farhan sudah tak sabar. Setelahnya ia mengangkat Sonia meletakkan begitu saja di sofa, Farhan keluar. Wanita cantik itu tidak mengenakan pakaiannya. Parah nya malah dia memilih tidur.
Karena ada pekerjaan yang harus dilakukan tak mungkin Farhan menurunkan performa nya bisa jadi ia di depak dari perusahaan Sonia. Harus profesional antara kesenangan dan pekerjaan.
POV Sonia
Namaku Sonia Dewangsa, memiliki otak pas-pasan tapi bukan berarti aku mudah di remeh kan. Benar ga sih?
Papa dulu sangat mencemaskan tentang perusahaan milik nya, yang dia tinggalkan untuk ku, takut bangkrut dan membuat dia jatuh miskin, karena itu dia hanya memberiku perusahaan kecil yang hampir kolaps. Sungguh keterlaluan! Umpat ku waktu itu.
Mana mungkin aku menyerah begitu saja, ku buktikan dengan merekrut pemuda yang pintar, tentunya ku janjikan bonus profit yang menguntungkan bagi mereka.
Di tambah dengan cara pendekatan halus, memberikan perhatian untuk mereka yang bersedia menolong ku, menjaga perusahaan ku hingga menjadi berkembang pesat.
Dahulu Papa hanya menyuruh ku berdandan cantik hanya melayani laki-laki, menyenangkan syahwat nya suami, lelaki butuh perhatian itu yang dia tanam kan padaku, maka ku lakukan ajaran nya,. sejauh ini aku juga menikmati nya.
Para lelaki yang menjamah ku merasa puas akan layanan ku, selain itu aku mendengarkan curhat mereka seusai bercinta, sepanjang waktu mereka menikmati layanan ku.
Nyaman akan perhatian dan kebersamaan ku, aku belajar melayani di ranjang melalui vidio syur yang ketemukan di kamar kakak ku.
Dan melepaskan kepemilikan ku dengan suamiku. Ia menceraikan ku setelah 5 tahun pernikahan kami. Aku sengaja KB karena aku tak sudi hamil anak nya.
Suamiku adalah lelaki pemburu lubang surgawi, pasti dia memiliki bibit yang jelek. Lagian aku bisa cari kesenangan juga belajar juga mempraktekan apa yaku hafalkan di vidio itu, juga menambah pundi-pundi karena ia terkenal royal.
Tak ku pungkiri aku juga menjalin lelaki di luaran tanpa sepengetahuan suamiku, toh ia juga tak setia. Tak ada salahnya mengasah skill kan?
Ada lelaki yang ku pelihara memberikan barang juga uang toh aku tak menuntut akan keputusannya jadi aku terima saja. Aku juga suka duit dan barang-barang mewah.
Papaku meninggal dunia karena shock melihat usahaku berhasil dan mengetahui aku memelihara laki-laki guna menumpuk pundi-pundi melimpah. Ia mati setelah berjuang di icu selama dua pekan. Laki-laki biadab itu yang selalu meremehkan kemampuan aku, juga meninggalkan mama demi gundik nya. Jadi salahku di mana?
Aku sangat menikmati hidup mewah ku, saudaraku iri dan ingin bergabung dengan perusahaan ku tapi aku tak sudi. Tak sudi aku menurut atas permintaannya, ia yang selalu menatap ku remeh tiap kali Papa meminta raport sekolah kami.
Mereka berprestasi tidak dengan ku, bahkan mereka mendapatkan ucapan manis dari papa yang tak pernah ku dengar berikut hadiah mewah yang merek inginkan. Hadiah yang tak pernah sekalipun aku dapat darinya.
Aku bebas sekarang setelah perceraian itu, ia menikahi gadis belia, kenyataan pahit dari suamiku itu,yang aku tahu dia mandul setelah pemeriksaan ulang. Sengaja ku rahasiakan sebagai kado perpisahan kita, saat tak sengaja bertemu dia di pertemuan antar pengusaha dengan percaya diri dia meminta rujuk dengan ku.
Sialan. Setelah apa yang ia lakukan selama pernikahan kami ia minta rujuk? Mati saja kau! Ku sumpahi dia, selain ia bertingkah lelaki itu main kasar dalam hubungan badan. Mana mungkin ada wanita yang mau dan tahan dengan nya.
Parahnya ia bawa perempuan lain di peraduan kami tanpa perasaan, bercinta sepanjang waktu di sana tanpa memikirkan perasaan ku.
Sekarang setelah bebas masa aku balik ke dia? Bodohnya aku jika itu terjadi, dan tak akan pernah terjadi.
Saat ultah perusahaan aku berkumpul bersama karyawan ku yang berprestasi yang satu lagi ada yang belum terikat dengan pesona ku.
Farhan Saputra, lelaki itu awalnya acuh namun karena kegigihan aku mendekati mendekati nya akhirnya dia takluk di kakiku.
Ia letih hidup miskin karena banyaknya jumlah tanggungan yang mesti dia bayar, belum lagi ia tak pernah sekalipun bersenang-senang selama ini.
Ku pancing dengan obrolan kecil, menggoda nya perlahan dan pertahanan nya runtuh juga. Saat aku menggoda nya meraba perlahan sepintas lalu tubuh nya sudah memberikan respon.
Aku tertarik pada nya selain pintar dia penyayang anak, mengantarkan ketiga anaknya baru ke kantor. Satu paket jika aku memilih menikah dengannya.
Tak perlu aku hamil kan sudah ada anaknya, lalu tinggal kasih duit kesenangan selesai kan?
"Aku kekasih ayah kalian, aku mencintai dia dan kami akan menikah. Kalian menerima ku sebagai ibu kalian kan? Kalian boleh tinggal di rumah ibumu di gubuk itu atau dengan kami di istana ku? Tawar ku
Fasilitas apapun tentang kalian akan ku usahakan, sesuai kapasitas aku. Uang saku, transportasi, pendidikan yang kalian mau. Aku tak memaksakan jurusan apa yang kalian mau tekuni aku hanya perlu image baik kalian!
Jaga nama baik ku, dengan apa yang aku kasih ke kalian, mengerti?" Aku menekankan peringatan pada mereka anak-anak Mas Farhan.
"Di dunia ini tak ada yang gratisan kalian harusnya bisa kan memberikan predikat, prestasi belajar kalian padaku?"
Aku menekan mereka agar di kemudian hari tak ada kekacauan yang timbul, aku sengaja bernegosiasi dengan mereka agar tidak ada yang memberontak dan mempermalukan aku di kemudian hari.
Tentunya mas Farhan tidak mengetahuinya tentang ini. Trik ini aku jalankan agar apa yang ku mau terjadi sesuai keinginan ku.
"Kami bersedia." Jawab mereka serentak, bahagianya aku dapat satu paket bapak berikut anak-anak. Aku tersenyum puas kala bertemu dengan anaknya yang jelas menginginkan sesuatu yang tak pernah sekalipun mereka dapatkan.
Mas Farhan kembali setelah membawa pesanan makanan kami. Layaknya keluarga cemara kita makan dengan obrolan ringan dan bahagia.
Hasil pertemuan dengan anak-anak mas Farhan setengah empat bulan kami bersama. Dan ia mantap akan menceraikan dia di akhir pekan ini.
Bahagianya aku dengan bangga aku ke butik langganan aku memilih pakaian kebaya pengantin putih yang cantik sedikit mahal tak mengapa asal worth it kan?
Mas Farhan menempel pada ku setelah pertemuan keluarga nya dan membantu memesan pakaiannya juga anak-anak. Tentunya tanpa istrinya mengetahuinya.
Aku juga mengurus pemindahan sekolahnya anak-anak. Ke sekolah elite dan berkelas sesuai dengan standar kehidupan yang aku inginkan.
Akhirnya sampai pada masanya kita ijab kobul dan membuat foto keluarga dan memposting di medsos bahwasanya ia mengakui akulah istrinya yang dia sembunyikan dari rekan-rekan nya.
M danas Farhan memang sedikit tertutup rapat dengan orang sekitarnya karenanya aku memilih menikah dengannya. Selain jaga nama baik ku, juga tidak pernah memprovokasi aku.
Banyaknya ia melindungi dan memberikan ketenangan di keluarga kami nantinya. Dan semoga saja istrinya yang bodoh itu tak membuat dramatis dalam proses perpisahan nya dengan mas Farhan.
Akan sangat melelahkan nantinya, andai kata terjadi tentunya tak akan ku biarkan. Pasalnya aku tak suka hal yang berbelit-belit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!