Tiga hari pun berlalu, Joi sudah mendatangi kantor polisi dan memberi keterangan sesuai yang dia lakukan di lokasi kecelakaan. Namun tidak dengan si korban yang masih terbujur kaki di dalam ruangan ICU.
"Pa, lakukan sesuatu untuk anak kita" desak nyonya Ellen yang tidak tega melihat sang putra yang tubuhnya masih tertancap alat rumah sakit.
"Ma, kata dokter kt harus menunggu hingga dia siuman, tidak bisa kita bertindak lebih lanjut karena akan berbahaya untuk Harvey" ucap sang suami.
Tak berselang berapa menit, dokter dan beberapa perawat berlari masuk ke dalam ruangan yang ditempati oleh Harvey. Hal itu membuat orangtuanya panik karena mereka memang tidak boleh berlama-lama di ruangan tersebut sehingga saat ini mereka sedang berada di ruangan lainnya.
"Kenapa pa?" tanya sang istri.
"Tidak tahu ma" jawab suaminya.
Beberapa saat kemudian mereka keluar dengan sedikit lega namun bercampur gelisah.
"Dok, bagaimana dengan keadaan putraku?" tanya tuan Matthew.
"Syukurlah dia sudah siuman, tapi.. " ucap dokter serasa berat.
"Tapi apa dok?" tanya tuan Matthew harap-harap cemas.
"Dia dinyatakan buta" ucap dokter.
Degh
Kedua orang tua itu langsung tercekat dengar ucapan dokter. Seperti petir di siang bolong yang menyambar jantung mereka.
"A apakah dia bisa melihat lagi?" tanya tuan Matthew.
"Kemungkinan iya, tapi dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Setelah luka-lukanya sembuh, sebaiknya langsung ke dokter spesialis mata." jelas pria itu.
mereka terdiam sejenak.
"Pindahkan pasien ke ruang rawat" perintah dokter kepada bawahannya.
*****
Keesokan harinya, Harvey sudah mengamuk karena mendapati dirinya yang memang tidak bisa melihat alias buta.
"Akhhhhhh" teriaknya membuat Liem terkejut karena saat ini ia yang menjaga Harvey sedangkan kedua orang tuanya kembali sebentar untuk membersihkan diri mereka.
"Tuan, tolong tenang. Akan berbahaya jika anda banyak gerak" pintar Liem.
"Apa!!! kamu bilang tenang? aku bahkan tidak bisa melihat!!! kenapa aku tidak mati sekalian!!!" teriaknya membuat Liem kewalahan dan akhirnya menekan tombol darurat sehingga dokter datang menyuntikkan obat penenang.
tring
tring
📞Halo Liem
📞Tuan muda mengamuk
tuan Matthew langsung memutuskan telepon dan mungkin mereka akan segera tiba.
Suasana semakin tegang semenjak Harvey memberontak tidak Terima keadaannya sekarang.
"Liem, bagaimana Harvey?" tanya mama Ellen yang baru saja tiba bersama suaminya.
"Dia sangat syok dengan keadaannya yang tidak bisa melihat" jawab Liem.
.
.
"Om, tante, bagaimana keadaan Harvey?" tanya Valen yang baru muncul setelah beberapa hari diberitahukan.
"Baru siuman kemarin" jawab mama Ellen tenang.
Gadis itu menuju ke kursi di samping ranjang pasien dan duduk di sana.
"Sayang, bagaimana keadaanmu?" ucapnya sambil menggenggam tangan Harvey.
Harvey yang menyadari kehadiran sang kekasih, merasa bahagia dan melupakan kesedihannya sejenak.
"Sayang, kamu sudah datang? kamu tidak akan meninggalkan aku kan?" ucapnya bahagia sambil berusaha menyentuh wajah gadis itu namun tidak berhasil karena ia tidak bisa melihatnya.
Wajah Valen berubah pucat melihat gelagat aneh sang kekasih yang tidak seperti biasanya.
"Maaf kak Valen, Harvey mengalami kebutaan" jelas mama Ellen yang mengerti kebingungan tunangan putranya.
"Hah??" ucapnya sedikit berteriak dan langsung melepas genggaman tangan Harvey.
Deg
Harvey juga terkejut dengan tindakan sang tunangan, walaupun tidak bisa melihat namun ia bisa merasakan ditolak oleh gadis itu.
"Sayang, aku pasti sembuh. Aku akan berjuang demi kamu dan demi hubungan kita" ucap Harvey berusaha meyakinkan sang tunangan.
"Tidak, tidak... bagaimana bisa seperti itu? kamu buta seumur hidup dan aku akan mengurus kamu seumur hidup?" ucap Valen tak Terima. bertepatan dengan itu, kedua orang tua Valen pun masuk.
"Kenapa sayang?" tanya sang ibu Valen.
"Ma, aku nggak mau, Harvey buta ma" ucap Valen lalu mendekat ke arah sang mama dan bergelayut manja di sana.
"Buta?" tanya sang mama.
"Iya ma, masa aku harus mengurusnya yang buta sepanjang hidup?" ucap Valen lagi membuat Harvey naik darah.
Air muka Harvey langsung berubah sedih mendengar ucapan tunangannya. sang mama pun mendekat lalu mengusab punggung tangannya memberi ketenangan kepadanya.
Kepalan tangan Harvey yang begitu kuat sampai tangannya bergetar.
"Baik, jika itu maumu, mulai detik ini kamu bukan lagi tunanganku dan pernikahan kita batal" ucap Harvey penuh penekanan.
"Silahkan angkat kaki dari ruangan ini bersama orangtuamu" tegasnya sekali lagi.
"Harvey, Valen hanya syok nak, jangan bicara seperti itu" ucap mamanya Valen.
"Cukup, aku tidak butuh belas kasihan kalian sekarang. Pergi!!!" teriaknya membuat papanya Valen tersinggung.
"Baiklah, aku akan membawa istri dan anakku pergi, tapi ingat! kau akan terpuruk hingga menua nanti karena tidak ada seorang gadis pun yang akan menyukai pria lemah dan cacat seperti mu" setelah mengatakan hal demikian, pria itu langsung membawa istri dn anaknya keluar dari ruang rawat Harvey.
Setelah mereka pergi, papa Matthew langsung mendekat ke arah sang putra.
"Bersabarlah, papa akan mencari rumah sakit terbaik sampai ke ujung dunia untuk membuktikan dan menyumbat mulut kotor mereka" ucap papa Matthew yang ikut sedih saat putranya diejek.
Papa Matthew keluar sebentar meninggalkan sang istri yang tengah menenangkan putranya yang emosinya belum mereda.
.
.
"Liem, apapun caranya kamu harus membawa gadis yang menolong Harvey kemari. Untuk sekarang hanya dia yang bisa kita andalkan." Perintah papa Matthew.
"Bagaimana bisa tuan, ayahnya bukan orang sembarangan" jawab Liem sedikit tidak berani menghadapi siapa itu Zem Lenderth.
"Saat ini Harvey buta dan itu semua karena dia yang berani mengambil keputusan untuk menandatangani surat penanggung jawab operasi" ucap papa Matthew membuat Liem mengerti maksudnya.
"Baiklah" jawabnya dan langsung pergi menjalankan misinya.
*****
Joi baru selesai kuliah dan mengeluarkan motornya dari parkiran hendak pulang ke rumahnya.
Beberapa kali ia membunyilan belnya namun pria itu tidak menghiraukan, ia tetap pada posisinya menghadang Joi.
"Om, bisa minggir nggak sih?" teriaknya.
"Aku tidak akan minggir sampai kamu mau mengikuti aku ke rumah sakit" ucap Liem tetap pada posisinya.
"Untuk apalagi sih? mengganggu waktuku saja" gerutunya.
"Gara-gara kamu mengambil keputusan oprasi tanpa menunggu orang tuanya, sekarang akibatnya fatal, dia buta" ucap Liem.
Deg
Joi terkejut dengan kenyataan yang baru dia ketahuilah sekarang.
"Om, jika aku nggak bertindak dengan cepat, dia bukan cuma buta doang tapi mati" ucap Joi kesal dengan pria yang ada di depan motornya itu.
"Oke baiklah, jika kamu tidak mau ikut, aku akan membongkar identitasmu. Bukannya kau sangat menjaga supaya orang jangan tahu siapa kau sebenarnya?" ucap Liem tenang sedangkan ancaman itu malah membuat Joi kalang kabut.
Sial, pria ini benar-benar ya? kenapa nggak mati sekalian tu orang. meribetkan orang lain. Batinnya yang memang sudah tidak ada pilihan lain.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments