"Bagaimana hasilnya?" Viona langsung bertanya pada Aruna begitu wanita hamil itu keluar dari ruang konsultasi untuk memeriksa kandungannya.
Bukannya menjawab rasa penasaran Viona wanita itu hanya tersenyum menampilkan deretan gigi putih nya.
Viona mengerenyitkan dahinya begitu melihat senyum misterius Aruna.
"Coba tebak?" Aruna meminta Viona menebak jenis kelamin bayi nya, ya! kunjungan mereka ke rumah sakit hari ini adalah untuk mengecek jenis kelamin bayi yang ia kandung. Sebenarnya sudah lama mereka ingin melihat jenis kelamin bayi nya tapi karena keterbatasan biaya baru sekaranglah mereka bisa mengecek jenis kelaminnya.
"Pasti laki-laki." Aruna langsung menatap Viona terkejut bagaimana bisa temannya itu tau?
"Aku benarkan?" Viona tertawa melihat reaksi sahabatnya, sambil tertawa dia membantu Aruna masuk ke dalam Taxi yang sudah mereka pesan.
Ibu hamil itu mengerucutkan bibirnya kesal Karena Tebakan Viona benar.
"Kok kamu bisa tau?" Ujarnya kesal.
Ketika mereka berada di dalam Taxi barulah Viona menjawab pertanyaan ibu hamil itu.
"Selama hamil kamu kan tidak pernah mengeluh, bahkan terlalu mandiri untuk ukuran ibu yang lagi hamil, kamu juga sangat kuat dan berani, makanya aku yakin bayinya pasti laki-laki." Viona tersenyum saat mengatakan jawabannya, sebenarnya dia hanya asal menjawab saja tapi ketika mengingat betapa kerasnya Aruna berjuang bersama bayinya dia yakin kelamin nya adalah laki-laki.
Aruna ikut tersenyum perkataan Viona tidak salah karena selama mengandung bayinya dia tidak pernah kesulitan sama sekali.
"Aku tidak pernah mengeluh karena semua pekerjaan kamu yang mengerjakan." Aruna merangkul bahu Viona memeluk sahabatnya penuh rasa sayang.
"Ya harus dong! untuk apa aku tinggal dengan kamu kalau bukan untuk itu?" Sahut Viona membalas pelukan Aruna tidak kalah eratnya.
Aruna tertawa geli. "Bayi ini punya dua ibu yang akan menjaga nya nanti, apalagi dia punya ibu seperti kamu."
"Kita akan menjaganya bersama-sama," lanjut Aruna tersenyum haru.
Kedua nya tertawa begitu bahagia, Kedua sahabat itu saling menguatkan satu sama lainya, di dunia yang mereka tinggali tidak ada siapa-pun yang bisa menguatkan mereka selain diri sendiri, karena itulah mereka hanya punya satu sama lain sebagai penyemangat hidup.
Supir Taxi yang mengantarkan kedua wanita itu juga ikut terharu melihat bagaimana hubungan keduanya begitu Harmonis, padahal dia tau jika satu dari mereka pasti sangat terpuruk dengan keadaan yang menimpanya, tapi yang satu lagi ada dan selalu setia menemani nya.
"Aku berharap kalian akan selalu bersama selama-lamanya." Gumam supir Taxi itu lirih, ia tidak ingin mengganggu keharmonisan yang tercipta antara Aruna dan Viona.
Namun sayang nya masa depan tidak ada yang tau apa yang akan terjadi menimpa mereka.
.
.
Bohong!
Aruna berbohong padanya!
Jika semua perkataan Aruna benar dia tidak mungkin berada di depan UGD untuk menunggu operasi yang di lakukan di dalam sana.
Sekarang ini sahabatnya tengah berjuang di ruangan operasi selama kurang lebih tiga jam lamanya, padahal belum ada seminggu mereka berjanji akan menjaga bayi itu bersama-sama tapi bagaimana semua ini bisa terjadi?
Betapa paniknya dia saat itu melihat Aruna terbaring di lantai dengan darah yang mengalir keluar dari kakinya.
Ketika melihat hal itu dia langsung bergegas menghubungi Taxi dan segera membawa wanita itu ke rumah sakit terdekat, sayangnya dokter mengatakan jika keadaan Aruna sangat-lah kritis dan jika Bayinya tidak segera di ambil ibu dan bayinya akan berada dalam bahaya.
Tanpa membuang waktu lagi dia langsung menyetujui perkataan Dokter, dan sekarang Operasi tengah berjalan kurang lebih selama tiga jam lamanya.
Biayanya memang sangat mahal tapi untungnya Viona memiliki tabungan yang memang ia simpan sejak kecil, Semuanya cukup untuk biaya operasi di tambah dengan gajinya selama bekerja di Caffe selama ini.
Lampu operasi berubah menjadi hijau tanda jika operasi yang di lakukan di dalam sana sudah selesai.
Tidak lama dokter yang menangani proses operasi keluar dengan raut yang tidak bisa di artikan.
"Bagaimana dok?" Viona menghampiri Dokter.
"Saya ingin memberikan kabar baik dan kabar buruk pada anda Nona." Tenggorokan nya terasa kering saat Dokter mengatakan akan memberikan kabar baik dan buruk untuknya, perasaan nya sudah tidak enak saat perjalanan ke rumah sakit dan sekarang dokter memperkeruh perasaanya.
"Kabar baiknya bayi yang teman anda kandung bisa lahir dengan selamat, namun sayangnya kabar buruk yang harus saya beritahukan adalah teman anda Nona Aruna tidak bisa kami selamatkan," Jelas Dokter spesialis itu penuh rasa sesal. Pendarahan yang Aruna alami sudah sangat parah, di tambah daya tahan tubuh gadis seusia Aruna yang sangat lemah membuat nyawanya tidak tertolong.
Viona menutup mulutnya tidak percaya dengan perkataan dokter barusan, Air matanya berlomba-lomba keluar saat mendengar sahabatnya tidak bisa di selamatkan.
Itu tidak benarkan? Aruna tidak mungkin meninggalkan nya secepat ini
"Pendarahan yang di alami nona Aruna sudah sangat parah di tambah lagi Anemia yang pasien derita semakin membuat pasien semakin kehilangan banyak darahnya," Dokter menjelaskan pada Viona selaku keluarga pasien satu-satunya yang Aruna punya.
"Anda harus ikhlas Nona." Ujarnya menguatkan
Viona menggelengkan kepalanya tidak percaya jika sahabatnya pergi secepatnya ini.
Apa yang harus dia lakukan? bagaimana caranya dia bisa hidup di dunia ini jika sahabatnya itu tidak ada? selama ini dia bertahan melalui keras nya hidup hanya demi Aruna lalu bagaimana jika alasannya bertahan sudah tidak ada lagi?
"Aruna ... a-apa yang harus aku lakukan?" Viona terduduk lemah di lantai rumah sakit, air matanya tidak mau berhenti keluar dari matanya.
.
.
Viona menatap kosong pada pusara yang masih basah milik sahabat nya, tidak pernah terbayang jika Aruna akan secepat ini meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini.
"Nak yang sabar ya, Aruna pasti sedih melihat mu menangis seperti ini." ibu panti juga begitu terpukul dengan kepergian Aruna yang tiba-tiba.
Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Aruna akan meninggalkan mereka secepat ini, bahkan dia begitu terkejut ketika Viona memberi kabar kepada nya jika Aruna meninggal setelah melahirkan bayinya, tidak ada yang memberitahunya tentang kehamilan Aruna selama ini dan tiba-tiba saja dia baru mendapat kabar setelah Putrinya sudah tiada.
Anak yang dulu ia besarkan dengan kedua tangannya kini tiada setelah meninggalkan seorang bayi laki-laki yang ia lahir kan penuh perjuangan.
Viona menatap ibu panti sendu
"Ibu, Aruna pergi begitu saja meninggalkan kita semua, ... Lalu bagaimana aku bisa merawat bayinya sendirian bu?" tangisnya pecah begitu ibu panti membawanya ke dalam pelukan hangatnya.
Memikirkan nasib bayi malang itu Viona begitu sakit bagaimana kehidupannya tanpa ayah dan ibu di sisinya? apa yang harus ia lakukan untuk membesarkan bayi itu dengan kasih sayang ayah dan ibu yang lengkap?
Ibu panti mengusap air mata Viona dengan lembut.
"Jangan khawatir nak, ibu yang akan menjaganya, kamu hanya perlu fokus memikirkan pernikahan kamu yang akan di adakan sebentar lagi," Ucap ibu panti berusaha menenangkan gadis muda di pelukan nya.
Bagi dirinya merawat bayi yang baru lahir seperti ini ia sudah biasa, jangan sampai karena mengkhawatirkan kondisi bayi Aruna, Viona menjadi lalai dalam pernikahan nya nanti.
"Sekarang kita pulang dulu ya?" Ajak ibu panti pada Viona.
Gadis itu menurut dia berdiri dan mengikuti ibu panti pulang ke rumahnya.
.
Viona mengusap ranjang milik Aruna aroma wanita itu masih melekat di kamar yang bahkan lebarnya tidak seberapa itu, di sinilah tempat mereka selalu menghabiskan waktu bersama sejak kecil sampai mereka beranjak dewasa.
Biasanya Aruna akan mengobatinya jika dia terluka karena pukulan yang di berikan ayahnya.
Tapi semua itu tidak bertahan lama karena dia terpaksa harus pindah bersama kedua orang tuanya setelah kematian ibu kandungnya, walaupun begitu persahabatan mereka tetap berjalan dengan baik seperti sedia kala.
Sedang mengingat kembali memori kenangan nya bersama dengan Aruna, Viona tertarik dengan kotak kayu yang berada di atas nakas di samping tempat tidur Aruna.
Hanya kotak biasa namun kotak itu terkunci begitu rapat seolah-olah ada rahasia di dalamnya, sejak kapan kotak itu ada di sana?
Viona berdiri dari duduknya mencoba mencari keberadaan kunci untuk membuka kotak itu
Tidak sulit menemukan benda-benda yang di sembunyikan oleh sahabat nya itu, karena Aruna orangnya pelupa jika ingin menyembunyikan sesuatu dia akan meletakkan nya di tempat yang mudah di temukan.
Ketemu!
Benar dugaannya jika Aruna menyimpan kuncinya di bawah kasur.
Klik
Kotak tersebut terbuka dan ternyata di dalamnya terdapat kotak hadiah lagi.
Di atas kotak berwarna biru tersebut tertulis For Baby Arkana Kalingga.
Viona mengerutkan keningnya heran siapa itu Arkana?
Pertanyaan nya terjawab begitu ia membuka kotak tersebut, ternyata sepasang sepatu bayi berwarna biru malam yang begitu cantik ada di dalam nya.
Selain sepatu ia juga menemukan kartu ucapan di sana.
Happy birthday yang ke 1 bayi kecil ibu!
Air mata Viona kembali mengalir bahkan Aruna sudah memberikan bayinya kado dan sebuah nama sebelum bayinya lahir, kotak itu sedikit berdebu sudah di pastikan jika Aruna menyiapkannya lama mungkin beberapa hari sebelum ia menemukan Aruna bersembunyi di panti ini dulu.
"Dasar konyol." Isak Viona tidak bisa tertahan.
TBC ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ica Warnita
tolong tolong ini sdih bnget
2024-04-29
0
LISA
Sedih bgt ceritanya
2023-10-10
1