..."Jangan selalu mengharapkan semua terjadi sesuai dengan apa yang kamu kehendaki."...
...-LIJEN-...
...∞...
...∞...
...∞...
...∞...
...∞...
...HAPPY READING...
...________________...
Paginya Vena bangun seperti biasanya, jam 05.00 pagi. Setelahnya Ia memutuskan untuk mandi, karena hari ini merupakan hari pertama Ia masuk ke sekolah barunya. Vena mengambil seragam sekolahnya, lalu masuk ke kamar mandi.
Vena keluar dengan seragam yang sudah melekat di tubuhnya, melihat kearah ketiga teman barunya yang belum menunjukkan tanda tanda akan bangun, Vena mau bodo amat, tapi karena sekarang mereka adalah temannya jadi Ia membangunkan mereka.
"Hilya, bangun udah pagi."ucap Vena, target pertamanya adalah Hilya, karena letak kasurnya dekat dengan milik Vena.
"Eugh.., ini udah jam berapa?,"tanya Hilya di sela lenguhannya,
"Udah jam lima lewat limapuluh, kamu tolong bangunin yang lain ya?. Aku ke dapur dulu, laper hehe."ucap Vena, setelah itu Ia pergi keluar menuju dapur. Vena itu mudah lapar, dan Ia juga suka makan.
Saat menuju dapur, ternyata sudah ada yang memasak. Vena melihat ada gestur pemuda, yang jika di lihat dari belakang sangat tampan. Vena menghampiri pemuda itu, dan saat ingin menyapa pemuda itu lebih dulu membalikkan badan. Vena yang sudah ada di belakang terkejut, sama halnya dengan pemuda itu. Di sela keterkejutannya, mereka melakukan eyes kontak yang lumayan lama.
"Eh hello, selamat pagi."Vena lebih dulu memutuskan eyes kontak mereka berdua, karena dirinya tidak terlalu suka bertatapan terlalu lama. Menurutnya itu terlalu drama, dan sedikit risih.
"Ekhem, pagi juga."balas pemuda itu, Vena yakin jika cowok yang ada di depannya ini manusia setengah anime. Terlalu unreal untuk ukuran manusia, sangat tampan. Meskipun bukan tipe Vena, tapi Ia akui pemuda itu tampan.
"Kenalin aku penghuni baru lantai 5 kamar no 07, nama aku Venaya Adhitama kamu bisa panggil aku Vena. Salken."ucap Vena mengenalkan diri, pemuda di depannya mengangguk.
"Aku Tian Marvelio, kamu bisa panggil aku Bang tiway. Kamar aku no 01, dan aku ketua di asmara ini. Semoga kamu betah ya."ucap pemuda itu, yang ternyata bernama Tiway truck, eh haha.
"Oke, hmm aku laper. Boleh ga kalau aku makan dulu?,"pinta Vena, sedikit berharap bisa makan terlebih dahulu.
"Eh, haha kamu lucu. Boleh dong, ayo sini makan. Kamu mau makan apa?, biar aku ambilkan."tanya Tiway, dan sejenak Vena sedikit merasa tersentuh dengan perhatiannya. Tiway mengambil piring, lalu menunggu apa yang akan di pinta oleh perempuan yang ada di depannya itu.
"Aku mau makan nasi goreng aja."
"Oke, ini. Selamat menikmati, kalau kurang bilang ya?."seperti Vena berhasil mengambil hati ketua asmara dengan semudah itu.
Vena mengangguk lalu memakan nasi goreng buatan Bang Tiway yang Ia akui sangat enak, sedangkan pemuda di depannya fokus memandanginya dengan tatapan intens.
"Ekhem, abang jangan liatan aku kayak gitu."ucap Vena, membuat Tiway tersenyum.
"Kenapa?, eh ya btw kamu kelas berapa?,"tanya Tiway,
"Aku kelas 12."
"Ooo, okedeh. Nanti berangkat kesekolah bareng ya?, sekalian nanti study tour schoolnya sama aku."
"Oke."
...∞...
Setelah acara perkenalan tadi, Vena dan Tiway sudah berada di sekolah. Vena sudah mengetahui letak kelasnya, karena bantuan Tiway. Pemuda itu mengantarnya sampai di depan kelas, Vena tidak ada niatan untuk masuk ke dalam kelasnya. Ia akhirnya memilih pergi ke perpustakaan terlebih dahulu, Vena bertanya ke salah satu siswi yang lewat di depannya tentang letak perpustakaan. Ia suka membaca novel, jadi tujuan utamanya untuk meminjam novel.
Saat sampai di perpustakaan, Ia langsung ke rak buku khusus novel. Perpustakaan merupakan tempat favoritnya saat masih di sekolah lamanya, selain sunyi tempat itu juga menenangkan. Untuk seseorang yang tidak memiliki teman seperti dirinya, pasti perpustakaan akan menjadi tempat favorit.
Vena mengambil salah satu novel yang covernya menarik, Ia duduk di kursi pojok yang dekat dengan jendela. Sambil menunggu bel masuk berbunyi, Vena membaca dengan tenang.
...∞...
kring....,
Bunyi bel masuk sudah berbunyi, Vena menaruh kembali novel yang dibacanya, dirinya memutuskan untuk meminjam nanti saja. Vena menuju kearah kelasnya berada, koridor sudah sepi anak anak sudah berada di dalam kelas masing masing. Vena berdecak kagum, sekolah ini disiplinnya bagus sekali, padahal bunyi bel masuk baru saja berhenti.
Ia berhenti di depan pintu kelasnya, sepertinya guru sudah masuk. Vena mengetuk pintu, dan terdengar sautan dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk. Vena masuk dan langsung mendapat tatapan beragam dari murid yang ada di kelas itu.
"Oh kamu murid baru ya?, silahkan perkenalkan diri terlebih dahulu."ucap guru itu, Vena mengangguk lalu berjalan menghampiri guru itu.
Vena tersenyum terlebih dahulu sebelum membuka suara,
"Hello, kenalin aku Venaya Adhitama. Kalian bisa panggil aku Vena, Salken semua."ucap Vena memperkenal diri,
"Salken too, Vena."jawab mereka kompak,
"Silahkan duduk, kamu bisa duduk dengan Bima. Bima angkat tangannya mu."Vena mengangguk, lalu melihat salah satu siswa yang mengangkat tangan dan berjalan menghampirinya.
Vena duduk, dan meletakkan tasnya di meja. Pemuda di sampingnya, mengajaknya berbicara.
"Bima, salken."ucap cowok di sampingnya, Vena tersenyum sebagai jawaban.
Sepertinya Bima termasuk siswa yang tidak banyak tingkah, karena dari tadi anak itu fokus mendengarkan penjelasan guru yang ada di depan. Jarang ada anak cowok yang seperti itu, Vena kagum. Sepertinya saat Ia masuk sini, banyak yang membuat Ia kagum. Pertama senyuman Nathan, kedua ketampanan Bang Tiway, ketiga sikap pendiamnya Bima.
Pelajaran pertama dan ketiga sudah selesai, menunggu pergantian jam selanjutnya Vena memainkan ponselnya melihat sosial media miliknya.
Tidak ada yang spesial, karena Vena yang dasarkan tidak terlalu aktif di dunia sosial media. Meskipun Ia dulu tidak memiliki teman, tapi Ia sering curhat kepada tembok yang ada di kamarnya. Untuk jawaban, kadang Vena mencari jawabannya sendiri. Bicara sendiri, jawab sendiri. Agak gila, tapi itu menyenangkan.
Guru pelajaran ke empat masuk, dan Vena kaget setelah memberi salam, guru itu langsung memberikan tugas. Kenapa tidak basa basi dahulu, meskipun Vena tidak suka basa basi, tapi untuk urusan tugas seperti ini Ia lebih suka basa basi terlebih dahulu. Bukan langsung ngegas seperti ini, nanti kasian otaknya kaget. Vena bukan termasuk murid yang pintar, tapi tidak juga bodoh. Dia masuk kategori kepintaran yang standar, bisa pintar dan bisa bodoh di waktu yang tepat. Meskipun seperti itu, untuk urusan menyerah dalam bidang pelajaran, itu tidak akan ada di dalam daftar hidup seorang Venaya Adhitama. Walau dalam mode tidak bisa, tapi Vena yakin jika dirinya mampu. Walau tidak ada yang menyemangati, bukan berarti dirinya tidak akan bisa bukan?.
"Ven, soal no 8 kamu tahu?."tanya Bima, cowok itu cepat sekali mengerjakannya. Padahal Vena masih no 6, Vena terlalu malas untuk cepat cepat mengumpulkan.
"Aku aja masih no 6 Bim, coba kamu cari rumus yang sesuai sama soal itu."jawab Vena, dan melanjutkan no tugasnya. Sebenarnya sebelum di beri soal, Vena meminta untuk di jelaskan terlebih dahulu. Bagaimanapun dirinya ini masih anak baru, walaupun pelajarannya sama, tapi kan Vena manusia jadi ada unsur lupanya. Dengan cepat guru matematika yang memiliki nama B.Vitri itu menjelaskan terlebih dahulu, dan berakhirnya di beri soal sebanyak 10 nomer.
Bima akhirnya selesai, dan menjadi murid pertama yang mengumpulkan. Ternyata cowok itu termasuk dalam jajaran anak yang berprestasi dalam bidang akademik, Vena jadi beruntung bisa duduk sebangku dengannya. Ia bisa minta di ajarin, jika tidak mengerti dalam pelajaran. Memiliki teman pintar itu berguna, jadi gunakan dengan sebaik baiknya, tapi jika tidak pelit saja sih.
...TBC?...
^^^See U^^^
^^^Tertanda^^^
^^^Venaya Adhitama^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments