Topeng Suami Buruk Rupa
"Pengantin pria tidak datang. Pengantin wanita berdiri lama menunggunya di altar. Sungguh memalukan, aku dengar-dengar dia merebut kekasih sepupunya. Pantas untuk dipermalukan."
"Apa mungkin kecelakaan terjadi?"
"Mungkin saja pengantin prianya melarikan diri."
Wajah tanpa ekspresi, gaun panjang berwarna putih dengan buket bunga mawar merah yang indah. Menunggu dan percaya? Itulah yang dilakukan Claudia. Pria yang melamarnya akan datang. Kakinya sudah terlalu pegal untuk berdiri di depan altar.
Begitu juga dengan pendeta yang memimpin acara. Hingga satu persatu orang yang hadir di gereja meninggalkan mempelai wanita seorang diri. Bahkan pendeta pun berjalan mendekati Claudia.
"Nak, sebaiknya kamu pulang dulu. Temui kekasihmu, jika dapat diatur ulang. Besok sumpah pernikahannya dapat diadakan lagi." Ucap sang pendeta menepuk bahunya.
Pengantin wanita dengan wajah tertutup kain putih itu ditinggalkan sendiri di altar. Pada akhirnya air matanya mengalir, mengapa segalanya dapat seperti ini?
Entahlah, buket bunga mawar merah terjatuh di atas karpet dengan warna senada. Bersamaan dengan hujan turun, dirinya hanya dapat menangis dalam gereja yang sepi. Kakinya terasa lemas, terjatuh dalam isak tangisannya. Mengetahui dimana mempelai pria saat ini.
Mempelai pria sejatinya tidak pernah mencintainya. Cinta sepihak dimana dirinya mencintai pria rupawan itu. Namun, pria itu mencintai sepupunya.
*
Malam telah larut kala dirinya kembali ke dalam rumah besar miliknya. Terdiam tanpa ekspresi kala beberapa pelayan mencibir dirinya.
Tidak tahu malu, perusak hubungan orang lain, segalanya mereka katakan. Pelayan yang sama sekali tidak menghormati majikan mereka.
Ada penyebab khusus mengapa semua ini terjadi. Batas waktunya untuk mendapatkan warisan almarhum kedua orang tuanya tinggal sebulan lagi. Jika tidak menikah pada usianya yang kini telah menginjak 33 tahun. Maka warisan akan jatuh ke tangan pamannya.
Apakah karena itu sepupu dan calon suaminya menipunya? Mengatakan mereka sudah berpisah, hingga dirinya dapat memiliki pria rupawan yang dicintainya?
Menaiki anak tangga menuju kamar miliknya. Suara menjijikkan itu terdengar samar.
Suara tepukan sepasang kulit yang bertemu, suara rintihan kenikmatan dari sepasang orang menjijikkan.
Kala pintu dibuka olehnya. Kedua orang itu berada dalam kamarnya. Kamar utama di kediaman ini.
Penyatuan menjijikkan yang terlepas. Untuk pertama kalinya dirinya membenci Evan, pria yang dicintainya diam-diam selama beberapa tahun ini.
"Claudia..." Ucap Evan menutupi tubuhnya dengan selimut. Ada siluet perasaan bersalah disana pada sahabat yang tiga bulan ini dijadikannya kekasih.
"Kalian kembali bersama di hari pernikahanku?" Tanya Claudia tersenyum dengan air mata mengalir. Seperti orang gila rasanya, ditinggalkan di hari pernikahannya.
Evan tertunduk sejenak menghela napas kasar."Aku minta maaf, yang aku cintai adalah Erlina. Dia hanya tidak enak padamu. Makanya memutuskanku dan ingin agar kamu bahagia. Tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa menahan perasaanku."
"Kami saling mencintai. Maaf kakak..." Ucap Erlina (sepupu Claudia) terlihat sedih. Namun, senyuman diam-diam menyungging di bibirnya.
Claudia berjalan mendekat, wajahnya tersenyum.
Plak!
Satu tamparan mendarat di wajah sepupunya. Ada perasaan kepuasan tersendiri, tapi tetap menyakitkan. Menatap tanda keunguan di setiap jengkal tubuh sepupunya.
"Claudia! Erlina sudah berbaik hati padamu!" Bentak Evan padanya.
Wanita yang hanya tertawa, berjalan mundur selangkah."Mungkin bagimu aku hanya sahabat, merangkap atasanmu di perusahaan. Dan wanita ini begitu manis, malaikat baik hati, calon istri idaman, pandai memasak yang tidak dapat menyakiti orang lain."
"Tapi... Taukah kamu wajah wanita ini yang sebenarnya. Dia mendekatimu karena mengetahui aku menyukaimu... hah...! Sudahlah! Apapun yang aku katakan kamu hanya akan menganggapnya sebagai omong kosong. Seperti sebelumnya." Mati rasa, itulah yang dialami Claudia.
Menunggu seorang pria yang telah menjadi sahabatnya dari masa SMU. Hingga bekerja di perusahaan keluarganya, semua atas dukungan diam-diam darinya.
Tapi pria itu malah jatuh cinta pada sepupunya. Dirinya sudah berusaha melepaskan perasaannya. Sudah berusaha untuk melupakannya. Namun, pria itu datang tiga bulan yang lalu menangis di hadapannya, mengatakan dirinya telah berpisah dengan Erlina. Dan akan berusaha menerima cintanya.
Gila! Dengan gilanya dirinya berharap. Penuh harap, tapi pria ini hanya boneka tali bagi Erlina, untuk mendapatkan warisan miliknya.
"A...apa maksudmu!? Erlina yang kamu tampar dan---" Kalimat dari pria yang mendekap Erlina itu disela.
"Tampar? Bagaimana jika perasaanku ini adalah perasaanmu? Bagaimana jika kamu menunggu bertahun-tahun hanya untuk mencintai seseorang. Diberikan harapan, lalu ditinggalkan di altar sendirian. Bukankah menyakitkan?" Claudia mengernyitkan keningnya, namun wajahnya terlihat tersenyum. Kebas, ini terlalu menyakitkan hingga bagaikan perasaan mati.
"Clau... Claudia kita---" Kalimat Evan terhenti kala Erlina menangis lebih kencang lagi dalam dekapannya.
"A...aku minta maaf tidak dapat menahan perasaanku." Dustanya dengan akting mempuni.
"Kamu tidak salah, tidak ada yang salah dengan perasaan kita." Kalimat dari Evan untuk menenangkan Erlina yang tengah menangis, mendekap tubuhnya semakin erat.
Inilah kenyataannya tikaman terakhir untuk Claudia."Aku memang wanita idiot yang mencintai pria bodoh. Pria lebih cenderung lebih menyukai wanita yang bersandar tidak berdaya, berlindung padanya. Daripada wanita yang dapat diandalkan."
Claudia menghela napas kasar pada akhirnya ini dikatakan olehnya."Kamu mengenal Erlina selama satu tahun. Tapi mengenalku selama lebih dari 15 tahun. Mulai sekarang, kita bukan teman lagi, melainkan hanya atasan dan bawahan. Keluar dari kamarku!"
"Ayah bilang ini adalah kamarku mulai dari sekarang. Barang-barangmu sudah dipindahkan ke villa. Kakak perlu berlibur setelah semuanya. Semua orang peduli padamu." Kalimat yang diucapkan Erlina dengan wajah tidak berdosa.
"Aku memang butuh liburan..." Senyuman menyungging di bibir Claudia. Tinggal di villa, itu artinya dalam satu bulan ini dirinya dapat memiliki pasangan tanpa diketahui paman dan sepupunya, membalikkan keadaan.
Wanita yang pada akhirnya mengambil dompet dan buku tabungannya, dalam salah satu laci yang terkunci.
"Claudia aku harap kamu bisa mengerti. Dan persahabatan kita dapat kembali seperti sebelumnya." Kalimat yang diucapkan oleh Evan.
"Pernahkah kamu melihat gelas yang sudah pecah direkatkan kembali. Itu tidak dapat dilakukan, bahkan jika tangan berlumuran darah pun gelas tidak akan kembali seperti semula." Kalimat terakhir yang diucapkan Claudia menbuat Evan tertegun."Lanjutkan lah! Hubungan kalian, menanam jagung di tanah yang sudah longgar."
Tawa aneh terdengar dari bibirnya. Keluar dari pintu kamar, wanita yang menepuk-nepuk dadanya. Terasa benar-benar sesak, dirinya hanya ingin hidup tenang dengan warisan kedua orang tuanya.
Karena itu mungkin ada pria yang akan sesuai dengan kriterianya. Sebuah pernikahan hanya untuk mendapatkan warisan.
Jika bisa, tidak tampan dan tidak kaya. Agar dapat diceraikan dengan mudah. Jujur saja dirinya sudah muak dengan yang namanya cinta.
Suami miskin yang akan diberikannya kompensasi saat bercerai nanti. Hanya itulah kriterianya saat ini. Mengapa? Karena telah lelah mengejar cinta Evan selama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Miss Typo
mampir,,, biasa walaupun dah tamat tetep gregetan mau komen hehe
Evan suatu saat nanti akan sangat menyesal
2024-10-04
0
Eka suci
Evan dungu🙄
2024-07-24
0
Meriana Erna
sy mampir kk,smg cerita ny menarik mk
2023-12-24
1