"Dasar tidak tau malu!"
Viona menutup kedua telinga bayi yang berada dalam gendongannya ketika suara melengking sang ayah menyapa gendang telinga mereka. Seharusnya dia sudah tau hal seperti ini pasti akan terjadi mengingat temperamental ayahnya yang begitu keras tidak mungkin pria tua itu mau menerima bayinya.
"Bayi ini tidak memiliki orang tua Ayah, biarkan aku merawatnya." Gadis muda itu masih berusaha membujuk ayahnya, walaupun sudah tau bagaimana akhirnya ia tetap saja mencoba.
Di belakangnya ibu tiri dan kedua saudarinya hanya menatap bosan pada perdebatan antara ayah dan anak itu, sudah biasa terjadi jika Viona pulang ke rumah pasti ada saja masalah yang di buat gadis itu.
"Anak siapa itu?" Adamson Memijit pangkal hidungnya yang tiba-tiba terasa sakit akibat ulah putri kandungnya sendiri.
Viona bingung apakah dia harus mengatakan kebenaran pada ayahnya? tapi bagaimana jika ayahnya malah menuduh Aruna yang tidak-tidak nanti?
"Katakan Viona!"
"I-ini..."
"Tidak perlu paman! aku sudah tau dari mana bayi itu berasal."
Seperti Dejavu semua orang menoleh saat Joan datang ke rumah mereka tanpa kabar sedikitpun, pria itu selalu datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan sama seperti sebelumnya. Begitu-pun dengan Viona yang langsung menatap tidak suka pada calon suami yang mungkin sebentar lagi menjadi mantan calon suaminya.
Joan melangkah kan kakinya mendekat pada seorang gadis yang tengah menatapnya tajam, matanya melirik pada seorang bayi yang ada di gendongannya, Joan mendengus melihat hal itu.
"Apa maksud mu nak?" Suara Adam mengalihkan perhatian Joan dari Viona dan bayinya.
"Paman pasti ingat dengan teman satu-satunya yang putrimu miliki kan?"
Pria paruh baya itu terlihat berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk tanda mengingat siapa yang Joan maksud.
"Bayi itu miliknya." jawab Joan dengan santai. Tersenyum miring ketika Viona menghunuskan tatapan tajam padanya.
"Ah! pantas saja Viona berani membawanya ke rumah." Suara cempreng milik kakak tiri Viona tiba-tiba menyahut, wanita itu berani sekali menyahut di tengah pembicaraan yang serius.
"Memangnya kenapa jika aku membawanya?" sahut Viona jengkel, sudah lama dia ingin menyumpal mulut tipis kakak tirinya itu, tapi sayangnya dia tidak bisa.
"Kamu rela mempermalukan keluarga mu sendiri demi wanita malam itu?" lagi-lagi kata-kata tidak pantas keluar dari mulut Joan untuk Aruna.
"Tutup mulut mu." Jika saja dia tidak sedang menggendong bayi, mungkin wajah tampan itu akan hancur karena pukulannya.
Adam menarik tubuh Viona kencang, pria paruh baya itu mencengkeram pundak putrinya sangat kencang bahkan Viona sampai meringis di buatnya.
"Kamu yang harus tutup mulut Viona!"
"A-ayah sakit."
"Pilih salah satu! tinggalkan bayi itu atau kamu harus angkat kaki dari rumah ini."
Viona menatap ayah nya dengan pandangan terluka, mungkin jika ayah nya bukan lah ayah kandung nya dia akan baik-baik saja, tapi pria paruh baya itu adalah ayah biologisnya sendiri luka yang dia rasa sangatlah besar karena pria itu.
Sudah jelas melihat bagaimana perangai keluarga nya yang seperti ini tentu saja keputusan akhirnya tidak akan pernah salah.
.
.
Selama perjalanan Viona hanya terdiam menahan rasa kecewa terhadap keluarga nya yang begitu tega pada nya sampai seperti ini, sesekali dia menepuk lembut punggung Arka agar kembali tertidur.
Akhirnya pernikahan yang tidak ia impikan batal, bahkan hadiah nya dia harus rela meninggalkan rumah nya sendiri hanya karena niat baik nya merawat bayi yang sudah tidak memiliki orang tua, tapi kenapa semua orang tidak mengerti?
Tidak ada air mata sedikit pun saat dia meninggalkan kediaman nya, karena dia sangat yakin jika keputusan nya meninggal kan rumah nya sendiri adalah benar. tanpa sadar Viona tersenyum ketika mengingat perkataan Aruna yang seperti motivasi untuk nya.
"Cepat pergi sebelum kamu menjadi gila jika terus tinggal di sana."
Dan sekarang dia benar-benar pergi membawa kehidupan barunya tanpa Aruna maupun keluarga Toxic nya, dia akan menata hidupnya kembali bersama dengan putranya Arkana.
'Sekarang pasti kau senang melihat aku keluar dari neraka itu' Viona mengusap wajah bayi nya dengan lembut, wajah kecilnya tidak mirip sama sekali dengan Aruna namun dengan memeluk Arka sudah membuat hatinya merasa lega.
"Nona sudah sampai"
Suara supir Taxi membuat Viona tersadar dari lamunannya, ternyata mobil yang ia tumpangi sudah sampai di tempat tujuannya.
Viona turun dari mobil sambil membawa Arka dalam gendongan nya kemudian berterimakasih pada supir yang membantu nya membawa koper sampai ke kontrakan.
"Kalau begitu saya permisi Nona"
"Sekali lagi terimakasih banyak pak"
Sebuah kontrakan yang biasanya menjadi tempat satu-satunya ia bisa menenangkan diri dari tekanan orang tua nya, tempat yang menjadi saksi bagaimana ia dan Aruna menghabiskan waktu bersama-sama. Namun kini tempat itu menyisakan dirinya dan kenangan Aruna.
Viona menghela nafas panjang kehidupan nya tidak akan mudah mulai sekarang, bukan hanya menghidupi dirinya sendiri tapi dia juga harus menghidupi seorang bayi yang akan menjadi keluarga satu-satunya yang ia punya.
"Nak, mulai sekarang hanya ada kau dan Mama di sini."
Jarak kontrakan dan tempatnya kerja dulu juga sangat jauh kemungkinan dia terpaksa resign dari sana dan mencari tempat kerja yang dekat dengan kontrakan nya.
Fokusnya sekarang adalah merawat Arka sampai usia bayi itu cukup untuk ia tinggal pergi bekerja yang lebih baik.
.
.
Viona terburu-buru menyelesaikan pekerjaan yang sempat ia tunda karena mengambil cuti kemarin, karena dia berencana Resign dari perusahaan yg sudah menjadi rumah keduanya sejak dua tahun yang lalu. bisa bekerja di perusahaan cabang Darmawangsa adalah sesuatu pencapaian yang sangat baik untuk ukuran seorang lulusan sekolah menengah seperti Viona.
Bekerja di pabrik pemintalan benang yang sama sekali bukan keahliannya itu sangat sulit, namun untungnya banyak orang baik yang mau membantu dan menuntunnya hingga sekarang ini.
"Kau benar-benar ingin Resign?" Ayu menghampiri Viona yang tengah memasukkan benang-benang yang sudah dia pintal ke dalam kotak.
"Iya, aku tidak ingin jika anak ku tidak terurus dengan baik karena sibuk bekerja." Walaupun sibuk dengan pekerjaan nya dia masih bisa menjawab pertanyaan yang di lontarkan Ayu padanya.
Gadis bernama Ayu itu memang tau mengenai alasan Viona resign dari kantor, dia juga tau mengenai Bayi Aruna yang harus Viona rawat. tapi tetap saja dia berharap teman sekantornya itu masih bisa bertahan di pabrik ini.
"Hubungi aku jika kau perlu sesuatu." Ayu menepuk punggung Viona pelan, gadis itu paling muda yang bekerja di pabrik pemintalan benang ini tapi sifatnya selalu lebih dewasa dari yang lainnya karena itulah ada rasa tidak rela jika Viona harus meninggalkan mereka.
"Terimakasih banyak, aku pasti perlu bantuan mu nanti," ucap Viona tersenyum lembut.
Mereka berdua saling membalas senyuman mungkin ini akan menjadi senyuman mereka untuk yang terakhir kali nya setelah Viona benar-benar Resign dari kantor.
Pukul Lima Sore waktu nya para karyawan pulang ke rumah masing-masing tak terkecuali dengan Viona dan Ayu, dan kembali lagi besok pukul delapan pagi namun beda nya Viona tidak akan pernah menginjak kan kaki nya lagi di gedung dua lantai itu.
"Kau baik-baik saja?" Ayu menyentuh pundak Viona saat wanita itu berdiri terdiam sembari menatap gedung yang sudah dua tahun ini menjadi tempat nya bekerja.
Viona mengangguk kemudian tersenyum kecil, dia akan sangat merindukan kantor ini nantinya.
"Ayo kita pulang."
.
Dilain tempat seorang pria dewasa terlihat sangat gagah dan perkasa sedang menatap tajam karyawan nya, dilantai paling atas gedung pencakar langit pria itu memanggil orang-orang yang gagal menjalankan titahnya.
"Pecat mereka semua." sentak nya tajam, suara dingin nya bahkan sampai membuat orang-orang di sana diam tidak bersuara.
"Lulusan Akademi IT ternama gagal menjalankan tugas yang aku berikan, apakah gelar yang mereka dapatkan dari hasil menyogok? bukan untuk meretas jaringan perusahaan Eropa ataupun saingan bisnisnya yang lain, tapi hanya di tugaskan mencari seorang wanita malam! bagaimana mereka bisa gagal?"
Tidak ada yang berani membantah pimpinan dari perusahaan terbesar di Kota A itu Darmawangsa Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang Konstruksi dan Industri tekstil tidak hanya itu mereka juga menjalan kan bisnis lainnya seperti membuka cabang restoran dan Mall yang populer.
Jika pimpinan sudah berkata seperti itu tidak ada gunanya lagi mereka merengek minta diberi keringanan.
"Panggil pemilik Bar Blues kemari."
"Baik Tuan!"
TBC.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
LISA
PT Dharmawangsa tmpt Viona kerja kan
2023-10-10
1