"Braak. Mana duit nya? Masih tak bawa? Dasar miskin lo! Mobil butut, seragam juga leceek dekil beginian masih ada yang suka ama lo? Pada buta kali!" Suara tawa menggema.
Seorang remaja berseragam abu-abu putih mencengkeram kerah remaja seusia nya dengan atribut yang sama.
Alex, pemuda itu menatap nyalang Haris Saputra yang menatapnya datar. Wajah pasrah dan masa bodoh dengan nasibnya kali ini akan di pukuli untuk ke sekian kalinya.
Alex dan kawanan nya sering mem bully juga memalak anak-anak satu sekolah, Haris sekolah di sekolah umum favorit karena prestasi siswanya dan segala kegiatan ekstrakulikuler. Haris salah satu siswa beasiswa, anak jago matematika dan bahasa inggris.
Ibunya yang tak pernah mengetahui prestasi belajar nya, ibunya hanya mengetahui jika ia pintar dan juara kelas. Mengenai lomba olimpiade sekolah hanya guru yang menangani masalah tersebut dan Haris tak pernah menunjukkan piala ataupun mendali tersebut di rumah nya karena tak ingin merepotkan sang ibu.
Di pikiran Haris itu hanyalah salah satu syarat beasiswa untuk siswa yang ingin dimilikinya. Semuanya hanya di simpan di rak almari pakaiannya dan di kunci rapat.
Semenjak menjelang remaja Haris di minta ibunya mandiri dengan mengatur keuangan yakni uang saku, membagi waktu belajar dan ekstrakulikuler. Menata kamar berikut pakaian juga buku sekolah miliknya sendiri.
Haris berubah pendiam semenjak menginjak bangku kelas 10. Di awal semester dan shanum tidak menyadarinya karena fokus mencari tambahan uang menunjang finansial keluarga mereka.
"Baiklah, aku senang saja kau berikan tubuh mu menjadi samsak kami." Kekeh Alex gembira dan akhirnya mendarat lah pukulan demi pukulan berikut tendangan bebas.
Haris meringis tak melawan juga tak takut terus menatap Alex, Alex sendiri yang tergedik kala bersitatap mata dengan Haris secara tak sengaja.
Di lain tempat, Liana hanya berdiri terdiam kala wali kelasnya menanyakan kembali akan keputusannya tidak mengikuti studi tour yang diadakan tiap tahunan khusus diikuti anak kelas akhir.
Sebagai kenang-kenangan sekaligus perpisahan sekolah dan rekreasi anak setelah mengikuti ujian akhir sekolah. Walaupun masih lama namun gurunya harus memastikan bahwa anak didik nya yang akan mengikutinya.
"Maafin Liana bu, kami tidak sanggup membayar sesuai nominal tersebut. Dan juga saya tidak berkeberatan kehilangan tabungan juga." Lanjut Liana dengan menunduk.
Helaan nafas panjang diambil sang guru yang menyayangkan muridnya tak dapat mengikuti bertambah, guru itu khawatir akan gagalnya keberangkatan tahun ini yang kali pertamanya.
Liana berjalan gontai kala diberi kode meninggalkan ruangan guru. Saat di luar ruangan tak dapat di tahan air matanya luruh bahunya terguncang menahan isak tangisan.
"Aku juga ingin pergi, bu. Bagaimana dengan pengobatan kakek. Ibu tak bisa menghasilkan uang banyak walau sudah berdagang online." Batinnya sedih.
Brukk. "Ya, tumpah deh! Sorry aku tak sengaja." Ucap bocah berseragam merah putih menatapnya tengil juga tersenyum sinis.
Galang terdiam menunduk memungut makanan yang tumpah hanya nasi putih dan telur dadar, Menu andalan sang ibu. Tak ada variasi karena ayah mereka anak tunggal dan harus menanggung beban biaya pengobatan kakeknya juga keluarga mereka.
Penyakit brongthitis dan ginjal yang diderita sang kakek memaksa keluarganya harus berhemat, parahnya sang ibu selalu saja mendapatkan cercaan jika telat melakukan pengiriman transfer ke rekening nenek.
Galang si kecil tak tahan jika melihat sang ibu menangis. Namun apa daya ia masih kecil tak faham bagaimana caranya membantu nya.
"Ayo Galang ke taman saja kita makan di sana!" Seorang anak membantu Galang dan menyeretnya ke samping gedung sekolahnya.
Amir teman dari TK dan mengenal nya selalu membantunya dan menghibur Galang juga membagi bekal nya keduanya kembali ceria mengobrol tentang film kartun atau pelajaran sekolah.
###
Farhan menatap wanita yang duduk di hadapan nya. Cantik, muda seksi dengan balutan pakaian kerja ketat terlihat dadanya yang membusung tersembul kulitnya putih dengan kaki jenjang nya membuat Farhan menegakkan tubuhnya.
Hasratnya terpancing, menatapnya sayu. Sonia Dewangsa menatapnya penuh minat berdiri bersandar di meja kerjanya dan Haris duduk di hadapannya mengukung kedua kaki jenjang Sonia.
"Aku menerimanya yang kau tawarkan tapi aku juga butuh jaminan akan hubungan ini." Ujar Farhan
"Jika begitu tunggu apa lagi? Puaskan aku Mas, dan kau akan menjadi CEO di salah satu perusahaan ku. Dan anak-anak? Mereka akan mengikuti mu, tinggal di istana ku?" Jawab Sonia dengan manja.
Bujukan Sonia mengelusi rahang keras milik Farhan, ruangan kerja itu tertutup rapat dengan kunci remote yang ada di meja Sonia. Walaupun transparan namun rak terlihat dari luar namun apa yang di luar akan terlihat lebih jelas.
Sonia mendesah kala bibirnya Farhan sibuk mengeksplorasi tiap jengkal pahanya dan berakhir di intinya. Dengan perlahan dan intens Farhan menembus pertahanan Sonia Dewangsa menatapnya penuh hasrat.
"Sekarang mas." Pinta nya dengan manja, dan Farhan bangkit lalu menyatukan diri tanpa melepaskan pakaiannya. Sedangkan Sonia terlihat berantakan, pakaiannya terlepas walaupun masih dikenakan nya.
Farhan menuruti permintaan Sonia, Farhan hidup dengan dana pas pasan tak ada kesenangan tak ada liburan. Juga istri yang cantik dan mengajaknya bercinta dengan liar.
Ini sudah ketiga kalinya mereka bercinta, pertama kalinya di club malam kala mendampingi atasan Farhan. Sonia terkenal hyper ada beberapa karyawan nya pernah di tiduri nya. Isu itu yang diketahui Farhan.
Karena itu ia tetap kaya karena para lelaki itu mau saja menjadi mainan di ranjang juga bekerja keras untuk nya. Awalnya Farhan mengira itu hanya isu nyatanya sekarang dia yang di butuhkan untuk penghangat ranjang, kala itu Sonia mabuk dan menyeretnya ke kamar hotel yang disewa Sonia.
Sonia dengan lihai nya memimpin permainan, awalnya Farhan malu-malu namun ia akhirnya mengikutinya yang bersemangat dalam permainan tersebut.
Farhan meremas dadanya Sonia di hentakan kuat bersamaan dengan pelepasan, Sonia terkulai di meja kerja besar itu, menelungkup memunggungi Farhan.
Ini gaya ketiga mereka dalam ruangan itu mereka tak membatasi, bahkan asyiknya permainan lupa akan tempat mereka saat ini.
Farhan membersihkan diri dengan tisu di meja, melirik jam mewah nya, hanya Shanum yang tak menyadari jika itu jam mewah. Anaknya mengerti apa yang dikenakan, lelaki itu dan Farhan berjanji akan bercerita tentang itu suatu saat nanti. Dan anak-anak mengikuti perintahnya.
Nyatanya Sonia benar-benar menginginkan Farhan berikut anaknya. Wanitanya ingin keluarga, namun ia tak mau hamil.
Tak mengapa toh mereka hanya menikmati hidup mewah semua sama di untungkan. Yang merugi hanya Shanum yang di tinggalin mereka yang akan pindah ke rumah Sonia.
Anak-anak bahagia dengannya mendapatkan fasilitas apapun, sudah tak ada kecemasan kekurangan dana, untuk ayahnya akan aman sudah ada biaya pengobatan,
Gajinya utuh masih mendapat jatah belum dukungan dari Sonia. Semuanya berubah beberapa hari lagi, Farhan sudah tak sabar. Setelahnya ia mengangkat Sonia meletakkan begitu saja di sofa, Farhan keluar. Wanita cantik itu tidak mengenakan pakaiannya. Parah nya malah dia memilih tidur.
Karena ada pekerjaan yang harus dilakukan tak mungkin Farhan menurunkan performa nya bisa jadi ia di depak dari perusahaan Sonia. Harus profesional antara kesenangan dan pekerjaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments