..."Terkadang, terlalu baik itu. Tidak baik."...
...-LIDA-...
...∞...
...∞...
...∞...
...∞...
...∞...
...🍒SELAMAT MEMBACA🍒...
...________________...
Vena sudah selesai mengerjakan soal yang gurunya berikan itu, memang sengaja Ia perlama. Ternyata di sekolahan ini, cepat sekali dirinya mengakrabkan diri. Mungkin karena teman barunya ini ramah semua dan dengan cepat bisa menerima kehadirannya. Jika di akui Vena itu termasuk MBTI introvert, tapi Ia bisa jadi Ekstrovert tergantung kondisi yang di hadapinya dan untuk adegan mengakrabkan diri itu mereka yang mulai terlebih dahulu.
Vena sudah dengan cepat mengenal teman sekelasnya ini. Walaupun ingatannya tidak tajam, tapi Vena mengingat apa yang membuat dirinya nyaman.
Saat ini waktunya istirahat, Vena terkejut dengan kedatangan tiga teman barunya. Suasana kelas langsung hening seketika, saat ketiga most warted girl SMA Neo Cakrawala 07 masuk ke dalam kelas mereka dan di buat kaget lagi saat ketiganya menghampiri teman barunya itu.
"Hey Ven, kuy kantin. Karin yang traktir, ya ga Rin."ucap Hilya, saat perempuan itu sudah sampai di depan Vena.
Vena berdiri dari duduknya, dan mengangguk setuju dengan ajakan perempuan itu. Siapa yang akan menolak, jika sudah menyangkut traktiran.
"Ayok."
Keempat perempuan yang ketiganya merupakan most warted girl itu berjalan beriringan menuju kantin sekolah, selama di perjalanan keempatnya berhasil mencuri perhatian murid yang ada di sana. Apalagi di tambah Vena sebagai anak baru itu, dan juga wajah Vena yang masuk dalam kategori cantik dan imut semakin membuat keempatnya menjadi pusat perhatian.
Banyak sapaan manusia selama di perjalanan, dan di tanggapi dengan baik oleh ketiganya. Jika Vena merasa ada yang menyapanya, Ia hanya tersenyum sebagai jawaban. Sejujurnya Vena tidak terlalu suka di jadikan pusat perhatian, mau bilang pun Ia bersama dengan orang yang berpengaruh di sekolah ini. Jadi wajar jika banyak sepasang mata yang melihat kearah mereka semua.
Akhirnya ketiganya sampai di kantin, setelah melewati adegan seperti seorang presiden bertemu dengan para rakyatnya. Pake lambaian tangan segala, huh!.
"Hil lu sama Naya yang pesan, gue sama Vena mau ke tempat duduk dulu. Ven lo pesan apa?."ucap Karin kepada Vena,
"Aku bakso sama es jeruk aja,"
"Oke siap,"
Keduanya menuju ke arah meja yang kosong, pojok belakang yang dekat dengan kipas dan wifi. Sepertinya ini tempat VIP yang memang di sediakan oleh penghuni sini untuk para most warted, ada gunanya juga dirinya berteman dengan mereka. Ga munafik walaupun memang ia munafik, Vena berteman jika dirinya merasa mereka berguna untuk hidupnya. Tapi itu dulu sekarang Ia mencoba untuk menghilangkan sikapnya itu. Jika bisa, kalaupun tidak bisa, Ia akan mengontrolnya dengan sebaik mungkin.
"Ini tempat memang khusus buat geng kita Ven, nanti jangan kaget kalau banyak cowok yang kesini. Karena memang ini tempat khusus buat orang yang punya sudah punya nama di sekolah ini, dan kayaknya lo sebentar lagi secara sah menjadi bagian dari kita. Apalagi lo tadi berangkat bareng Bang Tiway, yang notabenenya Kingnya SMA ini."penjelasan panjang lebar dari Karin, membuat Ia yakin jika sekolah ini menggunakan sistem visual, dan kekayaan sebagai tolok ukur sebuah ketenaran. Huh, jika seperti ini apa bedanya dengan sekolah lamanya? tapi tak apa dirinya merasa bangga sedikit karena wajahnya tidak begitu jelek.
Vena mengangguk sebagai jawaban dari penjelasan yang di berikan oleh karina.
"Tadaa, makanan sudah sampai. Silahkan di nikmatin."ucap Hilya yang baru datang dengan nampan berisi pesanan mereka, dan ada Naya yang juga membawa hal serupa.
"Makasih."
Mereka menikmati makanan dengan nikmat, tiba tiba datang penghuni kursi ini. Di sana juga ada Bang Tiway, Haedar, Jevan, Nathan dan Arvan dan ada keempat cowok yang tidak Ia kenal. Mereka langsung bergabung dengan para perempuan itu, sepertinya mereka sangat terkenal disini, terlihat dari semua pasang mata yang melihat kearah mereka.
"Ekhem, hai neng neng cantik. Akang gabung ya,"sapa salah satu cowok dengan badan tinggi dan kulit tannya.
"Alah pencitraan lu bang karena ada Vena, biasanya juga langsung duduk."ucap ketus Arvan, membalas ucapan cowok yang menyapa tadi.
"Kan basa basi Van, lu mah apa apa langsung di sewotin."balasnya tak terima,
Arvan tidak membalas, melainkan melangkah duduk di samping Vena.
"Hai, Ven kita bertemu lagi."sapa pemuda itu saat sudah ada di samping Vena,
"Iya,"Vena menjawab seadanya, karena Ia ingin cepat cepat menghabiskan makanannya dan pergi ke perpustakaan untuk meminjam novel.
"Eh, btw kita kenalan dulu ya?. Namaku Angganta Lucas, kamu bisa panggil aku Lucas. Salken,"pemuda dengan badan tinggi dan kulit tan mengenalkan diri, namanya Lucas.
"Gue Leo, salken Kak."seorang yang memiliki kulit seputih susu memperkenalkan diri,
"Gue Marvan, salken."Vena menatap cowok yang memperkenalkan diri, tapi dengan pandangan fokus dengan buku yang sedang di bacanya. Vena tak terlalu peduli, karena juga bukan urusannya. Siapapun, yang ingin berkenalan dengannya sok atuh, kalau engga pun tak apa.
"Gue Kasa, Kak."seseorang yang sepertinya lebih mudah dari yang lain, memperkenalkan dengan senyuman manis. Vena mengangguk, lalu membalas senyuman itu.
"Vena, nanti pulang sekolah bareng lagi ya?,"tanya Bang Tiway, Vena mengangguk sebagai jawaban dan setelahnya yang lain memesan makanan dan minuman.
Saat baksonya sudah habis, Vena berdiri dari duduknya dan itu mengalihkan perhatian mereka yang sedang menikmati makanan.
"Loh, Vena mau kemana neng?,"tanya Lucas, saat melihat Vena ingin pergi.
"Aku mau ke perpus, duluan ya semua."balasnya, dan melangkah ke stan bakso untuk membayar makanannya lalu pergi menuju perpustakaan.
"Yahhh, neng Vena pergi. Yaudah gue mau pergi juga, bye."ucap Lucas lesu,
"Idih bilang aja lo mau nyamperin Vena."
"Enggak ya, gue mau ke ruang basket. Lo sama Marvan dan Leo nyusul, kita lanjut latihan."
"Oke,"
...∞...
Berjalan menyelusuri rak tumpukan yang berisi bermacam macam buku adalah suatu kesenangan tersendiri untuk Vena, perempuan itu masih mencari buku yang cocok untuk Ia baca.
Salah satu buku mencuri perhatiannya, tapi buku itu ada di bagian rak atas. Vena yang dasarnya memang sedikit pendek tidak sampai untuk mengambilnya, tapi sebuah tangan menolongnya dan mengambil buku itu untuk dirinya. Vena membalikkan badannya, dan ternyata Nathanlah penolongnya. Lelaki pemilik senyum manis, yang bisa menenangkan hati.
"Makasih ya, Than."ucap Vena,
"Sama sama, ayo duduk aku juga mau baca novel."ucap pemuda itu dan tidak lupa dengan tersenyum manis.
Keduanya memilih duduk di tempat yang VIP untuk membaca novel masing masing, Vena duduk dan di susul oleh Nathan yang duduk di sebelahnya.
"Kamu suka baca novel ya?,"tanya Nathan,
Vena menggangguk,
"Novel genre apa?,"
"Apa aja sih, yang penting bagus ya aku baca. Kalau kamu?"jawab Vena seadanya.
"Aku suka baca yang genre psycho sama mafia."jawab Nathan dengan antusias,
"Ouh, tapi kayak gitu keknya juga bagus ya. Nanti aku coba baca, btw di asrama ada perpustakaan juga ga sih?"
"Ada, tinggal minta kuncinya ke Bang Tiway kalau kamu mau baca soalnya yang ngisi semua buku di sana Bang Tiway. Bisa di bilang di asrama yang ada perpustakaan pribadinya cuma ada di lantai 5, lantai lain ga ada."jelas Nathan, seharusnya ini menjadi penghargaan untuk Vena karena menjadi perempuan pertama yang berhasil membuat seorang Nathan Prawira berbicara panjang lebar dan menatap matanya.
"Oke kalau gitu aku nanti izin dulu."
"Sekarang kita baca ya?,"
"Oke."
...TBC?...
^^^See U^^^
^^^Tertanda^^^
^^^Venaya Adhitama^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments