Not My Baby
Viona menghela nafas panjang lagi-lagi dia gagal menemukan keberadaan sahabat nya yang tengah menghilang saat ini.
Sudah tiga bulan terlewati dia belum juga menemukan keberadaan sang sahabat.
Pertemuan terakhir mereka adalah pada saat Aruna meminta ijin untuk bekerja di sebuah Bar ternama di pusat kota, saat itu dia dengan keras melarang Aruna untuk pergi tapi karena gadis itu keras kepala larangan nya hanya di anggap angin lalu oleh nya.
Akibatnya hubungan mereka merenggang beberapa Minggu lamanya, dan saat Viona ingin meminta maaf pada Aruna gadis itu telah menghilang entah kemana.
Dan karena itulah Viona dengan rela meminta ijin dari tempat kerjanya hanya untuk mencari keberadaan sahabat nya.
Viona berdiri gugup di depan sebuah Bar yang menjadi salah satu jejak Keberadaan Aruna.
Blues Bar
Dari namanya saja Viona bisa tau jika Bar ini bukanlah tempat untuk gadis seperti nya.
Klek
"Uh"
Aroma minuman keras yang bercampur membuat Viona langsung menutup hidung nya, belum dia masuk kedalam tapi rasanya sudah ingin keluar dari tempat ini, bahkan mata nya yang suci terpaksa menyaksikan orang-orang di dalam sana yang tengah asik berpangutan tidak tau tempat.
Viona berjalan menuju stand Bar yang ada di ujung pintu masuk mengabaikan keberadaan orang-orang yang tengah Asik bergoyang ke sana kemari di atas Dance flor.
"P-permisi," cicit gadis ber-hoodie itu takut-takut
Seorang pria mengenakan pakaian hitam putih khas seorang bartender menoleh kearah Viona.
Senyum ramah ia tampilkan begitu melihat gadis yang sepertinya berasal dari kalangan baik-baik berdiri di depan meja bar.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Tanya nya dengan ramah, gadis itu terlihat polos ia yakin jika keberadaan nya di sini adalah terpaksa.
Viona semakin merapatkan mantel di tubuhnya saat dia sadar beberapa pria hidung belang menatap kearahnya bringas.
"Saya ingin bertanya mengenai seseorang."
Bartender tersebut mengerenyitkan dahinya, apa gadis polos di hadapannya ini tidak salah tempat? kenapa mencari seseorang di Bar seharusnya kan Ke kantor polisi.
Viona mengeluarkan ponselnya dari dalam saku kemudian menunjukkan potret seorang gadis yang sepertinya terlihat seumuran dengan nya pada Bartender.
"Aruna, apa dia pernah bekerja di sini?" tanya Viona penuh harap apalagi ketika wajah Bartender itu tengah menelisik dengan jelas gambar yang ia tunjukkan.
Aruna?
"Ah! Maksud mu Ari?" melihat wanita yang ada di ponsel gadis itu sepertinya dia mengenal nya.
Viona terlihat bingung apakah Aruna mengganti namanya di sini?
"I-iya," tidak ingin kehilangan jejak Viona meng iyakan saja perkataan Pria di depannya.
"Dia wanita yang cantik, namun sayangnya hanya bekerja selama seminggu di sini setelah itu dia keluar." jelas bartender itu. Jawaban ambigu yang sama sekali tidak menjawab pertanyaannya terkait kepergian Aruna selama ini.
Kenapa Aruna keluar secepat itu? lalu kemana dia pergi sekarang? hanya satu yang pasti, Sahabatnya tidak lagi bekerja di sini.
.
Viona keluar dari dalam bar tergesa-gesa setelah mendapat panggilan dari ibu panti yang dulu merawat Aruna.
Ibu bilang jika Aruna ada di sana beberapa bulan ini.
"Pak tolong ke alamat ini," Tunjuknya pada supir taksi.
"Baik Nona."
Tidak sampai sepuluh menit taxi sampai di sebuah rumah sederhana yang terletak tidak jauh dari pusat kota, setelah membayar sejumlah uang Viona bergegas masuk kedalam panti.
"Kak Vio!"
Viona menghentikan langkahnya begitu anak-anak panti langsung berlarian menyambut nya datang.
Senyumnya merekah melihat anak-anak itu tumbuh sehat.
"Kenapa kakak baru datang sekarang?" Tanya salah satu dari mereka.
Viona menyamakan posisi nya dengan gadis kecil yang memiliki tubuh gempal di sana.
"Maaf ya? Kakak lagi sibuk Belakangan ini," ucap nya merasa bersalah menatap satu-persatu anak-anak yang ada di sana.
"Seharusnya kakak datang bersama dengan Kak Aruna," sahut yang lain kali ini gadis bertubuh kurus yang menyahut.
"Aruna ada di sini?" Tanya nya memastikan kembali
"Iya! tapi kak Aruna tidak mau main bersama kami." seorang gadis kecil menunduk Sendu.
Tidak biasanya Aruna seperti itu, dia yakin jika Aruna sedang tidak baik-baik saja.
"Kakak mau bertemu kak Aruna dan Ibu dulu, nanti baru kita main ya?"
Anak-anak sama-sama mengangguk setuju membiarkan Viona masuk kedalam rumah.
"Kamu sudah datang nak?" Ibu panti menghampiri Viona, wajah keriput itu terlihat panik dan juga sedih.
"Ibu, apa semua baik-baik saja?"
Ibu panti menggeleng kemudian menarik Viona menuju kamar bercat Putih tempat Aruna selama ini di besarkan.
