Pembalasan Demi Sang Ibu
seonggok mayat tergantung di langit-langit toilet dengan keadaan yang menggemaskan. wajahnya yang membiru karna jeratan, serta mata melotot menandakan sakitnya dia meregang nyawa.
lidah yang menjulur dengan beberapa tetesan air ludah karna sulitnya mendapatkan oksigen, telapak tangan nya yang saling tergenggam erat menahan sakit serta merasakan penyesalan atas tindakan yang telah dia ambil.
"aku akan kembali dengan cara ku sendiri" begitulah Kalimat terakhir yang keluar dari mulut wanita itu.
*****
"aaaaaaarrggghhh" teriak seorang siswi di toilet sekolah.
Semua murid yang mendengar kan teriakan itu berbondong-bondong menghampiri siswi tersebut.
"Ada apa?" Tanya salah satu penjaga.
"I-iitu, a-ada m-mayaat" ujar Riska terbata sambil menunjuk ke dalam toilet yang hendak dia masuki.
Dengan sigap penjaga sekolah membuka pintu toilet yang dimaksud. Alangkah terkejutnya mereka melihat seorang siswa gantung diri di dalam toilet.
Wajah nya sudah membiru. Dengan bola mata yang melotot hendak keluar. Lidah nya menjulur dari sarangnya.
"Minggir-minggir." Para guru pun membubarkan kerumunan.
Riska di bawa ke UKS untuk menenangkan dirinya. Sedangkan salah satu guru menghubungi pihak kepolisian untuk di tindak lanjuti tentang kematian Lia.
Ya Murid yang baru di temukan tewas itu adalah Lia. Salah satu murid pintar dan berprestasi di sekolah nya.
Jenazah Lia diturunkan dari plafon, dan di bawa kerumah sakit terdekat untuk di autopsi.
Setelah tenang, barulah Riska dimintai keterangan tentang penemuan jasad Lia di kamar mandi.
Riska menceritakan kronologi, ketika dia hendak membuang hajad, dan ketika membuka kamar mandi Riska sudah menemukan Lia dalam keadaan tergantung di kamar mandi.
"Sebelum penemuan mayat tersebut. Ketika pembelajaran sedang berlangsung, dia sempat izin untuk keluar pak. Dan sudah 30 menit berlalu Lia tidak kunjung kembali ke kelas." Jelas Riska.
Guru yang mengajar di kelas Riska pun membenarkan penuturan sang siswi " Benar pak. Di jam pelajaran saya dia izin untuk ke toilet dan 30 setelah nya dia tidak kunjung kembali".
"Penurut pihak sekolah apakah korban anak yang periang atau pendiam?" Tanya penyidik.
"Dia anak yang baik pak. Patuh, penurut, lemah lembut dan tidak suka berkeliaran kemana-mana. Dia lebih sering berada di kelas ketimbang bermain di luar ruangan" jelas sang wali kelas.
"Apakah anda teman sebangku korban?" Tanya pihak penyidik lagi.
"Benar pak. Tapi sejauh ini dia tidak pernah bercerita tentang masalah pelik yang dia alami" jawab Riska jujur.
"Baiklah, terima kasih atas penjelasannya, semoga kedepannya kami bisa menyelidiki lebih dalam lagi tentang kasus ini" tim penyidik undur diri.
Semua murid di SMA itu di pulangkan lebih awal. Dan bagi siswa yang mau untuk menyelenggarakan jenazah di izin kan untuk pergi kerumah duka.
Alfi yang menyimak kasus Lia dengan antusias pergi kerumah Lia. Entah kenapa dia merasa ada yang tidak beres dengan kematian sang teman. Selama ini Lia sudah sangat baik terhadap nya.
Jenazah Lia sudah sampai di rumah duka. Otopsi yang di lakukan harus menunggu hingga beberapa hari untuk mengetahui hasilnya.
Ketika jenazah hendak di mandikan, ibu Lia jatuh pingsan. Karna tidak menyangka kalau anak perempuan satu-satunya peninggal dalam keadaan yang sangat tidak wajar, menurut nya.
"Bu, boleh kah aku ikut memandikan Lia?" Tanya Alfi kepada dua orang pemandi jenazah lain nya.
"Kamu teman nya?" Tanya sang ibu.
"Iya Bu. Aku lebih dari teman. Bahkan Lia sudah aku anggap sebagai saudara" Alfi menetes kan air mata.
"Baiklah, silahkan kalau begitu" izin sang ibu.
Lia masuk ke dalam ruangan pemandian jenazah. Ketika pertama kali melihat tubuh Lia yang kaku, mata Alfi sedikit menyipit tidak mengerti.
Namun itu tidak berlangsung lama. Karna dia tidak ingin berburuk sangka kepada sang teman. Dengan sigap Alfi ikut memandikan jenazah Lia. Ada beberapa hal yang sangat tidak wajar di tubuh Lia.
'ah mungkin itu karna proses otopsi yang dilakukan tadi' batin Alfi menyanggah.
Setelah pemandian jenazah selesai. Jenazah lanjut di Kafani dan di sholat kan. Selesai di shalatkan baru lah di antar ke tempat peristirahatan terakhir untuk Lia.
Seluruh tubuh Lia Di timbun di dalam gundukan tanah. Isak tangis dari keluarga masih nyaring terdengar. Namun ada satu hal yang mistik mengganggu Alfi.
Alfi melihat sekebelet bayangan melintas di belakang nya.
'bantu aku al' bisikan itu mampu membuat bulu kuduk Alfi berdiri.
"Siapa?" Tanya Alfi sambil menoleh ke belakang. Namun hasil nya nihil, tak ada siapa-siapa di belakang Alfi.
'sepertinya aku berhalusinasi' batin Alfi lagi.
Setelah selesai pemakaman Alfi undur diri untuk pulang ke rumah. Dalam perjalanan Alfi masih berfikir apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa kematian Lia sangat membawa tanda tanya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Alfi lirih.
'balaskan kematian ku, hiks'
Alfi langsung menekan pedal rem dengan spontan. Motor yang dibawa nya berhenti mendadak dengan decitan ban yang masih terdengar. Untung saja Alfi pembalap yang handal, sehingga tidak terjadi sesuatu yang dapat melukai dirinya sendiri.
"Siapa kamu?" Tanya Alfi bingung, karna lagi dan lagi suara itu kembali terdengar oleh nya.
Suara itu sangat pilu sehingga siapapun yang mendengarnya akan membuat semua bulu yang ada di tubuh berdiri.
Tak mau mengambil resiko Alfi melajukan kembali motor nya dengan kecepatan sedang dan memutar kan musik di ponselnya yang di sambung kan handset.
Sebenarnya itu tidak baik dalam berkendara karna bisa memicu kecelakaan. Tapi apa boleh buat. Alfi sangat tertekan mendengar suara yang beberapa jam lalu sering mengusiknya.
"Kok musik nya berhenti?" Gumam Alfi bingung. Lalu musik itu kembali di putar dengan nyanyian yang sangat berbeda.
"Betapa kau sangat ku cinta..
Mengapa kau malah mendua..
Sehingga kau tega meninggalkan aku..
Kasih ku.. tunggu pembalasan ku.
Hihihihihihi"
Lengkingan tawa di akhir lagu itu rasanya membuat gendang telinga Alfi ingin pecah. Alfi dengan spontan kembali melepaskan handset dari telinga nya.
Dengan jurus seribu langkah Alfi menancap gas nya dengan kencang. Sehingga tak sampai 10 menit Alfi sampai juga di rumah. Padahal biasanya jarak yang Alfi tempuh memakan waktu 30 manit untuk pulang kerumah. Pengendara lain yang memerhatikan Alfi jadi terheran-heran.
"Kok terlambat pulangnya?" Tanya emak Alfi.
"Iya mak, Ada berita duka. Lia ditemukan meninggal gantung diri di dalam toilet sekolah" jelas Alfi.
"Innailaihi wa innailaihi Raji'un. Kok bisa?" Tanya Wati tidak percaya. Pasalnya Lia termasuk teman Alfi yang sangat dekat Wati.
"Nggak tau juga mak. Aku pun syok mengetahui kematian Lia" ujar Alfi menahan sedih.
"mandi dulu sana. Ini emak masak menu kesukaan kamu. Habis mandi kamu makan ya" ucap Wati.
Satu tahun terakhir Alfi dan emak nya, sudah tidak pernah lagi makan singkong rebus untuk pengganjal perut. Karna Wati sudah di berikan bantuan oleh pemerintah Karna prestasi yang dimiliki Alfi.
"Oke mak, makasi" Alfi berjalan menuju kamar.
Setelah pintu di tutup kembali Alfi merebahkan badan nya di atas tempat tidur yang masih di alasi terpal.
"Suara tadi sangat familiar di telinga ku" gumam Alfi.
"Tapi mirip suara siapa ya?" Tanya Alfi.
"Ah sudah lah. Aku mau mandi dulu" Alfi berjalan mendekati toilet yang ada di luar rumah. Pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu terkunci dari dalam.
"Cekklekk ceklekkk, kok nggak bisa di buka?" Alfi mencoba membuka pintu lagi.
"Tik tik tik. Byuurrrrr" terdengar suara air di dalam kamar mandi yang sedang di mainkan.
'siapa yang ada di dalam?' batin Alfi.
"Ada orang di dalam?" Tanya Alfi gugup.
Hening tak ada jawaban dan suara air yang terdengar tadi pun ikut hilang.
"Ah mungkin perasaan ku saja. Tapi pintunya kenapa tidak bisa di buka? Apa mungkin pintunya rusak?" Alfi bertanya-tanya.
Ketika Alfi hendak menjauh dari pintu kamar mandi. Alfi mendengar suara gayung yang di banting.
"krieetttttt" Alfi terperanjat dan tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dengan sendirinya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
hadir
2023-10-10
1