seonggok mayat tergantung di langit-langit toilet dengan keadaan yang menggemaskan. wajahnya yang membiru karna jeratan, serta mata melotot menandakan sakitnya dia meregang nyawa.
lidah yang menjulur dengan beberapa tetesan air ludah karna sulitnya mendapatkan oksigen, telapak tangan nya yang saling tergenggam erat menahan sakit serta merasakan penyesalan atas tindakan yang telah dia ambil.
"aku akan kembali dengan cara ku sendiri" begitulah Kalimat terakhir yang keluar dari mulut wanita itu.
*****
"aaaaaaarrggghhh" teriak seorang siswi di toilet sekolah.
Semua murid yang mendengar kan teriakan itu berbondong-bondong menghampiri siswi tersebut.
"Ada apa?" Tanya salah satu penjaga.
"I-iitu, a-ada m-mayaat" ujar Riska terbata sambil menunjuk ke dalam toilet yang hendak dia masuki.
Dengan sigap penjaga sekolah membuka pintu toilet yang dimaksud. Alangkah terkejutnya mereka melihat seorang siswa gantung diri di dalam toilet.
Wajah nya sudah membiru. Dengan bola mata yang melotot hendak keluar. Lidah nya menjulur dari sarangnya.
"Minggir-minggir." Para guru pun membubarkan kerumunan.
Riska di bawa ke UKS untuk menenangkan dirinya. Sedangkan salah satu guru menghubungi pihak kepolisian untuk di tindak lanjuti tentang kematian Lia.
Ya Murid yang baru di temukan tewas itu adalah Lia. Salah satu murid pintar dan berprestasi di sekolah nya.
Jenazah Lia diturunkan dari plafon, dan di bawa kerumah sakit terdekat untuk di autopsi.
Setelah tenang, barulah Riska dimintai keterangan tentang penemuan jasad Lia di kamar mandi.
Riska menceritakan kronologi, ketika dia hendak membuang hajad, dan ketika membuka kamar mandi Riska sudah menemukan Lia dalam keadaan tergantung di kamar mandi.
"Sebelum penemuan mayat tersebut. Ketika pembelajaran sedang berlangsung, dia sempat izin untuk keluar pak. Dan sudah 30 menit berlalu Lia tidak kunjung kembali ke kelas." Jelas Riska.
Guru yang mengajar di kelas Riska pun membenarkan penuturan sang siswi " Benar pak. Di jam pelajaran saya dia izin untuk ke toilet dan 30 setelah nya dia tidak kunjung kembali".
"Penurut pihak sekolah apakah korban anak yang periang atau pendiam?" Tanya penyidik.
"Dia anak yang baik pak. Patuh, penurut, lemah lembut dan tidak suka berkeliaran kemana-mana. Dia lebih sering berada di kelas ketimbang bermain di luar ruangan" jelas sang wali kelas.
"Apakah anda teman sebangku korban?" Tanya pihak penyidik lagi.
"Benar pak. Tapi sejauh ini dia tidak pernah bercerita tentang masalah pelik yang dia alami" jawab Riska jujur.
"Baiklah, terima kasih atas penjelasannya, semoga kedepannya kami bisa menyelidiki lebih dalam lagi tentang kasus ini" tim penyidik undur diri.
Semua murid di SMA itu di pulangkan lebih awal. Dan bagi siswa yang mau untuk menyelenggarakan jenazah di izin kan untuk pergi kerumah duka.
Alfi yang menyimak kasus Lia dengan antusias pergi kerumah Lia. Entah kenapa dia merasa ada yang tidak beres dengan kematian sang teman. Selama ini Lia sudah sangat baik terhadap nya.
Jenazah Lia sudah sampai di rumah duka. Otopsi yang di lakukan harus menunggu hingga beberapa hari untuk mengetahui hasilnya.
Ketika jenazah hendak di mandikan, ibu Lia jatuh pingsan. Karna tidak menyangka kalau anak perempuan satu-satunya peninggal dalam keadaan yang sangat tidak wajar, menurut nya.
"Bu, boleh kah aku ikut memandikan Lia?" Tanya Alfi kepada dua orang pemandi jenazah lain nya.
"Kamu teman nya?" Tanya sang ibu.
"Iya Bu. Aku lebih dari teman. Bahkan Lia sudah aku anggap sebagai saudara" Alfi menetes kan air mata.
"Baiklah, silahkan kalau begitu" izin sang ibu.
Lia masuk ke dalam ruangan pemandian jenazah. Ketika pertama kali melihat tubuh Lia yang kaku, mata Alfi sedikit menyipit tidak mengerti.
Namun itu tidak berlangsung lama. Karna dia tidak ingin berburuk sangka kepada sang teman. Dengan sigap Alfi ikut memandikan jenazah Lia. Ada beberapa hal yang sangat tidak wajar di tubuh Lia.
'ah mungkin itu karna proses otopsi yang dilakukan tadi' batin Alfi menyanggah.
Setelah pemandian jenazah selesai. Jenazah lanjut di Kafani dan di sholat kan. Selesai di shalatkan baru lah di antar ke tempat peristirahatan terakhir untuk Lia.
Seluruh tubuh Lia Di timbun di dalam gundukan tanah. Isak tangis dari keluarga masih nyaring terdengar. Namun ada satu hal yang mistik mengganggu Alfi.
Alfi melihat sekebelet bayangan melintas di belakang nya.
'bantu aku al' bisikan itu mampu membuat bulu kuduk Alfi berdiri.
"Siapa?" Tanya Alfi sambil menoleh ke belakang. Namun hasil nya nihil, tak ada siapa-siapa di belakang Alfi.
'sepertinya aku berhalusinasi' batin Alfi lagi.
Setelah selesai pemakaman Alfi undur diri untuk pulang ke rumah. Dalam perjalanan Alfi masih berfikir apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa kematian Lia sangat membawa tanda tanya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Alfi lirih.
'balaskan kematian ku, hiks'
Alfi langsung menekan pedal rem dengan spontan. Motor yang dibawa nya berhenti mendadak dengan decitan ban yang masih terdengar. Untung saja Alfi pembalap yang handal, sehingga tidak terjadi sesuatu yang dapat melukai dirinya sendiri.
"Siapa kamu?" Tanya Alfi bingung, karna lagi dan lagi suara itu kembali terdengar oleh nya.
Suara itu sangat pilu sehingga siapapun yang mendengarnya akan membuat semua bulu yang ada di tubuh berdiri.
Tak mau mengambil resiko Alfi melajukan kembali motor nya dengan kecepatan sedang dan memutar kan musik di ponselnya yang di sambung kan handset.
Sebenarnya itu tidak baik dalam berkendara karna bisa memicu kecelakaan. Tapi apa boleh buat. Alfi sangat tertekan mendengar suara yang beberapa jam lalu sering mengusiknya.
"Kok musik nya berhenti?" Gumam Alfi bingung. Lalu musik itu kembali di putar dengan nyanyian yang sangat berbeda.
"Betapa kau sangat ku cinta..
Mengapa kau malah mendua..
Sehingga kau tega meninggalkan aku..
Kasih ku.. tunggu pembalasan ku.
Hihihihihihi"
Lengkingan tawa di akhir lagu itu rasanya membuat gendang telinga Alfi ingin pecah. Alfi dengan spontan kembali melepaskan handset dari telinga nya.
Dengan jurus seribu langkah Alfi menancap gas nya dengan kencang. Sehingga tak sampai 10 menit Alfi sampai juga di rumah. Padahal biasanya jarak yang Alfi tempuh memakan waktu 30 manit untuk pulang kerumah. Pengendara lain yang memerhatikan Alfi jadi terheran-heran.
"Kok terlambat pulangnya?" Tanya emak Alfi.
"Iya mak, Ada berita duka. Lia ditemukan meninggal gantung diri di dalam toilet sekolah" jelas Alfi.
"Innailaihi wa innailaihi Raji'un. Kok bisa?" Tanya Wati tidak percaya. Pasalnya Lia termasuk teman Alfi yang sangat dekat Wati.
"Nggak tau juga mak. Aku pun syok mengetahui kematian Lia" ujar Alfi menahan sedih.
"mandi dulu sana. Ini emak masak menu kesukaan kamu. Habis mandi kamu makan ya" ucap Wati.
Satu tahun terakhir Alfi dan emak nya, sudah tidak pernah lagi makan singkong rebus untuk pengganjal perut. Karna Wati sudah di berikan bantuan oleh pemerintah Karna prestasi yang dimiliki Alfi.
"Oke mak, makasi" Alfi berjalan menuju kamar.
Setelah pintu di tutup kembali Alfi merebahkan badan nya di atas tempat tidur yang masih di alasi terpal.
"Suara tadi sangat familiar di telinga ku" gumam Alfi.
"Tapi mirip suara siapa ya?" Tanya Alfi.
"Ah sudah lah. Aku mau mandi dulu" Alfi berjalan mendekati toilet yang ada di luar rumah. Pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu terkunci dari dalam.
"Cekklekk ceklekkk, kok nggak bisa di buka?" Alfi mencoba membuka pintu lagi.
"Tik tik tik. Byuurrrrr" terdengar suara air di dalam kamar mandi yang sedang di mainkan.
'siapa yang ada di dalam?' batin Alfi.
"Ada orang di dalam?" Tanya Alfi gugup.
Hening tak ada jawaban dan suara air yang terdengar tadi pun ikut hilang.
"Ah mungkin perasaan ku saja. Tapi pintunya kenapa tidak bisa di buka? Apa mungkin pintunya rusak?" Alfi bertanya-tanya.
Ketika Alfi hendak menjauh dari pintu kamar mandi. Alfi mendengar suara gayung yang di banting.
"krieetttttt" Alfi terperanjat dan tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dengan sendirinya.
Bersambung.
Buset bikin gue jantungan saja" Alfi mengusap dadanya. Seakan-akan Alfi bisa menahan sang jantung agar tidak jatuh.
Alfi melihat ke arah dalam kamar mandi, tapi Sama sekali tidak mendapati siapa pun. Dengan sedikit takut Alfi masuk dan menyelesaikan ritual mandinya.
Setelah mandi Alfi mengajak sang emak untuk makan bersama. Selesai makan Alfi sengaja memutuskan untuk tidur sejenak. Karna badan nya terasa sangat lelah. Baru hendak memejamkan mata Alfi kembali mengalami kejadian aneh.
"Al" sapa seorang yang duduk di samping tempat tidur Alfi.
Alfi terperanjat duduk dan melihat Lia sedang duduk menatapnya.
"L-lia?" Tanya Alfi sedikit gugup.
"Bantu aku al" Lia menangis.
"K-kamu kenapa Lia? B-bukan kah kamu sudah.." ucapan Alfi tergantung. Alfi meneguk Saliva nya. Keringat dingin mengucur di dahi Alfi.
"Benar Al. Tapi sebelum semua nya terbalas kan aku tidak akan meninggalkan dunia ini. Walau raga dan roh ku sudah terpisah" Lia tersenyum tipis.
"A-apa yang sebenarnya terjadi Lia. Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Alfi yang sudah mulai berani.
"Akan aku ceritakan apa yang terjadi satu Minggu belakangan ini terhadap ku. Tapi berjanji lah kamu akan membantu ku Al." Pinta Lia sendu. Alfi mengangguk menyetujui.
Alfi meneguk salifa nya dengan kasar. Tak pernah terfikir olehnya, kehidupan dia akan begini kedepan nya.
"T-tapi.." ketika Alfi membuyarkan lamunan nya di lihatnya Lia sudah tidak ada di hadapannya.
"L-lia? Kamu dimana?" Tanya Alfi sambil mengedarkan pandangan nya di sekeliling kamarnya.
" Pit? Kamu ngapain? Lagi cari apa?" Tanya Wati.
"Eh, nggak ada kok Mak. Ini mau cari obat nyamuk. kok tumben nggak ada di sini. Biasanya emak suka narok obat nyamuk di sini" alasan Alfi.
"Oh itu, tadi obat nyamuk nya habis pit. Nih emak baru pulang dari warung habis beli" Wati menyodorkan obat nyamuk yang ada di tangan nya. Alfi mangambil obat nyamuk yang di sodorkan Wati dan langsung membakarnya.
"Kok tumben siang-siang begini ada nyamuk ya pit?" Tanya sang emak heran.
"Mungkin efek cuaca kali Mak. Di luar seperti nya akan turun hujan deh Mak" Alfi melihat ke arah pintu keluar yang sejajar dengan pintu kamarnya.
"Owh iya ya, sepertinya memang begitu pit. Ya sudah emak keluar dulu." Wati keluar dari kamar Alfi.
Baru saja hendak kembali berbaring, Alfi di kejut kan oleh kedatangan Lia yang sangat mengerikan. Matanya melotot dengan lidah yang menjulur ke luar. Ada sedikit d*rah yang keluar dari bibirnya. Wajahnya pucat pasi dengan baju yang berlumuran d*rah. Bagian lehernya pun terlihat membiru akibat bekas sesuatu yang mencekik jalan pernapasan nya.
"Astagfirullah. Allahuakbar. Pergi lah Lia. Aku tak pernah berbuat salah sama kamu, please jangan ganggu aku" pinta Alfi dengan mata yang tertutup.
"Bantu aku Al, Hihihi. Ini sangat sakit sekali, aku kesakitan Al. Huhuhuhuhuhu" suara Lia menggema di seluruh kamar Alfi. Dengan sigap Alfi menutup telinga nya agar gendang nya tidak pecah.
"Lia, aku tau kamu sudah tiada. Jadi istirahat lah dengan tenang. Urusan dunia mu sudah berakhir. Jadi tolong Jangan ganggu aku" kembali Alfi menasehati roh Lia. Entah itu di dengar atau tidak sekarang ini Alfi hanya ingin tenang sejenak. Karna setelah kematian Lia, hidup Alfi selalu di hantui oleh roh Lia yang gentayangan.
Tak lama berselang suara yang tadi memecahkan gendang telinga Alfi pun hilang terbawa angin. Alfi memberanikan diri untuk membuka mata. Dan benar Lia dengan jawab seram nya sudah tidak ada di hadapannya.
"Kenapa dia datang dengan keadaan yang seperti itu? Bahkan sebelum nya dia datang dengan keadaan yang baik-baik saja. Apa yang terjadi sebenarnya?" Gumam Alfi berfikir.
"Apakah Lia mati Karna di bunuh?, Ah semua nya masih abu-abu. Dan pasti akan terjawab seiring berjalannya waktu" gumam Alfi.
***
Pagi hari di sekolah.
"Al tumben kamu datang lebih awal?" Suara Lia mengagetkan Alfi.
"Astagfirullah" Alfi kembali kaget dengan kehadiran Lia secara tiba-tiba.
"Bisa tidak kamu datang jangan dadakan seperti itu. Bisa-bisa aku mati karna jantungan" Protes Alfi.
"Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa kamu menampakkan diri kepada ku? Apa yang kamu inginkan? " Kali ini Alfi bertanya antusias, Alfi sudah berjanji akan membantu Lia sebisa mungkin.
(Flashback)
"Triiing" ponsel Lia berbunyi.
"Hallo, iya ada apa Fii?" Tanya Lia lemas.
"Aku ada di depan, buka kan pintu" ucap Fii di sebrang telvon.
Dengan langkah yang masih tertatih, Lia membukakan pintu. Dan benar saja Fii sudah ada di depan pintu, bersama 5 orang teman laki-laki nya dan 2 orang teman perempuan nya.
"Silahkan masuk" ujar Lia.
Fii dan teman-teman nya masuk ke dalam rumah Lia. Mereka duduk di ruang tamu.
"Mau minum apa?" Tanya Lia basa basi.
"Nggak usah repot-repot kak. Ini kami bawa minuman dari luar. Salah satu perempuan itu mengeluarkan beberapa botol minuman.
Lia tidak mengenal teman-teman yang dibawa oleh Fii. Kemungkinan mereka adalah teman-teman Fii yang selalu ada di basecamp.
"Kunci pintu nya!" perintah Fii kepada Lia.
Lia menuruti perintah sang kekasih. Setelah menutup pintu, Fii dengan sigap menahan tubuh Lia sehingga tersandar di dinding.
"Kamu ngapain Fii?" Tanya Lia.
"Aku lagi pengen" ujar Fii sambil memegang tubuh Lia dengan sangat erat.
"Fii nggak enak di lihat teman-teman kamu" tolak Lia halus.
"Kalau begitu, ayo ke kamar" ajak Fii sambil menarik tangan Lia.
"Aww, pelan-pelan Fii. Kaki ku masih sakit" keluh Lia yang di paksa berjalan oleh Fii.
Dengan sigap Fii memapah Lia ke dalam kamar nya. Fii dan Lia melakukan itu untuk yang kesekian kalinya. Setelah merasa p*as Fii bangkit dan keluar dari kamar tanpa merasa bersalah.
Tak lama berselang dua orang lainnya masuk. Mereka bergantian melakukan itu dengan Lia. Sampai Lia tak berdaya. Sehingga Lia menangis sesenggukan. Fii hanya menatap Lia dengan santai, bahkan Fii sempat memvidiokan aksi teman-teman nya.
Setelah 4 orang laki-laki yang di bawa fii p*as. Kini 2 orang perempuan teman Fii itu dengan sengaja menarik perhatian Fii di depan Lia. Entah apa maksud mereka melakukan semua itu. Dengan telaten mereka melakukan hal itu di depan mata Lia sendiri. 2 lawan 1 sungguh membuat Fii meneteskan keringat yang sangat membanjirkan.
Air mata Lia menetes dengan sangat deras. Bisa-bisa nya sang kekasih menjadikan dirinya pemu*s na*su dan berkhianat di depan matanya sendiri.
"Keluar kalian!" pinta Lia lemas.
Fii yang sudah terpuaskan masih mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.
"Ayo pulang!" pinta Fii kepada 2 perempuan yang sudah memuaskan nya.
Mereka lalu pergi meninggalkan Lia sendiri. Dengan sekuat tenaga Lia bangun dari pembaringan nya. Setelah bangkit Lia dengan terpaksa berjalan keluar untuk mengunci pintu, agar mereka tidak dapat lagi masuk untuk merudapaksa Lia.
Dengan meringis Lia membersihkan kembali ruang tamu dan kamarnya. Agar ketika sang ibu kembali semuanya sudah kembali rapi.
Setelah selesai membersihkan seluruh ruangan yang kotor, Lia kembali masuk ke dalam kamarnya dan segera mandi membersihkan diri. Lia menangis dibawah guyuran shower yang mengalir dengan deras.
"Aku jijik dengan badan ini. Sangat jijik" Lia menangis sambil menggosok seluruh tubuhnya dengan kasar. Setelah di rasa cukup baru lah Lia menuju tempat tidur.
Karna sudah lelah menangis, Lia akhirnya tertidur dengan keadaan yang sangat hancur. Tak ada lagi semangat hidup yang tersisa. Dan sebelum benar-benar tertidur Lia kembali mengeluarkan kartu dari ponselnya. Agar Fii tidak bisa lagi menghubungi dirinya.
Lia ingin pergi menjauh dari Fii. Bahkan kalau bisa Lia akan pergi sejauh mungkin.
3 hari sudah berlalu, setelah kejadian rudakpaksa yang di lakukan Fii Kepada Lia. Lia mulai berusaha menjauhi Fii. Namun tidak segampang itu membuat Fii mau berhenti, agar menjauhi Lia.
Fii selalu saja datang menemui Lia dan memperkosa Lia lagi dan lagi. Bukan tak mau melawan, Lia selalu saja di ancam, dengan foto dan video yang sempat Fii ambil ketika pemerkosaan tersebut.
Lia tidak mau keluarga nya malu, karna ulah nya. Sudah dari awal-awal ibu Lia selalu melarang Lia untuk dekat dengan Fii. Tapi Karna Lia yang keras kepala maka musibah itu datang menimpa Lia.
Seminggu sudah Lia libur sekolah dengan alasan sakit. Hari ini adalah hari pertama Lia kembali bersekolah. Tatapan Lia kosong, tak ada senyuman sedikit pun di bibirnya.
Lia yang dulu periang kini telah berubah 180 derjat. Di jam ke dua pelajaran Lia izin untuk ke toilet. Namun bukan itu maksud Lia untuk izin. Lia sudah tidak mau hidup lagi di dunia ini. Bagi Lia dunia sangat lah kejam.
Lia membuka jilbab yang dia pakai, dan mengikat nya di salah satu kayu plafon yang ada di kamar mandi. Disana lah Lia menghakhir hidupnya dengan tragis.
Di saat kain sudah menutut rapat saluran pernapasan nya. Ada gurat penyesalan di hati Lia. Kenapa dia bisa bunuh diri seperti ini. Rasanya sangat sakit sekali.
"Aku akan kembali untuk membalaskan dendam yang ku bawa mati" gumam Lia lirih.
(Flashon)
"Hiks, sakit Al. Sangat sakit" ucap Lia lemah. Wajah pucatnya terlihat sendu karna mengingit kembali kenangan pahit semasa hidup nya.
"Kenapa? Kenapa lu nggak cerita sama gue?" Tanya Alfi penuh tanda tanya.
"Lu tau kan Lia. Kita udah berteman dari awal masuk sekolah. 1 tahun terakhir ini pun kita sangat dekat. Tapi kenapa lu tidak pernah cerita tentang masalah lu yang seberat ini?" Ujar Alfi lagi.
Belum sempat Lia menjawab, 2 orang siswa masuk ke dalam kelas. Lia menghilang secepat kedipan mata.
"Al, ngapain kamu ngomong sendiri?" Tanya Riska bingung.
"Eh, nggak ada kok ukh. Ini aku lupa buat pr" alasan Alfi.
"Pr? Memang nya kita ada pr ya?" Tanya Riska.
"Eh, nggak tau juga sih" Alfi menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Al, kamu nggak takut sendirian di kelas? Nanti Lia datang loh" ujar Tasya menakut-nakuti Alfi.
'andai saja kalian tau, kalau Lia sedang duduk di atas lemari. Aku pastikan, kalian akan pingsan di tempat' batin Alfi.
"Woy Al, bengong lagi. Nanti kesambet lu" Tegur Tasya.
"Huss tidak baik ngomongin orang yang sudah meninggal" protes Riska.
"Betul itu" jawab Alfi singkat.
Tasya dan Riska pergi menuju kursinya. Sedangkan Alfi juga kembali duduk di kursinya, sambil menatap ke atas lemari.
"Bantu aku" suara Lia terdengar di telinga Alfi, namun tidak terdengar oleh yang lain.
Alfi mengangguk dengan pasti. Dia akan berusaha menolong Lia membalaskan dendam kepada sang mantan kekasih.
Sebenarnya bukan hanya dendam yang ada di hati Lia. Lia juga tidak ingin ada korban lain yang akan berjatuhan di tangan Fii. Lia tidak ingin mendengar ada Lia - Lia yang lain di luaran sana.
***
Jam pembelajaran telah berakhir, Alfi pulang seperti biasanya. Sesampainya di rumah Alfi memilih untuk istirahat sejenak.
"Bagaimana cara nya gue bisa membantu Lia? Sedangkan selama ini gue tidak terlalu dekat dengan Fii" ungkap Alfi dengan suara yang lemah.
"Kamu pasti bisa menolong aku Al." Lia tiba-tiba muncul di samping Alfi. Kali ini wujud nya sangat menyeramkan.
"Buset woy. Lu kalau temuin gue jangan kayak gini dong. Gue takut nih" teriak Alfi sambil memejamkan matanya.
"Hihihi, aku kira kamu pemberani. Ternyata kamu penakut juga" cibir Lia merubah wujud nya.
"Gue nggak pernah melihat mahluk kayak lu selama ini. Jadi maklum saja kalau gue takut. Dasar hantu nyusahin" gerutu Alfi.
Lia tertawa dengan khas, mendengar ejekan Alfi.
"Jangan ketawa lu. Telinga gue mau pecah ini" protes Alfi.
Semakin hari Alfi semakin terbiasa dengan penampakan Lia. Hanya saja Alfi akan kaget kalau Lia muncul dengan wujud yang menyeramkan.
"Al bolehkah aku meminjam raga kamu?" Tanya Lia dengan tatapan sendu.
"Lah jadi roh gue mau di tarok Dimana?" Tanya Alfi heran.
"Kamu tetap di dalam, tapi biarkan aku mengendalikan pergerakan kamu. Please aku sangat membutuhkan nya Al." Ujar Lia.
"Kenapa begitu? Bukankah dengan tidak memiliki jasad, kamu akan lebih mudah untuk membalas kan dendam?" Selidik Alfi.
"Aku berfikir juga seperti itu, namun kenyataannya sangat salah Al. Roh tidak akan bisa menyakiti manusia, tapi dengan menakut-nakuti nya bisa membuat dia terluka." Jelas Lia.
"Aku tidak ingin menakut-nakuti mereka. Aku hanya ingin membalas mereka, dengan sentuhan tangan ku sendiri. Kalau mereka mati dengan ketakutan, itu tidak sebanding dengan sakit yang aku rasakan, hiks" tangis Lia pecah. Darah yang mengalir dari rongga matanya membuat Alfi bergidik ngeri.
"Udah nggak usah menangis, gue jijik sama darah" ujar Alfi jujur.
"Hihihihi. Kalau ini takut nggak?" Tanya Lia.
Lia memuntah kan darah hitam dari mulut nya. Belatung-belatung kecil memenuhi darah yang berserakan. Belatung-belatung itu memakan semua darah itu sampai habis dan tak lama berselang para belatung itu mati dengan perut yang terbelah.
Alfi yang melihat peristiwa itu dengan spontan ikut memuntahkan isi perutnya yang masih kosong. Karna belum sempat makan sepulang sekolah.
"Kurang kerjaan lu. Udah pergi lu sana. Gue nggak mau bantuin lu lagi" Alfi berjalan keluar kamar. Untung saja Wati belum pulang dari bekerja. Kalau Wati di rumah sudah pasti Wati akan bingung dengan tingkah sang anak.
Tak mau mengalah Lia mencegah Alfi dari depan sehingga Alfi berhenti mendadak.
"Untung nggak kena" protes Alfi.
"Hihihi. Jangan ngambek dong Al. Please bantuin aku ya Al. Aku sakit Al, huhuhu" Lia memelas.
"Ada juga ternyata hantu yang seperti lu. setahu gue hantu itu tidak pernah ngemis-ngemis sama manusia, hahaha" Alfi tertawa terbahak-bahak.
"Ooo kamu ngatain aku Al. Mau lihat muka hancur lagi" ancam Lia.
"Udah ah. Akhirnya nggak jadi makan ni gue. Curut lu" Alfi berlalu meninggalkan Lia. Lia pun menghilang sekajap mata.
"Baru pulang Mak?" Tanya Alfi yang melihat Wati memasuki rumah.
"Iya pit." Jawab Wati seadanya. Wajah Wati sangat menampakkan gurat kelelahan. Namun dia berusaha sekuat mungkin agar Alfi tidak mengetahui nya.
"Emak capek ya? Ayo kita makan dulu" Alfi berinisiatif mengambil kan nasi untuk sang ibu.
Wati tersenyum menerima nasi dari tangan Alfi.
"Kamu udah makan nak?" Tanya Wati. Alfi hanya diam membisu. Karna tak tau apa yang harus dia jawab.
"Loh kok diam? Kalau belum ayo kita makan bersama" ajak Wati.
Alfi menelan Saliva nya. Pasalnya dia sangat kelaparan, tapi mengingat kembali darah yang di muntah kan Lia tadi membuat nafsu makan Alfi menjadi hilang.
"Eh, udah kok Mak. Emak makan saja, aku udah kenyang" ujar Alfi sambil duduk di samping sang emak.
"Mak besok hari Minggu kan. Aku izin kerja sama mang Ujang ya. Dodos sawit lagi. Kan lumayan uang nya untuk tambahan belanja emak" izin Alfi.
"Nggak usah nak. Kamu fokus belajar untuk ujian Nasional yang sebentar lagi akan berlangsung. Semoga kamu lulus dengan nilai yang memuaskan" doa Wati tulus.
"Nggak apa-apa kok Mak. Belajar kan bisa di sekolah. Masak dari Senin- Sabtu aku belajar. Eh hari Minggu harus belajar lagi." Mulut Alfi manyun seperti bebek.
"Ya udah kalau kamu memaksa. Tapi ingat kamu harus hati-hati. Emak Nggak mau kehilangan anak emak satu-satunya" Wati memberikan nasehat.
"Oke, siap Mak bos" Alfi memeluk Wati dengan kasih sayang.
"Ngapain lu di situ?" Tanya Alfi dengan sedikit keras, sehingga membuat Wati kaget.
"Pit, kamu kok ngomong kayak gitu sama emak?" Tanya Wati.
"Eh, maaf Mak. Aku tidak bicara sama emak kok" ujar Alfi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Lah, jadi kamu ngomong sama siapa? Sama hantu?" Tanya Wati.
'nah itu emak tau' batin Alfi.
"Heheh, emak bisa saja. Aku ngomong sama cicak itu Mak. Ngapain lah dia nemplok di situ ya? Nggak capek apa?" Alasan Alfi dengan tertawa cengingisan.
"Iiih kamu ada-ada saja" Wati menjitak kepala Alfi.
"Sakit Mak" keluh Alfi.
"Sini, mau emak tambahin?" Tanya Wati resek.
"Ampun mak" Alfi berlari keluar rumah. Dan duduk di bangku kayu yang ada di teras rumah.
"Braakkk" seseorang datang dan menendang kursi yang ada di depan Alfi. Alfi pun kaget bukan main. Sehingga Alfi ikut terjungkal kebelakang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!