"Aruna tidak mau keluar dari kamar sama sekali dari kemarin, ibu sangat khawatir nak." Air mata ibu panti mengalir membuktikan bagaimana wanita itu begitu khawatir dengan kondisi anak asuhnya.
"Ibu tenang ya? aku akan coba bicara dengan Aruna." Di tepuk nya punggung rapuh ibu panti pelan berusaha menenangkan kepanikan di wajahnya.
Merasa ibu panti sudah sedikit tenang Viona meminta wanita paruh baya itu meninggalkannya sendiri untuk berbicara dengan Aruna.
"Tolong kabari ibu secepatnya nak," Pintanya sendu
Viona tersenyum kemudian mengangguk sebagai jawaban.
Ibu panti berlalu dari sana membiarkan Viona berbicara dengan Putri asuhnya, karena sejak kecil dia tau jika Aruna hanya mau di tenangkan oleh sahabat dekatnya begitu pun dengan Viona.
Tok! Tok
"Aruna? Buka pintunya."
"Biarkan aku masuk, tolong." Awalnya Viona tidak yakin apakah Aruna masih mau mendengarkannya seperti dulu atau tidak, tapi melihat pintu kamar yang perlahan-lahan terbuka membuatnya merasa lega.
"Ayo masuk!" Aruna menarik Viona ke dalam kamarnya.
Tidak ada yang berbeda dari Aruna selain Tubuh sahabatnya yang semakin kurus itu, tapi ada hal yang membuatnya sangat terkejut.
"Aruna, kamu...
Tanpa merasa bersalah gadis itu mengangguk penuh senyuman, biarlah Viona tau karena kebahagiaannya adalah kebahagiaan Viona juga.
"Maaf, kaget ya? Aku belum siap memberitahu tentang ini pada mu," ucapnya penuh sesal.
Tubuh kurus Aruna menyimpan beban di perutnya, tanpa membuka pakaiannya pun Viona tau jika Aruna tengah mengandung Saat ini.
Sret
Ditariknya tubuh kurus sang sahabat untuk duduk di kasur bersama dengannya
"Siapa yang melakukannya?!" Desis Viona tajam, bagaimana bisa dia tidak tau jika sahabatnya tengah mengandung sekarang ini?
"Hey, kenapa marah?" Tidak ada raut sedih sedikit pun di wajah tirus Aruna
"Apa maksudmu?! bagaimana dengan masa depan kamu nanti jika begini?" Sahut nya bertambah kesal melihat raut wajah yang begitu tenang dari sahabat nya.
Bahkan bisa Viona lihat jika Aruna tersenyum begitu lembut seolah tidak mengalami kejadian buruk apapun.
Gerakan tiba-tiba Aruna mengusap lembut perutnya membuat dadanya berdesir, bagaimana bisa Aruna setenang ini? apa gadis di depannya ini tidak memikirkan masa depannya nanti?
"Dia bayi ku, dan aku sangat menyayangi nya," lirihnya lembut. Viona menggigit bibirnya bingung ada rasa kecewa ketika melihat kondisi sahabatnya yang seperti ini, namun tidak ada yang bisa ia lakukan melihat bagaimana Aruna begitu menyayangi bayi yang ada di dalam perutnya.
"Kamu tidak lihat kondisi kamu sekarang ini? angin saja bisa menerbangkan tubuh kamu sekarang juga!" desis Viona, kemana pergi nya lemak yang dulu menyelimuti tubuh Aruna? pipi yang dulunya berisi dihiasi oleh rona merah sekarang sudah tidak ada lagi.
Bukannya tersinggung Aruna malah tertawa mendengar kemarahan Viona.
"Jangan khawatir, aku baik-baik saja"
Senyum yang terukir di wajah tirusnya sangat-lah menyakitkan untuk Viona saksikan, di saat seperti ini gadis itu masih bisa tertawa begitu lebar.
"Kalau kamu baik-baik aja, kenapa Ibu bilang kamu tidak mau keluar dari kamar sejak kemarin?"
Aruna tersenyum tipis bukanya tidak mau keluar tapi karena kondisinya yang tidak memungkinkan, dia takut ibu panti tau jika dia tengah hamil sekarang ini.
"Mual yang kurasakan belakangan ini semakin bertambah, aku takut ibu curiga nanti," Jelasnya tersenyum getir. walaupun di tutupi oleh baju kebesaran tetap saja tidak bisa menutupi perut buncitnya.
Jawaban yang semakin membuat Viona tidak habis pikir pada Aruna, bagaimana bisa gadis ini merawat kandungan nya seorang diri?
"Ibu tidak tau?"
Aruna mengangguk
Kepalanya bertambah pening sekarang ini, belum sempat dia memikirkan solusi mengenai kehamilan Aruna, dia harus memikirkan lagi mengenai ketidaktahuan ibu panti.
"Apalagi sekarang?"
"Aku tidak mau membebani Ibu dengan kondisi sekarang ini." walaupun dia bahagia dengan kehamilannya dia tidak ingin jika kebahagiaannya membuat orang di sekitarnya merasa kesulitan karenanya, karena itulah dia merahasiakan kondisinya sampai sekarang.
Viona terdiam dia bingung bagaimana ke depannya, kehamilan Aruna tidak mungkin bisa di tutupi selamanya dan untuk mengurus bayi itu setelah lahir mereka perlu banyak biaya nantinya. apa yang bisa gadis berusia 19 tahun seperti mereka lakukan?
"Lalu bagaimana?"
"Aku akan pindah ke kontrakan saja." Jawab Aruna dengan yakin.
Sebagai sahabat Viona hanya bisa menuruti kemauan sahabat nya itu.
TBC.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902
hadir disini 🤗
2023-10-12
0
LISA
Aq mampir Kak
2023-10-10
1