NovelToon NovelToon

Secret Love

Hari Pertama Pindah

..."Memaafkan memang mudah, tapi melupakan tak semudah itu. Rasa sakit dibalas maaf, itu TIDAK ADIL!."...

...-LIJEN-...

...∞...

...∞...

...∞...

...∞...

...∞...

...∞...

...HAPPY READING...

...______________...

"Pah, Mah. Aku mau pindah sekolah, di sekolah yang ada asramanya."ucap Vena tiba tiba, saat ini Ia, papa dan mamanya sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Kenapa?, sekolah mu yang sekarang tidak nyaman kah?."tanya Papa Rendy terkejut dengan penuturan anak keduanya.

"Iya, aku kurang nyaman sama suasana yang ada di sekolah sana, juga sedikit gangguan yang aku dapatkan disana. Aku ga tahu kenapa mereka ganggu, padahal aku ga pernah sekalipun ganggu mereka."adu Vena, Ia tidak berbohong tentang ketidak nyamanan itu karena memang benar adanya.

"Baiklah, nanti Papa urus surat perpindahannya. Kamu mau pindah di sekolah mana?, negeri atau swasta?"tanya Papa Rendy,

"Swasta aja, aku sudah terlanjur masuk swasta. Biar lebih mudah ngurusinnya,"

"Baik, kalau gitu biar Papa carikan sekolah swasta yang ada asramanya dan besok kita langsung kesana. Kamu ga usah sekolah, biar papa yang ke sekolah kamu."ucap Papa Rendy, sebenarnya Papanya itu baik, tapi kadang kadang. Baiknya itu tidak permanen, Vena sudah muak kalau Papanya bertingkah. Bukan hanya fisiknya yang terluka, tapi batinnya juga. Bahkan lebih parah, hanya tidak terlihat saja.

Itu penyebabnya, kenapa Venaya Adhitama sulit mengekspresikan perasaannya, karena memang dari dulu dirinya sudah di tekan ini dan itu oleh kedua orang tuanya, apalagi Papanya yang selalu memberikan alasan 'Ini demi kebaikan kamu', emang ada kebaikan yang merusak mental anak?. Vena tumbuh menjadi anak yang netral, tidak baik dan juga tidak jahat, tapi jika di lihat sampai saat ini, Vena lebih banyak mengeluarkan sifat jahatnya. Jujur saja saat di sekolah maupun di rumah, Ia sudah terlatih untuk menjadi munafik. Munafik untuk menjaga perasaan orang agar tidak tersakiti oleh sifat aslinya, Ia menutup sifat aslinya yang egois dalam segala hal, demi orang lain dirinya memilih untuk menutup keinginanya ini dan itu. Sakit, tapi lebih sakit jika melihat orang lain tersakiti karena sifatnya.

Venaya memiliki dua saudara, satu abang dan satu adek. Semuanya laki laki, kedua orang tuanya sudah lama bercerai. Ia tinggal dengan papa kandung dan mama barunya, sedangkan abang dan adeknya memutuskan untuk tidak ikut dengan papa atau mama. Adeknya tinggal dengan abangnya, mama barunya baik tidak seperti Ibu tirinya Cinderella. Mama Yunita namanya, Vena manggilnya mama Nita. Yunita saat menikah dengan papa Rendy, dirinya masih perawan, jadi wajar jika saat ini Vena tidak memiliki saudara tiri. Untuk mama kandungnya, Vena tidak tahu keberadaannya saat ini, karena mereka hilang kontak. Terakhir kali bertemu, saat di pengadilan dan setelahnya tidak pernah. Mama kandungnya menghilang, bagaikan di telan bumi.

Vena memanggil mama kandungnya dengan sebutan Moma, moma Wendy. Untuk abangnya bernama Satria, dan adeknya bernama Riki. Bang Satria merupakan seorang Hakim, dan Riki masih SMA jurusan IPA kelas 10 dan untuk Ia sendiri sudah kelas 12 jurusan IPS.

...∞...

Paginya benar saja, papanya mengurus surat perpindahan lalu mengajak Vena untuk masuk ke sekolah barunya. Bukan hal sulit untuk mendapat sekolah baru, karena mengingat keluarga Adhitama merupakan keluarga yang berpengaruh dan papa Rendy yang memiliki banyak koneksi, memudahkan semuanya. Seperti saat ini Vena sudah di terima di sekolah barunya. SMA Neovander, yang ada asmara dan asmaranya ini campur tidak di pisahkan, asrama putra dan asrama putri menjadi satu.

Vena dan papa Rendy, saat ini sudah ada di ruang kepala sekolah SMA Neovander yang akan menjadi sekolah barunya. Vena yang dari sananya memang terlalu bodo amat dengan semuanya, karena tujuan adalah untuk kabur dari rumah dan tidak peduli dengan bagus atau tidaknya sekolah barunya ini yang penting dirinya bisa cepat keluar dari rumahnya dan masih bisa tidur dengan layak itu sudah cukup.

"Vena, nanti kamu di ajak guru baru kamu untuk berkeliling melihat isi sekolah ini dan untuk barang barang kamu, biar papa yang bawa ke asrama kamu."ucap papa Rendy, Vena hanya mengangguk terlalu malas untuk membuka suara. Mulutnya terlalu aktif kemarin, dan saat ini dirinya lelah untuk membuka suara.

"Ya sudah, sana kamu pergi keliling. Papa setelah ngantar barang kamu ini langsung pulang dan besok kamu akan resmi jadi murid di SMA ini."

"Papa pergi dulu, kamu baik baik disini. Ah, setelah ini papa pasti merindukanmu."ucap papa Rendy, dan sungguh Vena ingin cepat cepat pria di depannya ini pergi dari hadapannya. Sungguh terlalu muak untuk sekedar berbasa basi, mungkin hatinya sudah terlanjur sakit oleh sikapnya dan dengan mudahnya pria ini melupakannya. Huh!.

"Baiklah, papa pergi."pamitnya sebelum benar benar pergi, papa Rendy memberikan Vena uang untuk keperluannya selama hidup di sekolahnya ini.

"Ck, basi."gerutunya, dan Vena akhirnya memutuskan untuk pergi ke asramanya, terlalu malas untuk berkeliling toh ujung ujung tahu sendiri nantinya. Dirinya memiliki mulut, jadi bisa bertanya agar tidak tersesat.

Asramanya ini hampir mirip dengan Kosan bertingkat, tapi bedanya ah ga ada bedanya terlalu malas untuk mencari perbedaannya. Vena melangkah masuk menuju lantai 5, dan dengan cepat langsung mencari letak kamarnya. 7, itu nomer kamarnya. Vena berharap teman sekamarnya tidak banyak tingkah, dan tidak banyak bacot. Vena diberitahu isi kamarnya ada tiga penghuni, dan bertambah dirinya berarti empat.

Saat sudah menemukan pintu dengan nomer 7, Vena memasukkan kunci dan masuk kedalam. Rapi, satu kata yang terlintas di benaknya saat melihat kondisi kamar barunya. Barang barangnya sudah tersusun rapi, kecuali pakaiannya yang memang Vena tidak mengijinkan siapa saja untuk menyentuh pakaiannya.

"Malesin banget, huh."Vena mendengus sebal, lalu menata pakaiannya di lemari miliknya.

Saat sedang sibuk menata pakaiannya. Pintu terbuka dan menampilkan Pemuda dengan seragam rapi dan kacamata yang bertenggar di hidung mancungnya masuk ke dalam, keduanya sama sama terkejut, tapi lebih ke pemuda itu, karena Vena dengan cepat menormalkan kembali wajahnya.

"Weh, penghuni baru ya? kenalin gue Haedar Bagasditya. Btw lo sapa namanya, dan kenapa lo bisa sekamar sama adek gue?."ucap panjang lebar, pemuda yang mengaku namanya Haedar itu. Vena menatap malas pemuda itu, lalu berdiri dan mengenalkan diri.

"Aku Venaya Adhitama, kamu bisa panggil aku Vena. Iya aku penghuni baru kamar ini, Btw salken Haedar"ucap Vena, belum apa apa sudah munafik dulu. Vena memutuskan untuk memiliki teman disini, dirinya sudah terlalu bosan untuk berbicara sendiri. Untuk itu Vena memutuskan untuk tidak menjadi diri sendiri, karena ingin mempunyai teman. Jika menjadi diri sendiri, pasti tidak ada yang mau berteman dengannya.

"Ah, aku kamu ya?. Okelah salken juga Vena, btw aku penghuni kamar nomer 6. Nanti kalau kamu ada apa apa, bisa langsung kasih tahu aku. Oh ya, aku teman pertama kamu disini ya?."ucap Haedar, sepertinya Vena sudah mempunyai teman.

"Iya kamu teman pertama aku Haedar, disini dan di dunia."jawab Vena, tapi kalimat yang terakhir dia lanjutkan dalam hati, memang benar pemuda di depannya ini adalah teman pertamanya di dunia. Ah, Vena merasakan hatinya senang. Inikah, rasanya memiliki teman?, apakah memiliki teman itu menyenangkan?. Vena tidak tahu, kita lihat saja nantinya.

"Eh bener?, eh aku sampe lupa. Oh iya aku ga bisa lama lama di sini soalnya aku harus balik ke sekolah, nanti lagi ya aku langsung kesini, oke."beritahu Haedar, dan pemuda itu berjalan keluar menuju sekolahnya yang berada di samping asrama.

"Haedar Bagasditya, teman pertama gue. Menyenangkan, anaknya banyak bacot, tapi kayanya asik."gumamnya, lalu Vena melanjutkan menata pakainnya.

Vena saat ini sudah selesai dengan pakaiannya, dan saat ini Ia memutuskan untuk melanjutkan kembali tidurnya.

^^^See U^^^

^^^Tertanda^^^

^^^Venaya Langit^^^

Penghuni Baru Kamar No 7

..."Kadang, senyum itu adalah hal yang tepat untuk menutupi suatu hal yang mengecewakan hati."...

...-LIJEN-...

...∞...

...∞...

...∞...

...∞...

...∞...

...HAPPY READING...

..._________________...

Perempuan dengan rambut di kuncir kuda, memasuki kamar nomer 7. Perempuan itu belum sadar dengan sekitarnya, perempuan itu langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Kok capek banget hari ini ya, padahal cuma jam kos."ucap perempuan itu, dan masuk ke kamar mandi.

"Eugh..,"lenguh Vena dan membuka matanya, tetap berbaring di kasurnya. Vena mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, sepertinya penghuni lama kamar ini sudah pulang sekolah. Vena melihat jam yang ada dinding yang menunjukkan pukul 04.00 sore, ternyata tidurnya selama itu.

Pintu kamar mandi terbuka, dan setelah itu keluarlah perempuan dengan baju santai. Perempuan itu terkejut dengan kehadiran Vena, kenapa dari tadi orang yang melihatnya pasti terkejut, ada apa?.

"Hey?, Aku Vena penghuni baru kamar ini."sapa Vena dulu, dan perempuan itu menghampirinya.

"Oh hey, Gue Hilya Lestari. Salken Vena, semoga betah di asrama ini."ucap perempaun itu yang ternyata bernama Hilya,

"Ven, kamar ini ada awalnya 3 orang lo udah tahu kan?, nanti gue kasih tahu. Untuk sekarang orangnya masih ada di sekolah,"jelas Hilya, Vena mengangguk karena memang dirinya sudah di beritahu dari awal.

"Aku mau mandi dulu Li, nanti kalau kamu mau makan ajak aku. Soalnya aku belum makan."ucap Vena, sepertinya niat itu benar benar di lakukannya.

"Oke, tapi gue ajak sahabat gue lagi. Ga apakan?."tanya Hilya,

"Eh iya, gak apa."

Vena masuk ke kamar mandi setelah selesai berbicara dengan Hilya dengan membawa satu set pakaiannya, Btw semaua pakaian santai yang dibawanya adalah satu set. Biar ga ribet katanya, Vena si paling ga mau ribet.

Setelah selesai dengan ritual mandinya, Vena keluar dan ternyata penghuni kamar sudah berkumpul.

"Eh Ven, udah selesai mandinya. Oh iya kenalin ini kedua penghuni kamar lainnya."ucap Hilya, kedua perempuan yang masih memakai seragam melihat kearahnya. Vena tersenyum sebagai tanda sapaan, dan di balas oleh keduanya.

