Secret Love
..."Memaafkan memang mudah, tapi melupakan tak semudah itu. Rasa sakit dibalas maaf, itu TIDAK ADIL!."...
...-LIJEN-...
...∞...
...∞...
...∞...
...∞...
...∞...
...∞...
...HAPPY READING...
...______________...
"Pah, Mah. Aku mau pindah sekolah, di sekolah yang ada asramanya."ucap Vena tiba tiba, saat ini Ia, papa dan mamanya sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Kenapa?, sekolah mu yang sekarang tidak nyaman kah?."tanya Papa Rendy terkejut dengan penuturan anak keduanya.
"Iya, aku kurang nyaman sama suasana yang ada di sekolah sana, juga sedikit gangguan yang aku dapatkan disana. Aku ga tahu kenapa mereka ganggu, padahal aku ga pernah sekalipun ganggu mereka."adu Vena, Ia tidak berbohong tentang ketidak nyamanan itu karena memang benar adanya.
"Baiklah, nanti Papa urus surat perpindahannya. Kamu mau pindah di sekolah mana?, negeri atau swasta?"tanya Papa Rendy,
"Swasta aja, aku sudah terlanjur masuk swasta. Biar lebih mudah ngurusinnya,"
"Baik, kalau gitu biar Papa carikan sekolah swasta yang ada asramanya dan besok kita langsung kesana. Kamu ga usah sekolah, biar papa yang ke sekolah kamu."ucap Papa Rendy, sebenarnya Papanya itu baik, tapi kadang kadang. Baiknya itu tidak permanen, Vena sudah muak kalau Papanya bertingkah. Bukan hanya fisiknya yang terluka, tapi batinnya juga. Bahkan lebih parah, hanya tidak terlihat saja.
Itu penyebabnya, kenapa Venaya Adhitama sulit mengekspresikan perasaannya, karena memang dari dulu dirinya sudah di tekan ini dan itu oleh kedua orang tuanya, apalagi Papanya yang selalu memberikan alasan 'Ini demi kebaikan kamu', emang ada kebaikan yang merusak mental anak?. Vena tumbuh menjadi anak yang netral, tidak baik dan juga tidak jahat, tapi jika di lihat sampai saat ini, Vena lebih banyak mengeluarkan sifat jahatnya. Jujur saja saat di sekolah maupun di rumah, Ia sudah terlatih untuk menjadi munafik. Munafik untuk menjaga perasaan orang agar tidak tersakiti oleh sifat aslinya, Ia menutup sifat aslinya yang egois dalam segala hal, demi orang lain dirinya memilih untuk menutup keinginanya ini dan itu. Sakit, tapi lebih sakit jika melihat orang lain tersakiti karena sifatnya.
Venaya memiliki dua saudara, satu abang dan satu adek. Semuanya laki laki, kedua orang tuanya sudah lama bercerai. Ia tinggal dengan papa kandung dan mama barunya, sedangkan abang dan adeknya memutuskan untuk tidak ikut dengan papa atau mama. Adeknya tinggal dengan abangnya, mama barunya baik tidak seperti Ibu tirinya Cinderella. Mama Yunita namanya, Vena manggilnya mama Nita. Yunita saat menikah dengan papa Rendy, dirinya masih perawan, jadi wajar jika saat ini Vena tidak memiliki saudara tiri. Untuk mama kandungnya, Vena tidak tahu keberadaannya saat ini, karena mereka hilang kontak. Terakhir kali bertemu, saat di pengadilan dan setelahnya tidak pernah. Mama kandungnya menghilang, bagaikan di telan bumi.
Vena memanggil mama kandungnya dengan sebutan Moma, moma Wendy. Untuk abangnya bernama Satria, dan adeknya bernama Riki. Bang Satria merupakan seorang Hakim, dan Riki masih SMA jurusan IPA kelas 10 dan untuk Ia sendiri sudah kelas 12 jurusan IPS.
...∞...
Paginya benar saja, papanya mengurus surat perpindahan lalu mengajak Vena untuk masuk ke sekolah barunya. Bukan hal sulit untuk mendapat sekolah baru, karena mengingat keluarga Adhitama merupakan keluarga yang berpengaruh dan papa Rendy yang memiliki banyak koneksi, memudahkan semuanya. Seperti saat ini Vena sudah di terima di sekolah barunya. SMA Neovander, yang ada asmara dan asmaranya ini campur tidak di pisahkan, asrama putra dan asrama putri menjadi satu.
Vena dan papa Rendy, saat ini sudah ada di ruang kepala sekolah SMA Neovander yang akan menjadi sekolah barunya. Vena yang dari sananya memang terlalu bodo amat dengan semuanya, karena tujuan adalah untuk kabur dari rumah dan tidak peduli dengan bagus atau tidaknya sekolah barunya ini yang penting dirinya bisa cepat keluar dari rumahnya dan masih bisa tidur dengan layak itu sudah cukup.
"Vena, nanti kamu di ajak guru baru kamu untuk berkeliling melihat isi sekolah ini dan untuk barang barang kamu, biar papa yang bawa ke asrama kamu."ucap papa Rendy, Vena hanya mengangguk terlalu malas untuk membuka suara. Mulutnya terlalu aktif kemarin, dan saat ini dirinya lelah untuk membuka suara.
"Ya sudah, sana kamu pergi keliling. Papa setelah ngantar barang kamu ini langsung pulang dan besok kamu akan resmi jadi murid di SMA ini."
"Papa pergi dulu, kamu baik baik disini. Ah, setelah ini papa pasti merindukanmu."ucap papa Rendy, dan sungguh Vena ingin cepat cepat pria di depannya ini pergi dari hadapannya. Sungguh terlalu muak untuk sekedar berbasa basi, mungkin hatinya sudah terlanjur sakit oleh sikapnya dan dengan mudahnya pria ini melupakannya. Huh!.
"Baiklah, papa pergi."pamitnya sebelum benar benar pergi, papa Rendy memberikan Vena uang untuk keperluannya selama hidup di sekolahnya ini.
"Ck, basi."gerutunya, dan Vena akhirnya memutuskan untuk pergi ke asramanya, terlalu malas untuk berkeliling toh ujung ujung tahu sendiri nantinya. Dirinya memiliki mulut, jadi bisa bertanya agar tidak tersesat.
Asramanya ini hampir mirip dengan Kosan bertingkat, tapi bedanya ah ga ada bedanya terlalu malas untuk mencari perbedaannya. Vena melangkah masuk menuju lantai 5, dan dengan cepat langsung mencari letak kamarnya. 7, itu nomer kamarnya. Vena berharap teman sekamarnya tidak banyak tingkah, dan tidak banyak bacot. Vena diberitahu isi kamarnya ada tiga penghuni, dan bertambah dirinya berarti empat.
Saat sudah menemukan pintu dengan nomer 7, Vena memasukkan kunci dan masuk kedalam. Rapi, satu kata yang terlintas di benaknya saat melihat kondisi kamar barunya. Barang barangnya sudah tersusun rapi, kecuali pakaiannya yang memang Vena tidak mengijinkan siapa saja untuk menyentuh pakaiannya.
"Malesin banget, huh."Vena mendengus sebal, lalu menata pakaiannya di lemari miliknya.
Saat sedang sibuk menata pakaiannya. Pintu terbuka dan menampilkan Pemuda dengan seragam rapi dan kacamata yang bertenggar di hidung mancungnya masuk ke dalam, keduanya sama sama terkejut, tapi lebih ke pemuda itu, karena Vena dengan cepat menormalkan kembali wajahnya.
"Weh, penghuni baru ya? kenalin gue Haedar Bagasditya. Btw lo sapa namanya, dan kenapa lo bisa sekamar sama adek gue?."ucap panjang lebar, pemuda yang mengaku namanya Haedar itu. Vena menatap malas pemuda itu, lalu berdiri dan mengenalkan diri.
"Aku Venaya Adhitama, kamu bisa panggil aku Vena. Iya aku penghuni baru kamar ini, Btw salken Haedar"ucap Vena, belum apa apa sudah munafik dulu. Vena memutuskan untuk memiliki teman disini, dirinya sudah terlalu bosan untuk berbicara sendiri. Untuk itu Vena memutuskan untuk tidak menjadi diri sendiri, karena ingin mempunyai teman. Jika menjadi diri sendiri, pasti tidak ada yang mau berteman dengannya.
"Ah, aku kamu ya?. Okelah salken juga Vena, btw aku penghuni kamar nomer 6. Nanti kalau kamu ada apa apa, bisa langsung kasih tahu aku. Oh ya, aku teman pertama kamu disini ya?."ucap Haedar, sepertinya Vena sudah mempunyai teman.
"Iya kamu teman pertama aku Haedar, disini dan di dunia."jawab Vena, tapi kalimat yang terakhir dia lanjutkan dalam hati, memang benar pemuda di depannya ini adalah teman pertamanya di dunia. Ah, Vena merasakan hatinya senang. Inikah, rasanya memiliki teman?, apakah memiliki teman itu menyenangkan?. Vena tidak tahu, kita lihat saja nantinya.
"Eh bener?, eh aku sampe lupa. Oh iya aku ga bisa lama lama di sini soalnya aku harus balik ke sekolah, nanti lagi ya aku langsung kesini, oke."beritahu Haedar, dan pemuda itu berjalan keluar menuju sekolahnya yang berada di samping asrama.
"Haedar Bagasditya, teman pertama gue. Menyenangkan, anaknya banyak bacot, tapi kayanya asik."gumamnya, lalu Vena melanjutkan menata pakainnya.
Vena saat ini sudah selesai dengan pakaiannya, dan saat ini Ia memutuskan untuk melanjutkan kembali tidurnya.
^^^See U^^^
^^^Tertanda^^^
^^^Venaya Langit^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments