Minta Pertanggungjawaban

Joi memilih untuk mengikuti pria yang dia panggil om itu daripada identitasnya terbongkar. Ya selama ini Joi memilih menjadi orang biasa walaupun banyak orang mengenal sang daddy namun tidak dengan dia.

"Oke baiklah, aku akan mengikutimu ke rumah sakit" jawabnya kesal sedangkan Liem malah tersenyum bahagia.

"Ikut mobilku" perintah Liem.

"Nggak, aku bawa motorku aja" protes Joi.

"Kamu itu sesekali jangan bantah kenapa?" ucap Liem kesal.

"Mau aku ikut apa nggak" ancam Joi dan akhirnya pria itu mengalah.

Untuk memastikan gadis itu tidak kabur, Lie memilih mengikutinya dari belakang hingga tiba di rumah sakit.

Cihhh kenapa sih pria ini, dari tadi ngikuti aku terus? Siapa juga yang mau kabur. Gerutunya dalam hati sambil membelokkan motornya ke arah parkiran rumah sakit.

.....

Setibanya di rumah sakit, Joi memarkirkan motor kesayangannya di parkiran dan berjalan menuju ke pintu masuk lobi rumah sakit.

"Ikut aku" ajak Liem yang sudah berada di samping gadis itu.

"Cih munculnya selalu tiba-tiba. Bikin kaget aja" gerutu gadis itu yang akhirnya menyusul Liem karena ia tidak tahu dimana ruang rawat Harvey saat ini.

Keduanya melangkah dengan pasti hingga masuk ke dalam sebuah kotak yang menghantar mereka ke lantai paling atas.

Liem kembali melangkah mendahuluinya dan dengan setia ia mengekori pria itu seperti anak gadis yang mengejar papanya.

Tibalah mereka di salah satu pintu yang diyakini adalah ruang rawat Harvey.

Liem mengetuk sebelum membuka pintu tersebut. Mama Ellen yang sedang menyuapkan makann siang kepada sang putra langsung menatap ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.

Begitu juga dengan papa Matthew yang sedang memangku laptop di atas pahanya di sofa yang ada di ruangan tersebut.

"Selamat siang, om, tante" ucap gadis itu begitu ditatap oleh dua orang tua beda jenis itu.

"Selamat siang nak" jawab mama Ellen.

"Hmmm" jawab papa Matthew cuek.

"Duduk" ucap Liem menunjuk ke arah sofa seberang tempat duduk papa Matthew. Dengan kaku, Joi melangkah perlahan dan duduk di sana. Ia begitu gugup berhadapan langsung dengan pria berwajah tegas itu.

"Putra saya buta, itu karena kamu yang mengambil keputusan tanpa menunggu kami sebagai orang tua. Apa yang akan kamu lakukan sebagai bentuk tanggung jawabmu seperti yang kamu tanda tangani dalam surat itu?" ucap papa Matthew dingin.

"Apakah nyawanya lebih penting daripada penglihatannya? Jika demikian, aku akan membiarkannya mati saja di tempat kejadian saat semua orang bahkan hanya mengabadikannya dengan ponsel mereka tanpa ada yang mau mengeluarkannya dari mobil yang hampir terbakar itu" ucap Joi yang memang sudah menyiapkan senjatanya jika pada akhirnya akan seperti ini.

Deg

Harvey yang mendengar penuturan itu semakin sakit hati, baru saja dicampakan oleh tunangannya, kini ia harus kembali mendengar kenyataan pahit ini.

Mama Ellen menatap suaminya dengan penuh intimidasi. Ia saja sangat bersyukur jika putranya selamat saat ini. Dan seharusnya suaminya juga mengucapkan terimakasih kepada gadis itu bukannya meminta pertanggungjawaban hanya karena putranya buta setelah dioperasi.

Rupanya pintar juga gadis ini. Zem, putrimu sangat luar biasa, tapi maaf, kali ini aku akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. batin papa Matthew penuh maksud.

"Apapun itu, aku tetap minta pertanggungjawabanmu. Aku akan membawa bukti tanda tanganmu ke jalur hukum" ucap papa Matthew tenang.

Joi menatap pria itu dengan mata berkaca-kaca. Bukan ia takut dengan ancaman pria itu, tapi selama ini dengan susah paya ia merahasiakan identitasnya dan jika hal ini terjadi maka nama baik sang daddy akan terseret.

Melihat itu, papa Matthew menjadi ibah namun untuk mencapai keinginannya, ia tetap tenang.

"Bagaimana? jika kamu tidak ingin berurusan dengan hukum maka aku punya satu syarat yang wajib kamu ikuti" umpan papa Matthew.

"Apakah itu?" dengan cepat gadis itu merespon.

"Aku mau kamu merawat putraku. Aku sudah menawarkan kepada beberapa orang namun setelah mereka mengetahui jika pekerjaannya mengurus orang buta, mereka bahkan menghilang begitu saja. Jadi bagaimana?" tanya papa Matthew dengan penjelasan yang sedikit bohong.

Setelah beberapa saat memikirkan tawaran itu, Joi pun mengiyakan.

"Baiklah, tapi apakah aku bisa tetap kuliah?" tanya Joi hati-hati.

"Semester berapa kamu sekarang?" tanya papa Matthew.

"Semester dua" jawab Joi jujur.

"Nanti bisa dibicarakan dengan putraku jika dia mengijinkan" jawab lagi pria itu.

"Tapi itu harapan dan cita-citaku. Aku hanya ingin membanggakan daddy ku" ucapnya lirih sehingga hanya bisa didengar oleh papa Matthew.

Setelah sepakat, Liem membawa sebuah map yang berisi surat pernyataan untuk ditandatangani agar gadis itu tidak kabur. Dengan berat hati, Joi pun membubuhkan tanda tangannya di sana.

"Kapan aku akan mulai tugasku?" tanya Joi.

"Sekitar dua hari lagi, setelah dia keluar dari rumah sakit" jelas papa Matthew.

"Baiklah, kalau begitu saya pamit pulang." pamitnya dan diangguki oleh seisi ruangan itu kecuali Harvey yang sudah kembali tidur karena pengaruh obat yang dia minum setelah makan siang tadi.

Setelah kepergian Joi, mama Ellen mendekat kearah sang suami dan mulai mencecarnya.

"Apa maksud papa dengan semuanya tadi? Seharusnya papa berterima kasih karena dia berani mengambil tindakan menyelamatkan putra kita, jika tidak pasti sekarang Harvey tinggal nama" ucapnya panjang lebar namun berusaha berbicara dengan suara rendah agar tidak mengganggu tidur putra mereka.

"Papa melakukan ini semua demi kebaikan Harvey" ucap papa Matthew penuh maksud membuat sang istri bingung.

"Maksud papa?" tanya istrinya sekali lagi.

"Jika sudah tiba saatnya, mama akan tahu dengan sendirinya" jawabnya membuat sang istri tidak puas namun tidak bisa bertanya lagi karena pria itu langsung berdiri dan pergi dari sana.

"Liem, ikut aku" ajaknya.

"Baik" jawab sang asisten sambil mengikutinya dari belakang dan keluar dari ruangan itu.

"Pastikan dia tetap kuliah, dan jika Harvey tidak bisa mandiri maka urus semuanya agar ia bisa kuliat online" ucap Papa Matthew.

"Tapi bagaimana dengan orang tuanya?" tanya Liem yang sedikit terganggu dengan keadaan gadis itu, apakah dia akan diberi ijin atau tidak karena otomatis ia akan menjaga pria buta itu dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.

"Dia gadis yang cerdas, dia bisa mencari jalan keluarnya sendiri" ucap papa Matthew cuek padahal ia sendiri juga sedang memikirkan hal itu. Joi bukan anak sembarangan atau berasal dari kalangan bawah sehingga bisa gunakan alasan mencari uang tambahan.

Keduanya terdiam beberapa saat dan kembali melangkah masuk ke ruang rawat putranya sedangkan Liem kembali ke kantor. untuk sementara dialah yang yang harus menghendel semua pekerjaan kantor.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!