"Oh ini Li?, Btw kenalin gue Sanaya Amelia lo bisa panggil gue Naya."ucap perempuan yang berambut sebahu,

"Gue Karina Amartha, gue kakaknya Naya."dan perempuan di sebelahnya mengenalkan diri sebagai kakak dari Naya, wajah mereka hampir mirip tapi bedanya yang ini rambutnya panjang. Keduanya sama sama cantik, Hilya juga cantik. Vena yakin ketiganya termasuk most warted girl di sekolahnya.

"Aku Vena, salken kalian berdua."ucap Vena memperkenalkan diri,

"Eh iya, lo berdua ganti baju gih. Gue sama Vena mau cari makan laper,"ucap Hilya, ternyata perempuan itu masih ingat. Kedua kakak beradik itu berganti pakaian di kamar mandi, kamar ini memiliki dua kamar mandi.

Vena dan Hilya, menunggu sambil memainkan ponselnya. Tak lama Hilya ingat, jika dirinya tidak memilili no anak baru ini.

"Eh Ven, bagi no lo dung."ucap Hilya,

"Boleh boleh, 08***."

"Udah gue save, lu back ya."

"Oke."

Tak lama setelahnya, kedua perempuan yang di tunggu sudah selesai dengan baju santai yang di kenakannya. Keempat perempuan itu berjalan keluar menuju tempat makan untuk mengisi perut, dan yang menjadi tujuan utamanya adalah warung bakso yang letaknya ada di depan sekolah SMA Neovander

...∞...

Keempatnya sampai dan mendapati warung yang lumayan ramai pembeli, yang rata rata adalah anak asrama. Vena mengikuti tiga perempuan yang sudah menjadi temannya ini menuju meja yang banyak di isi oleh cowok cowok.

"Bang, kita gabung ya."ucap Hilya, meminta izin ke salah satu cowok yang Vena yakini bernama Haedar itu, tapi dengan penampilan yang berbeda. Tadi saat bertemu dengannya memakai kacamata, sedangkan sekarang tidak.

"Iya duduk aja, Eh Vena kan?. Duduk di sebelah aku sini."sapa Haedar, dan menyuruh Ia untuk duduk di sebelahnya, Vena menurut karena tidak ada lagi kursi yang kosong, ketiga teman barunya sudah duduk.

"Iya makasih Dar,"

"Aku kamu ga tuh, hahah alah sia boy."ucap pemuda yang ada di sebelah Haedar, nadanya mengandung kalimat sindiran, tapi sepertinya Haedar tidak peduli karena cowok itu fokus dengan Vena.

"Eh kamu mau mesen apa?, biar aku traktir."tawar Haedar, Vena mau nolak tapi ada suara lain yang menyelanya.

"Alah, emang lo bawa dompet Dar?,"ucap lagi pemuda itu, dan lagi lagi ada tersemat nada sindiran di kalimatnya.

"Lo apaan dah yet, gue ngomong sama Vena bukan lu. Diem!."ucap Haedar kesal, karena sedari tadi di jawab mulu dengan cowok di sampingnya.

"Tau nih sih Jevan, nyaut mulu dari tadi."cowok di sebelah Naya membuka suara, cowok yang memiliki wajah seperti koko china.

"Diem lo, Van!."cowok dengan wajah soft menyaut, dan Vena hanya menatap malas mereka. Jujur ini terlalu drama, mau makan saja ribet.

"Pak, saya mesen bakso sama es jeruk ya."Vena akhirnya mengatakan sendiri pesanan kepada penjual, Haedar yang bertanya tadi masih beradu argumen dengan teman temannya, bahkan tak jarang ketiga teman barunya menyahuti juga. Aduh, teman barunya ternyata banyak bicara, hidup tenangnya akan terancam kedepannya.

"Ah, Vena sudah mesan sendiri."ucap Haedar, saat adu argumennya telah selesai.

"Gue Jevan, salken."ucap pemuda yang telah selesai adu argumen dengan Haedar, ternyata namanya Jevan.

"Btw nama gue Arvan, Salken."ucap pemuda tadi yang menyuruh Jovan diam, namanya Arvan.

"Nama gue Nathan, lo bisa panggil gue Nathan. Salken semoga lo betah di asmara ini, kalau ada apa apa lo bisa minta tolong sama gue."ucap Nathan dengan senyuman manisnya, Vena terpaku melihat senyuman manis Nathan. Senyuman pertama yang berhasil membuatnya terpesona, senyum yang menghangatkan hati. Fiks, Vena suka dengan senyumannya Nathan.

Vena segera menormalkan kembali wajahnya dan tersenyum lalu berkata,"Salken too semua, namaku Venaya Adhitama. Kalian bisa panggil aku Vena."ucap Vena, lalu mereka mengangguk kompak.

"Eh bentar, kenapa ini jadi ajang pekenalan dah?,"tanya Haedar, saat sadar dengan suasana yang terjadi.

"Terserah kitalah,"

Kedelapan remaja asrama Vander, menikmati baksonya dengan nikmat. Tidak ada yang membuka suara, karena berbicara saat makan termasuk hal yang tidak baik. Takutnya nanti keselek dan mati.

...∞...

Setelah menikmati bakso tadi, Vena dan yang lainnya kembali ke asrama mengingat hari sudah berganti dengan malam. Vena sebenarnya ingin jalan jalan, tapi mengingat Ia masih anak baru, jadi harus jaga image dulu.

"Semuanya, aku ke kamar dulu ya. Mau istirahat, selamat malam."ucap Vena memutuskan untuk kembali ke kamar karena merasa bosan di ruang tengah itu.

"Oke, selamat beristirahat dan selamat malam Vena."ucap mereka kompak.

"Eh btw, Bang Tiway sama yang lainnya kapan pulang ya? lama bener udah malem gini."tanya Haedar, saat penghuni lantai 5 masih ada yang tidak pulang.

"Mungkin bentar lagi mereka dateng, kan mereka sambil kerja."balas Hilya, menjawab pertanyaan abangnya.

"Ya semoga aja, nanti kan bisa kenalan sama Vena. Apalagi bang Tiway kan ketuanya nih asrama."ucap Arvan menyahuti,

"Ya sudah sekarang mending kita istirahat, masalah bang tiway sama yang lainnya besok aja kan bisa?, lagi pula gue yakin Bang Tiway tahu kalau ada anak baru."jelas Haedar, keenamnya mengangguk. Mereka beranjak menuju ke kamar masing masing, sebelum subuah suara menghentikan langkah mereka.

"YOO HELLO GUYS, I'M COME BACK."teriak pemuda yang memiliki kulit seputih susu dengan suara cemprengnya,

"Berisik Le!"ucap pemuda di sampingnya.

"We belum istirahat lo lo pada?,"

"Ini juga mau istirahat, tapi gak jadi karena teriakan membahana dari si Leo."ucap Hilya kesal, pelaku teriakan hanya tertawa geli.

"Gue denger denger ada anak baru ya?, mana anaknya?."tanya salah satu orang di sana,

"Iya bang, tapi anaknya lagi istirahat. Besok aja sesi perkenalannya."ucap Haedar, menjawab pertanyaan abang yang menjadi ketua asmara ini.

"Yaudah kalau gitu, kita semua istirahat. Besok sekolah!."

...TBC?...

^^^See U^^^

^^^Tertanda^^^

^^^Venaya Adhitama^^^

Teman Baru

..."Jangan selalu mengharapkan semua terjadi sesuai dengan apa yang kamu kehendaki."...

...-LIJEN-...

...∞...

...∞...

...∞...

...∞...

...∞...

...HAPPY READING...

...________________...

Paginya Vena bangun seperti biasanya, jam 05.00 pagi. Setelahnya Ia memutuskan untuk mandi, karena hari ini merupakan hari pertama Ia masuk ke sekolah barunya. Vena mengambil seragam sekolahnya, lalu masuk ke kamar mandi.

Vena keluar dengan seragam yang sudah melekat di tubuhnya, melihat kearah ketiga teman barunya yang belum menunjukkan tanda tanda akan bangun, Vena mau bodo amat, tapi karena sekarang mereka adalah temannya jadi Ia membangunkan mereka.

"Hilya, bangun udah pagi."ucap Vena, target pertamanya adalah Hilya, karena letak kasurnya dekat dengan milik Vena.

"Eugh.., ini udah jam berapa?,"tanya Hilya di sela lenguhannya,

"Udah jam lima lewat limapuluh, kamu tolong bangunin yang lain ya?. Aku ke dapur dulu, laper hehe."ucap Vena, setelah itu Ia pergi keluar menuju dapur. Vena itu mudah lapar, dan Ia juga suka makan.

Saat menuju dapur, ternyata sudah ada yang memasak. Vena melihat ada gestur pemuda, yang jika di lihat dari belakang sangat tampan. Vena menghampiri pemuda itu, dan saat ingin menyapa pemuda itu lebih dulu membalikkan badan. Vena yang sudah ada di belakang terkejut, sama halnya dengan pemuda itu. Di sela keterkejutannya, mereka melakukan eyes kontak yang lumayan lama.

"Eh hello, selamat pagi."Vena lebih dulu memutuskan eyes kontak mereka berdua, karena dirinya tidak terlalu suka bertatapan terlalu lama. Menurutnya itu terlalu drama, dan sedikit risih.

"Ekhem, pagi juga."balas pemuda itu, Vena yakin jika cowok yang ada di depannya ini manusia setengah anime. Terlalu unreal untuk ukuran manusia, sangat tampan. Meskipun bukan tipe Vena, tapi Ia akui pemuda itu tampan.

"Kenalin aku penghuni baru lantai 5 kamar no 07, nama aku Venaya Adhitama kamu bisa panggil aku Vena. Salken."ucap Vena mengenalkan diri, pemuda di depannya mengangguk.

"Aku Tian Marvelio, kamu bisa panggil aku Bang tiway. Kamar aku no 01, dan aku ketua di asmara ini. Semoga kamu betah ya."ucap pemuda itu, yang ternyata bernama Tiway truck, eh haha.

"Oke, hmm aku laper. Boleh ga kalau aku makan dulu?,"pinta Vena, sedikit berharap bisa makan terlebih dahulu.

"Eh, haha kamu lucu. Boleh dong, ayo sini makan. Kamu mau makan apa?, biar aku ambilkan."tanya Tiway, dan sejenak Vena sedikit merasa tersentuh dengan perhatiannya. Tiway mengambil piring, lalu menunggu apa yang akan di pinta oleh perempuan yang ada di depannya itu.

"Aku mau makan nasi goreng aja."

"Oke, ini. Selamat menikmati, kalau kurang bilang ya?."seperti Vena berhasil mengambil hati ketua asmara dengan semudah itu.

Vena mengangguk lalu memakan nasi goreng buatan Bang Tiway yang Ia akui sangat enak, sedangkan pemuda di depannya fokus memandanginya dengan tatapan intens.

"Ekhem, abang jangan liatan aku kayak gitu."ucap Vena, membuat Tiway tersenyum.

"Kenapa?, eh ya btw kamu kelas berapa?,"tanya Tiway,

"Aku kelas 12."

"Ooo, okedeh. Nanti berangkat kesekolah bareng ya?, sekalian nanti study tour schoolnya sama aku."

"Oke."

...∞...

Setelah acara perkenalan tadi, Vena dan Tiway sudah berada di sekolah. Vena sudah mengetahui letak kelasnya, karena bantuan Tiway. Pemuda itu mengantarnya sampai di depan kelas, Vena tidak ada niatan untuk masuk ke dalam kelasnya. Ia akhirnya memilih pergi ke perpustakaan terlebih dahulu, Vena bertanya ke salah satu siswi yang lewat di depannya tentang letak perpustakaan. Ia suka membaca novel, jadi tujuan utamanya untuk meminjam novel.

Saat sampai di perpustakaan, Ia langsung ke rak buku khusus novel. Perpustakaan merupakan tempat favoritnya saat masih di sekolah lamanya, selain sunyi tempat itu juga menenangkan. Untuk seseorang yang tidak memiliki teman seperti dirinya, pasti perpustakaan akan menjadi tempat favorit.

Vena mengambil salah satu novel yang covernya menarik, Ia duduk di kursi pojok yang dekat dengan jendela. Sambil menunggu bel masuk berbunyi, Vena membaca dengan tenang.

...∞...

kring....,

Bunyi bel masuk sudah berbunyi, Vena menaruh kembali novel yang dibacanya, dirinya memutuskan untuk meminjam nanti saja. Vena menuju kearah kelasnya berada, koridor sudah sepi anak anak sudah berada di dalam kelas masing masing. Vena berdecak kagum, sekolah ini disiplinnya bagus sekali, padahal bunyi bel masuk baru saja berhenti.

Ia berhenti di depan pintu kelasnya, sepertinya guru sudah masuk. Vena mengetuk pintu, dan terdengar sautan dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk. Vena masuk dan langsung mendapat tatapan beragam dari murid yang ada di kelas itu.

"Oh kamu murid baru ya?, silahkan perkenalkan diri terlebih dahulu."ucap guru itu, Vena mengangguk lalu berjalan menghampiri guru itu.

Vena tersenyum terlebih dahulu sebelum membuka suara,

"Hello, kenalin aku Venaya Adhitama. Kalian bisa panggil aku Vena, Salken semua."ucap Vena memperkenal diri,

"Salken too, Vena."jawab mereka kompak,

"Silahkan duduk, kamu bisa duduk dengan Bima. Bima angkat tangannya mu."Vena mengangguk, lalu melihat salah satu siswa yang mengangkat tangan dan berjalan menghampirinya.

Vena duduk, dan meletakkan tasnya di meja. Pemuda di sampingnya, mengajaknya berbicara.

"Bima, salken."ucap cowok di sampingnya, Vena tersenyum sebagai jawaban.

Sepertinya Bima termasuk siswa yang tidak banyak tingkah, karena dari tadi anak itu fokus mendengarkan penjelasan guru yang ada di depan. Jarang ada anak cowok yang seperti itu, Vena kagum. Sepertinya saat Ia masuk sini, banyak yang membuat Ia kagum. Pertama senyuman Nathan, kedua ketampanan Bang Tiway, ketiga sikap pendiamnya Bima.

Pelajaran pertama dan ketiga sudah selesai, menunggu pergantian jam selanjutnya Vena memainkan ponselnya melihat sosial media miliknya.

Tidak ada yang spesial, karena Vena yang dasarkan tidak terlalu aktif di dunia sosial media. Meskipun Ia dulu tidak memiliki teman, tapi Ia sering curhat kepada tembok yang ada di kamarnya. Untuk jawaban, kadang Vena mencari jawabannya sendiri. Bicara sendiri, jawab sendiri. Agak gila, tapi itu menyenangkan.

Guru pelajaran ke empat masuk, dan Vena kaget setelah memberi salam, guru itu langsung memberikan tugas. Kenapa tidak basa basi dahulu, meskipun Vena tidak suka basa basi, tapi untuk urusan tugas seperti ini Ia lebih suka basa basi terlebih dahulu. Bukan langsung ngegas seperti ini, nanti kasian otaknya kaget. Vena bukan termasuk murid yang pintar, tapi tidak juga bodoh. Dia masuk kategori kepintaran yang standar, bisa pintar dan bisa bodoh di waktu yang tepat. Meskipun seperti itu, untuk urusan menyerah dalam bidang pelajaran, itu tidak akan ada di dalam daftar hidup seorang Venaya Adhitama. Walau dalam mode tidak bisa, tapi Vena yakin jika dirinya mampu. Walau tidak ada yang menyemangati, bukan berarti dirinya tidak akan bisa bukan?.

"Ven, soal no 8 kamu tahu?."tanya Bima, cowok itu cepat sekali mengerjakannya. Padahal Vena masih no 6, Vena terlalu malas untuk cepat cepat mengumpulkan.

"Aku aja masih no 6 Bim, coba kamu cari rumus yang sesuai sama soal itu."jawab Vena, dan melanjutkan no tugasnya. Sebenarnya sebelum di beri soal, Vena meminta untuk di jelaskan terlebih dahulu. Bagaimanapun dirinya ini masih anak baru, walaupun pelajarannya sama, tapi kan Vena manusia jadi ada unsur lupanya. Dengan cepat guru matematika yang memiliki nama B.Vitri itu menjelaskan terlebih dahulu, dan berakhirnya di beri soal sebanyak 10 nomer.

Bima akhirnya selesai, dan menjadi murid pertama yang mengumpulkan. Ternyata cowok itu termasuk dalam jajaran anak yang berprestasi dalam bidang akademik, Vena jadi beruntung bisa duduk sebangku dengannya. Ia bisa minta di ajarin, jika tidak mengerti dalam pelajaran. Memiliki teman pintar itu berguna, jadi gunakan dengan sebaik baiknya, tapi jika tidak pelit saja sih.

...TBC?...

^^^See U^^^

^^^Tertanda^^^

^^^Venaya Adhitama^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!