3 hari sudah berlalu, setelah kejadian rudakpaksa yang di lakukan Fii Kepada Lia. Lia mulai berusaha menjauhi Fii. Namun tidak segampang itu membuat Fii mau berhenti, agar menjauhi Lia.
Fii selalu saja datang menemui Lia dan memperkosa Lia lagi dan lagi. Bukan tak mau melawan, Lia selalu saja di ancam, dengan foto dan video yang sempat Fii ambil ketika pemerkosaan tersebut.
Lia tidak mau keluarga nya malu, karna ulah nya. Sudah dari awal-awal ibu Lia selalu melarang Lia untuk dekat dengan Fii. Tapi Karna Lia yang keras kepala maka musibah itu datang menimpa Lia.
Seminggu sudah Lia libur sekolah dengan alasan sakit. Hari ini adalah hari pertama Lia kembali bersekolah. Tatapan Lia kosong, tak ada senyuman sedikit pun di bibirnya.
Lia yang dulu periang kini telah berubah 180 derjat. Di jam ke dua pelajaran Lia izin untuk ke toilet. Namun bukan itu maksud Lia untuk izin. Lia sudah tidak mau hidup lagi di dunia ini. Bagi Lia dunia sangat lah kejam.
Lia membuka jilbab yang dia pakai, dan mengikat nya di salah satu kayu plafon yang ada di kamar mandi. Disana lah Lia menghakhir hidupnya dengan tragis.
Di saat kain sudah menutut rapat saluran pernapasan nya. Ada gurat penyesalan di hati Lia. Kenapa dia bisa bunuh diri seperti ini. Rasanya sangat sakit sekali.
"Aku akan kembali untuk membalaskan dendam yang ku bawa mati" gumam Lia lirih.
(Flashon)
"Hiks, sakit Al. Sangat sakit" ucap Lia lemah. Wajah pucatnya terlihat sendu karna mengingit kembali kenangan pahit semasa hidup nya.
"Kenapa? Kenapa lu nggak cerita sama gue?" Tanya Alfi penuh tanda tanya.
"Lu tau kan Lia. Kita udah berteman dari awal masuk sekolah. 1 tahun terakhir ini pun kita sangat dekat. Tapi kenapa lu tidak pernah cerita tentang masalah lu yang seberat ini?" Ujar Alfi lagi.
Belum sempat Lia menjawab, 2 orang siswa masuk ke dalam kelas. Lia menghilang secepat kedipan mata.
"Al, ngapain kamu ngomong sendiri?" Tanya Riska bingung.
"Eh, nggak ada kok ukh. Ini aku lupa buat pr" alasan Alfi.
"Pr? Memang nya kita ada pr ya?" Tanya Riska.
"Eh, nggak tau juga sih" Alfi menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Al, kamu nggak takut sendirian di kelas? Nanti Lia datang loh" ujar Tasya menakut-nakuti Alfi.
'andai saja kalian tau, kalau Lia sedang duduk di atas lemari. Aku pastikan, kalian akan pingsan di tempat' batin Alfi.
"Woy Al, bengong lagi. Nanti kesambet lu" Tegur Tasya.
"Huss tidak baik ngomongin orang yang sudah meninggal" protes Riska.
"Betul itu" jawab Alfi singkat.
Tasya dan Riska pergi menuju kursinya. Sedangkan Alfi juga kembali duduk di kursinya, sambil menatap ke atas lemari.
"Bantu aku" suara Lia terdengar di telinga Alfi, namun tidak terdengar oleh yang lain.
Alfi mengangguk dengan pasti. Dia akan berusaha menolong Lia membalaskan dendam kepada sang mantan kekasih.
Sebenarnya bukan hanya dendam yang ada di hati Lia. Lia juga tidak ingin ada korban lain yang akan berjatuhan di tangan Fii. Lia tidak ingin mendengar ada Lia - Lia yang lain di luaran sana.
***
Jam pembelajaran telah berakhir, Alfi pulang seperti biasanya. Sesampainya di rumah Alfi memilih untuk istirahat sejenak.
"Bagaimana cara nya gue bisa membantu Lia? Sedangkan selama ini gue tidak terlalu dekat dengan Fii" ungkap Alfi dengan suara yang lemah.
"Kamu pasti bisa menolong aku Al." Lia tiba-tiba muncul di samping Alfi. Kali ini wujud nya sangat menyeramkan.
"Buset woy. Lu kalau temuin gue jangan kayak gini dong. Gue takut nih" teriak Alfi sambil memejamkan matanya.
"Hihihi, aku kira kamu pemberani. Ternyata kamu penakut juga" cibir Lia merubah wujud nya.
"Gue nggak pernah melihat mahluk kayak lu selama ini. Jadi maklum saja kalau gue takut. Dasar hantu nyusahin" gerutu Alfi.
Lia tertawa dengan khas, mendengar ejekan Alfi.
"Jangan ketawa lu. Telinga gue mau pecah ini" protes Alfi.
Semakin hari Alfi semakin terbiasa dengan penampakan Lia. Hanya saja Alfi akan kaget kalau Lia muncul dengan wujud yang menyeramkan.
"Al bolehkah aku meminjam raga kamu?" Tanya Lia dengan tatapan sendu.
"Lah jadi roh gue mau di tarok Dimana?" Tanya Alfi heran.
"Kamu tetap di dalam, tapi biarkan aku mengendalikan pergerakan kamu. Please aku sangat membutuhkan nya Al." Ujar Lia.
"Kenapa begitu? Bukankah dengan tidak memiliki jasad, kamu akan lebih mudah untuk membalas kan dendam?" Selidik Alfi.
"Aku berfikir juga seperti itu, namun kenyataannya sangat salah Al. Roh tidak akan bisa menyakiti manusia, tapi dengan menakut-nakuti nya bisa membuat dia terluka." Jelas Lia.
"Aku tidak ingin menakut-nakuti mereka. Aku hanya ingin membalas mereka, dengan sentuhan tangan ku sendiri. Kalau mereka mati dengan ketakutan, itu tidak sebanding dengan sakit yang aku rasakan, hiks" tangis Lia pecah. Darah yang mengalir dari rongga matanya membuat Alfi bergidik ngeri.
"Udah nggak usah menangis, gue jijik sama darah" ujar Alfi jujur.
"Hihihihi. Kalau ini takut nggak?" Tanya Lia.
Lia memuntah kan darah hitam dari mulut nya. Belatung-belatung kecil memenuhi darah yang berserakan. Belatung-belatung itu memakan semua darah itu sampai habis dan tak lama berselang para belatung itu mati dengan perut yang terbelah.
Alfi yang melihat peristiwa itu dengan spontan ikut memuntahkan isi perutnya yang masih kosong. Karna belum sempat makan sepulang sekolah.
"Kurang kerjaan lu. Udah pergi lu sana. Gue nggak mau bantuin lu lagi" Alfi berjalan keluar kamar. Untung saja Wati belum pulang dari bekerja. Kalau Wati di rumah sudah pasti Wati akan bingung dengan tingkah sang anak.
Tak mau mengalah Lia mencegah Alfi dari depan sehingga Alfi berhenti mendadak.
"Untung nggak kena" protes Alfi.
"Hihihi. Jangan ngambek dong Al. Please bantuin aku ya Al. Aku sakit Al, huhuhu" Lia memelas.
"Ada juga ternyata hantu yang seperti lu. setahu gue hantu itu tidak pernah ngemis-ngemis sama manusia, hahaha" Alfi tertawa terbahak-bahak.
"Ooo kamu ngatain aku Al. Mau lihat muka hancur lagi" ancam Lia.
"Udah ah. Akhirnya nggak jadi makan ni gue. Curut lu" Alfi berlalu meninggalkan Lia. Lia pun menghilang sekajap mata.
"Baru pulang Mak?" Tanya Alfi yang melihat Wati memasuki rumah.
"Iya pit." Jawab Wati seadanya. Wajah Wati sangat menampakkan gurat kelelahan. Namun dia berusaha sekuat mungkin agar Alfi tidak mengetahui nya.
"Emak capek ya? Ayo kita makan dulu" Alfi berinisiatif mengambil kan nasi untuk sang ibu.
Wati tersenyum menerima nasi dari tangan Alfi.
"Kamu udah makan nak?" Tanya Wati. Alfi hanya diam membisu. Karna tak tau apa yang harus dia jawab.
"Loh kok diam? Kalau belum ayo kita makan bersama" ajak Wati.
Alfi menelan Saliva nya. Pasalnya dia sangat kelaparan, tapi mengingat kembali darah yang di muntah kan Lia tadi membuat nafsu makan Alfi menjadi hilang.
"Eh, udah kok Mak. Emak makan saja, aku udah kenyang" ujar Alfi sambil duduk di samping sang emak.
"Mak besok hari Minggu kan. Aku izin kerja sama mang Ujang ya. Dodos sawit lagi. Kan lumayan uang nya untuk tambahan belanja emak" izin Alfi.
"Nggak usah nak. Kamu fokus belajar untuk ujian Nasional yang sebentar lagi akan berlangsung. Semoga kamu lulus dengan nilai yang memuaskan" doa Wati tulus.
"Nggak apa-apa kok Mak. Belajar kan bisa di sekolah. Masak dari Senin- Sabtu aku belajar. Eh hari Minggu harus belajar lagi." Mulut Alfi manyun seperti bebek.
"Ya udah kalau kamu memaksa. Tapi ingat kamu harus hati-hati. Emak Nggak mau kehilangan anak emak satu-satunya" Wati memberikan nasehat.
"Oke, siap Mak bos" Alfi memeluk Wati dengan kasih sayang.
"Ngapain lu di situ?" Tanya Alfi dengan sedikit keras, sehingga membuat Wati kaget.
"Pit, kamu kok ngomong kayak gitu sama emak?" Tanya Wati.
"Eh, maaf Mak. Aku tidak bicara sama emak kok" ujar Alfi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Lah, jadi kamu ngomong sama siapa? Sama hantu?" Tanya Wati.
'nah itu emak tau' batin Alfi.
"Heheh, emak bisa saja. Aku ngomong sama cicak itu Mak. Ngapain lah dia nemplok di situ ya? Nggak capek apa?" Alasan Alfi dengan tertawa cengingisan.
"Iiih kamu ada-ada saja" Wati menjitak kepala Alfi.
"Sakit Mak" keluh Alfi.
"Sini, mau emak tambahin?" Tanya Wati resek.
"Ampun mak" Alfi berlari keluar rumah. Dan duduk di bangku kayu yang ada di teras rumah.
"Braakkk" seseorang datang dan menendang kursi yang ada di depan Alfi. Alfi pun kaget bukan main. Sehingga Alfi ikut terjungkal kebelakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments