Siang mulai menjelang, dirinya bagaikan memiliki dunia rasanya. Tiga ekor sapi milik neneknya tengah memakan rerumputan segar. Menghela napas berkali-kali, ada ternyata wanita yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya.
Membaca buku yang sejatinya setengahnya sudah dimakan sapi dilakukan olehnya. Cinta benar-benar indah. Keajaiban dalam hidupnya, kali ini chicken teriaki ada dalam rantang yang disediakan neneknya. Inilah makanan yang biasa disajikan, terkadang caviar yang tidak begitu disukainya.
Hanya makan seorang diri karena orang-orang begitu jijik terhadapnya. Hanya menghilangkan selera makan mereka.
Makan perlahan menggunakan sumpit. Neneknya mengatakan, orang desa juga banyak mengkonsumsi makanan sepertinya. Tapi mereka bosan, jadi lebih cenderung memakan sayur daun singkong dan tempe orek.
Kala dirinya meminta ingin mengetahui rasa makanan tersebut. Nenek Berta melarangnya, dirinya harus makan apapun yang disediakan nenek Berta.
Menghela napas berkali-kali, matanya menelisik mengamati wanita itu ada disini. Keajaiban dunia baginya, wanita yang begitu cantik mendekatinya. Membawa keranjang piknik."Hai Michael..." ucapnya.
"Claudia." Pemuda yang tertunduk tidak tahu harus apa.
Claudia melangkah mendekat, menggelar kain yang biasanya digunakan untuk piknik."Duduklah disini..." pintanya.
Jantungnya berdegup cepat, benar-benar, entah berapa panah di hatinya yang tertancap. Segera duduk dan menurut tanpa membantah sedikitpun.
"Kamu sudah bicara pada orang tuamu?" tanya Claudia penasaran.
"Ibuku hanya mengunjungiku 6 bulan sekali. Katanya bekerja menjadi buruh kelapa sawit di Kalimantan. Kalau nenek, aku akan mengatakannya nanti sore," jawabnya cepat.
"Jika nenekmu tidak setuju bagaimana? Kita kan saling mencintai." Claudia tertunduk, terlihat cemas dan sedih.
Sungguh pria ini benar-benar tidak tega melihatnya. Menghela napas kasar."Aku akan meyakinkan nenekku. Dia akan menyukaimu. Lagipula tidak pernah ada wanita yang mau dekat denganku selain kamu."
Wanita itu mengigit bagian bawah bibirnya. Sial! Dirinya ingin berteriak dalam hati. Astaga! Astaga! Astaga! Berapa polosnya pemuda ini. Pemuda yang setelah berkata seromantis itu bahkan tidak menyentuh tangannya. Pemuda yang sempurna untuk menjadi suami sementaranya.
"Aku jelek, aku menyadarinya. Banyak pelamar yang lebih tampan. Kenapa aku tidak terpilih?" tanya pemuda itu penuh rasa ingin tahu.
"Itu karena aku membenci pria tampan." Jawaban dari Claudia tertunduk."Pria tampan lebih cendrung memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Akan lebih banyak wanita yang mendekat. Mereka hanya dapat menyakiti dan memberi harapan. Karena itu aku membenci pria tampan..."
Pemuda yang meraba wajahnya sendiri, tidak! Claudia tidak boleh mengetahui wajah aslinya. Dapat dibayangkan olehnya Claudia akan mengatakan. Kita bercerai saja, karena kamu terlalu tampan. Tidak boleh! Dirinya harus menutupi wajah aslinya dengan lebih baik lagi.
"Begitu ya? Aku tidak akan melukaimu, jika kita menikah. Lebih dari itu, aku akan menjaga hatimu..." Kalimat itulah yang diucapkan oleh Michael. Membuat dirinya tertegun sesaat, bertahun-tahun menunggu Evan mengatakannya. Namun, tidak ada hasil sama sekali. Hati pria itu untuk wanita lain. Tidak ada yang dapat dikatakannya.
Kecuali.
"Terimakasih..." hanya itulah kalimat yang terucap dalam senyuman.
Dua orang yang duduk berjauhan. Untuk pertama kalinya Claudia merasa nyaman untuk bicara dengan seseorang. Seseorang yang tidak mendikte atau menjilatnya. Pria ini benar-benar lugu, apa tidak keterlaluan memanfaatkannya? Tidak, ini tidak keterlaluan, dirinya hanya perlu memberikan uang kompensasi.
Tidak menyadari perubahan sifat seseorang yang dapat terjadi dalam satu tahun bersama. Segalanya dapat terjadi, pria polos, lugu bersahaja tipe green flag. Dapat menjadi ambisius dan terobsesi, bagaikan tipe red flag.
"Tunggu sebentar!" Pemuda itu berlari dengan cepat entah apa yang dilakukannya. Sedangkan Claudia hanya tersenyum, dirinya harus membuat pria ini lebih jatuh cinta lagi. Hingga akan menjadi akting yang alami di hadapan pengacara nanti. Tapi apa yang dia lakukan?
Tanaman rambat dijalin menjadi mahkota, berhiaskan bunga liar kecil. Pemuda yang memakaikannya penuh senyuman."Kamu cantik..." ucapnya.
Claudia mengenyitkan keningnya, pemuda ini menghargainya? Untuk pertama kalinya ada orang yang menghargainya. Tapi ini tetap tidak boleh, ini merupakan pertarungan gombalan, dirinya tidak boleh kalah."Aku mencintaimu..."
Kalimat yang otomatis membuat pemuda yang kita anggap terlambat puber itu langsung baper, terlalu terbawa perasaan. Panah tengah menancap di hatinya. Seperti katanya, jatuh cinta itu indah.
Tidak ada sentuhan tangan sekalipun. Tapi itu sudah membuatnya bahagia menyambut kencan pertamanya yang manis.
"Jika memilikimu aku tidak akan membiarkanmu pergi dari hidupku." Batin Michael.
"Aku akan memberikan kompensasi yang besar padamu setelah perceraian." Itulah kalimat yang tersimpan dibalik senyuman baik hati Claudia.
Matahari bersinar hangat saat itu. Hingga dirinya menyadari sesuatu."Sapi jangan makan bukuku!" Teriak sang pemuda, menarik buku dari mulut sapinya. Claudia hanya dapat tertawa, benar-benar tawa yang manis.
Perlahan pemuda itu berbisik pada sapinya."Sapi sayang, ini penting untuk masa depanku. Dia itu istriku..." bisiknya pada sang sapi agar tidak membuat ulah lagi.
*
Entah bagaimana pemuda itu dapat sampai rumah. Bagaikan terbang rasanya, tidak dapat memijak bumi. Membawa satu persatu sapinya ke kandang. Berjalan dengan langkah ceria.
Melewati area ruang tamu. Pada akhirnya sosok itu terlihat juga.
"Michael, hari ini ada tiramisu sebagai makanan penutupnya. Anda menyukainya kan?" tanya Berta penuh senyuman.
Pemuda yang mengelupas lapisan gelatin dari kulitnya. Membuang luka-luka dan nanah palsu itu ke tempat sampah. Dirinya berbalik menatap ke arah neneknya."Iya..." hanya itulah jawaban dari sang pemuda yang lebih tampan daripada anak pemilik toko emas.
Memakan makanan malam lebih awal, usai mencuci tangan. Suara sendok dan garpu yang berbenturan dengan piring keramik terdengar.
Kali ini dengan segenap keberaniannya, pemuda itu mengucapkan."Nenek aku ingin kawin..."
Kalimat keramat yang membuat Berta tersedak. Meminum air dengan cepat, bagaimana bisa anak ini mengatakan kawin? Memang wajar, usia Michael saat ini sudah menginjak 28 tahun, untuk tertarik pada lawan jenis.
Tapi jika nyonyanya (ibu Michael) tahu, entah hukuman apa yang akan diterima olehnya. Pernikahan bukan hal yang sepele bagi pemuda ini, tidak boleh bodoh atau materialis, harus cantik tentunya, dan tidak boleh mengkhianatinya.
"Michael, kamu memegang tangan wanita? Asalkan tidak tidur sambil memegang tangan wanita tidak akan hamil. Jadi tidak perlu takut dan merasa bersalah, hingga kamu ingin menikah." Ucap Berta pelan-pelan.
"Wanita kampung mana yang menyukaimu!? Padahal aku sudah mendandanimu sejelek mungkin!" Batin Berta berusaha untuk tetap tersenyum.
"Aku tidak memegang tangan wanita, atau dekat dengan mereka. Hanya saja, aku memenangkan ini..." Michael tersenyum, mengeluarkan brosur dari sakunya.
Wanita yang begitu cantik, terlihat dari fotonya. Berisikan profil dan pendidikan terakhir, serta usia. Lebih tua 5 tahun dari Michael-nya yang lugu.
"Cantik kan nek? Banyak orang-orang desa yang mengantri, tapi dia hanya memilihku. Mengatakan jika dia jatuh cinta padaku, pada pandangan pertama. Dia juga baik hati, berasal dari keluarga berada. Calon cucu menantu idaman semua orang di tempat ini." Komat-kamit mulut cucunya itu berucap. Ingin rasanya sang nenek menempelkan selotip pada mulutnya. Inilah masa puber tuan mudanya. Hal tersulit dalam mengasuh anak ini.
"Nenek tidak merestui..." Kalimat serius dari Berta.
"Aku tetap akan menikah. Nenek bukan nenek kandungku kan?" Pertanyaan penuh senyuman, raut wajah yang tidak biasa, membuat Berta begitu gugup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Meriana Erna
hen claudia ,tk akn bs lepas diri mu dr michael
2023-12-24
3
mamae zaedan
ohh,,,, hati yang benar² tulus,,☺️😘
2023-12-21
1
Park Kyung Na
🤣🤣🤣
2023-12-14
1