2. Joan

Selepas makan siang di panti bersama dengan yang lainnya Aruna langsung mengatakan keinginan nya untuk mandiri dengan tinggal di kontrakan pada ibu asuhnya, awalnya ibu menolak apalagi melihat kondisi Aruna yang sepertinya tidak sehat harus pergi tanpa pengawasannya, namun berkat bantuan Viona akhirnya ibu mengijinkan.

"Berjanjilah kalau kalian akan selalu menghubungi ibu setiap hari" ucap wanita paruh baya itu masih tidak rela putrinya pergi dari panti.

Aruna tersenyum lembut kemudian mengangguk begitupun dengan Viona.

"Kami berjanji bu."

Kedua gadis itu beralih pada anak-anak yang lain yang juga turut serta mengantar kepergian mereka berdua.

"Kalian hiduplah dengan baik ya? jaga ibu untuk kakak," Aruna memberikan pesan pada saudara nya yang lain.

"Kakak tidak bisa ya tinggal di sini aja bersama kita?" Gadis bertubuh gempal yang tadi berbicara dengan Viona saat ia baru saja tiba di panti langsung buka suara.

"tidak bisa sayang, kakak sudah cukup besar untuk mandiri sekarang," jawabnya sembari membelai wajah gembul gadis kecil itu penuh sayang.

Di panti tempat Aruna di besarkan memang hanya berisi anak-anak kecil yang tinggal, hanya dia sendirilah yang berusia lebih dari lima belas tahun yang tinggal di sana. Karena itulah keputusannya untuk mandiri bukan hanya untuk menyembunyikan kehamilan nya saja, melainkan untuk mengurangi beban pengeluaran ibu asuhnya.

"Ibu kami pergi dulu," pamit Aruna dan Viona

"Jaga diri kalian baik-baik."

"Hm!" Angguk keduanya patuh

.

.

Viona dan Aruna sampai di kontrakan setelah menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam dengan menggunakan taxi.

Keduanya telah sampai di kontrakan yang ukuran nya tidak terlalu besar namun cukup di tinggali untuk dua orang. sebenarnya tempat ini sudah ia tinggali beberapa minggu yang lalu saat ia masih bekerja di Bar saat itu, namun karena kejadian yang tidak terduga dia terpaksa pergi dari sini untuk menenangkan diri.

"Maaf ya membuat mu repot, seharusnya kamu fokus dengan rencana pernikahan mu sekarang ini, tapi karena aku kamu harus...

"Ssst!" Viona membungkam mulut Aruna.

Bagaimana mungkin dia merasa terbebani? persahabatan mereka bukan hanya satu atau dua tahun lamanya, sudah sepatutnya mereka saling membantu saat ini.

"Pernikahanku biar aku yang urus, sekarang ini kita hanya perlu memikirkan kesehatan mu dan bayi yang ada di kandunganmu," ucap Viona sembari tersenyum lembut. Gadis itu dengan telaten memindahkan barang-barang yang mereka bawa ke tempatnya.

Bahkan Viona tidak membiarkan Aruna menyentuh benda-benda apapun selama dia menyusun barang dia sana.

Jika melihat Viona yang begitu menjaga Aruna mungkin orang-orang akan bingung sebenarnya siapa yang akan menjadi ibu di sini.

"Kamu tau? aku sangat beruntung bisa menjadi sahabat mu." Aruna berucap tulus, sungguh dia sangat mencintai sahabat nya itu.

Viona menghentikan pekerjaan nya kemudian ia berbalik pada Aruna yang duduk di atas kursi kayu tengah menatapnya.

"Aku lebih beruntung memiliki kamu di dunia ini," balas Viona tak kalah manis.

.

.

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah putih mulus Viona ketika gadis itu menginjakkan kakinya di rumah orang tuanya sore ini. Rasa sakit di pipinya begitu terasa karena tamparan pria paruh baya yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri.

"Berani-beraninya kamu! mempermalukan keluarga mu sendiri!" Bentak Adam pada sang putri.

Viona tidak mengerti maksud perkataan ayahnya, dia baru saja sampai di rumah tapi Ayahnya sudah memberikan tamparan keras untuknya yang bahkan tidak tau apa kesalahannya sendiri.

"Sabar suami ku." Lalita ibu sambung Viona yang di nikahi oleh Adam beberapa tahun yang lalu mencoba menenangkan suaminya.

Wanita paruh baya itu menatap kasihan pada Viona.

Adam memijit kepalanya pening, apalagi yang harus dia lakukan Agar putrinya itu tidak menambah beban pikirannya?

"Pernikahan mu sebentar lagi, tapi kamu malah bermain-main di klub malam?!" bentak nya begitu keras bukan hanya suara ayahnya yang menamparnya tapi juga sebuah gambar polaroid yang ayahnya buang tepat di wajahnya.

Viona menatap tidak percaya pada gambar dirinya saat berada di Klub, dari mana ayahnya mendapatkan gambar dirinya di klub?

"Ayah, aku sedang mencari seseorang di sana," jelas Viona tidak ingin sang ayah semakin salah paham dengan nya, namun sepertinya pria paruh baya itu tidak peduli lagi dengan penjelasanya.

"Siapa yang kamu cari di sana?!"

Viona tersentak kaget tidak mungkin kan dia menjawab bahwa tujuan nya ke sana adalah mencari Aruna? karena jika sampai ayahnya tau pria paruh baya itu pasti akan melarangnya untuk bertemu dengan Aruna lagi.

"I-itu..."

Apa yang harus dia jawab?

"Putri kita sudah besar sayang, main-main ke tempat seperti itu sudah biasa untuk Viona." Bukan nya membela Putri tirinya, Lalita malah semakin membenarkan jika Viona sudah sering pergi ke tempat seperti itu.

Ibu sambungnya itu malah semakin membuat ayahnya murka.

"Kamu sering pergi ke tempat seperti itu?!"

"Tidak ayah! aku hanya pergi ke sana kemarin malam." Viona menggeleng cepat, meminta bantuan Lalita tapi wanita paruh baya itu malah membuang muka.

"Kamu!...

"Paman."

Perhatian mereka semua teralihkan pada seorang pria tampan yang baru saja masuk ke rumah tanpa permisi, Johanes Anderson atau biasa di panggil Joan datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan.

Pria itu terlihat tidak terganggu ataupun peduli dengan keributan yang baru saja terjadi.

"Oh? nak Joan? kapan datang?" Raut wajah murka yang semula di tampilkan oleh ayah Viona berganti menjadi tatapan lembut, citranya harus terus terlihat baik di hadapan calon menantunya ini.

"Mari masuk nak," ajaknya pada Joan, mengabaikan Viona yang masih terdiam di dekat pintu, tatapan gadis itu terlihat tidak suka dengan kedatangan calon suaminya.

Joan duduk di sofa berhadapan dengan calon ayah mertuanya, Lalita pergi kebelakang membuatkan minuman untuk calon menantu nya, sedangkan Viona duduk di sebelah calon suaminya atas perintah Ayah nya secara tidak langsung.

Dari tempatnya duduk Joan bisa melihat bekas tamparan yang masih terlihat dengan jelas di pipi putih mulus Viona, sebenarnya dia mendengar beberapa hal yang Keluarga calon istrinya itu bicarakan tadi.

Tapi itu bukan urusan nya.

"Kenapa datang tiba-tiba kemari nak?" Tanya Adam pada calon menantunya.

Sebelum berucap pria itu melirik sekilas pada Viona yang hanya menundukkan wajahnya.

"Mengenai pernikahan paman."

Viona mengangkat wajahnya sedikit ketika mendengar kata pernikahan keluar dari bibir Calon suaminya.

"Ada masalah?"

Joan menggeleng. "Sepertinya tidak bisa di lakukan bulan ini, karena beberapa bulan ke depan aku sibuk mempersiapkan proyek baru dengan perusahaan lain paman," ucapnya menjelaskan maksud kedatangannya ke mari.

Adam menghela nafas pasrah, sudah beberapa kali memang Joan mengundur pernikahan pria itu dengan Viona, rasanya menjadi sudah terbiasa.

Begitu pun dengan Viona yang memang tidak terlalu berharap dengan pernikahan mereka ini, karena pernikahan dalam perjodohan bukanlah impiannya di tambah memiliki suami angkuh seperti Joan tentu saja dia tidak berharap lebih.

"Itu terserah kamu saja nak, karena pernikahan ini bukan hanya tentang satu orang saja, kamu bebas menentukannya." tidak mungkin dia memaksakan pernikahan dan membuat calon menantunya kesulitan.

Kehilangan Joan lebih menakutkan dari pada melihat putrinya menahan malu karena pernikahan nya terus tertunda.

"Kalau begitu aku ingin meminta ijin membawa Viona Keluar sebentar." Joan melirik calon istrinya yang tengah menunduk kan wajahnya.

"Oh silahkan saja nak." Adam memberikan ijin bahkan tanpa meminta pendapat Viona terlebih dahulu.

Tatapan tajam pria paruh baya itu terarah pada putrinya, Viona yang menyadari arti tatapan sang ayah langsung bertindak.

"A-aku akan bersiap."

"Tidak perlu."

Viona menatap bingung calon suaminya apa tidak apa mereka keluar dengan pakaiannya yang seperti ini?

"Kalau begitu kami berangkat paman."

Tidak ada yang bisa menolak perintah Joan bahkan ayahnya sekalipun, dengan terpaksa Viona ikut bersama pria yang akan menjadi suaminya entah kapan itu.

.

Mereka berdua sampai di sebuah restoran bintang Lima yang berada tidak jauh dari tempat tinggal Aruna, setelah pergi dari sini Viona berencana mengunjungi sahabat nya itu.

Ternyata Joan sudah memesan private room untuk mereka berdua, jadi dia tidak perlu malu dengan pakaiannya saat ini.

"Untuk apa pergi ke sana?" Joan bertanya pada Viona namun tatapan nya terarah pada Steak yang tersaji di atas meja.

Mereka duduk berhadapan di sebuah meja yang cukup lebar, bahkan tanpa basa-basi Joan bertanya masalah mengenai kejadian di rumah nya tadi.

Walaupun belum lama mengenal pria di depannya ini tapi Viona hafal betul bagaimana sifat Joan yang tidak suka basa-basi.

"A-aku mencari seseorang," Jawaban yang sama di berikan Viona saat ayahnya bertanya padanya tadi.

"Aku sudah bilang berkali-kali, berteman dengan wanita entah berantah seperti sahabat mu itu tak akan membawa nasib baik untuk mu!" desisnya tajam kali ini tatapannya tertuju pada calon istrinya

Viona menatap Joan, apa pria itu tau siapa yang ia cari?

"Tanpa mengatakannya pun aku tau kalau yang kamu cari adalah wanita yatim piatu itu kan?"

Lihat bagaimana Joan bisa berkata panjang lebar hanya untuk menghina seseorang, hal inilah yang membuatnya ragu untuk menikahi pria ini.

"Kamu tidak tahu apapun, bagaimana bisa berbicara seperti itu mengenai sahabat ku?" Jawab Viona tajam, dia tidak suka jika Joan menghina Aruna seperti itu.

Ajakan Joan ke restoran ini bukan karena pria itu ingin makan romantis dengannya, melainkan berdebat suasana seperti ini lah yang selalu terjadi jika mereka berdua berada di dalam satu ruangan bersama.

"Tidak ada wanita baik-baik yang berani menginjakkan kakinya di klub malam, Viona"

Senyum miring terbit di bibir Viona, "Tidak lebih baik dari pria yang suka mencela orang lain seperti kamu." Balas gadis itu tidak kalah tajam.

Rasa puas hinggap di dada nya begitu melihat ekspresi Joan yang tengah menahan amarahnya.

TBC......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!