The Elementalists

The Elementalists

Prolog - Notoma Kahnwald

Tak pernah muncul dalam benak Notoma bahwa ia sekarang berada di depan pintu Ruang Rapat Dewan. Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi kepalanya. Hembusan napas yang penuh keluh kesah adalah alasan utamanya merasa tak nyaman. Berulang kali ia mengibaskan blazer hitamnya dari debu yang menempel. Bola matanya yang cokelat pekat dengan rambut hitam yang ikal membuat jantungnya sedikit berdebar karena khawatir akan penampilannya walau kulit putih pucat nya lah yang seharusnya ia khawatirkan . Sementara itu, wanita berambut pendek kecokelatan yang berdiri menemaninya di samping memperhatikan seluruh penampilannya dari atas sampai kaki. Petra menatap Notoma dengan sorot matanya yang penuh dengan pertanyaan.

“Kau akan tahu setelah aku bukakan pintu ini. Sudah siap?” Tanya Petra sambil memegang gerendel pintu bulat di hadapannya.

Notoma melirik Petra. Menghela napas sejenak kemudian memantapkan mentalnya.

“Huuufft.... Ya, aku siap. Cuma menjawab pertanyaan kan?” Tanya Notoma, menaikkan alis matanya tinggi-tinggi.

Tanpa jawaban, Petra membuka pintu itu. Di hadapan mereka berdua, terdapat sebuah meja panjang dengan lekukan bundar yang ditemani dua pasang kursi dan meja pada sisinya. Seorang pria tua berambut dan brewok putih sedang bertopang dagu di tengah meja panjang itu. Di sebelah kiri pria tua itu, seorang pria paruh baya dengan gaya rambut dan brewok yang sama dengan pria tua tadi, sedang menatap tamunya dengan mata yang tajam. Sedangkan di sisi kanan pria tua, seorang wanita berkacamata dengan rambut hitam panjang dengan ponytail yang tinggi, sedang memeriksa dokumen yang ia pegang di kedua tangannya.

“Nah, tiba juga.” Syukur pria tua, memecah suasana. Tubuh yang berisi dengan tinggi badan dua meter, cukup menjadi bukti bahwa di masa mudanya pria tua ini adalah orang yang sangat kuat. Sorot matanya yang lemah lembut mengindikasikan pengalamannya sejak dulu sebagai orang yang pandai dalam bernegosiasi. Wajahnya yang tegas menandakan bahwa dirinyalah orang yang memimpin jalannya rapat ini.

“Dia kah si Murid Khusus itu?” Tanya Pria paruh baya, mengangkat alis kanannya. Wajah, gaya rambut dan brewoknya mengindikasikan bahwa pria paruh baya ini tak lain dan tak bukan adalah anak dari pria tua yang duduk di tengah.

“Ya, kau benar, Kak Roll. Kami sudah memeriksa latar belakang dan keadaan keluarganya. Anak ini sangat cocok untuk mengisi slot yang kosong.” Jawab Petra dengan cekatan.

Di sisi kanan meja rapat yang besar, seorang pria dengan rambut hitam yang acak-acakan, berdiri dan memakai kacamata bundarnya. Dia membaca dokumen yang tergeletak di meja yang berbentuk kotak di hadapannya dengan memegangnya menggunakan tangan kanannya sambil menggaruk kepala belakangnya dengan tangan kiri.

“Ehhm, namanya Notoma Kahnwald. Umur 17 tahun, berelemen Dasar dengan tipe Pengubah.” Ujar pria berkacamata bundar itu dengan tenang.

Notoma menatap Pria berkacamata bundar itu dengan dingin. Pria itu membalasnya dengan tatapan yang ramah. Notoma membuka mulutnya, namun sebelum sempat berkata-kata, pria itu membuka mulutnya lebih dulu, melanjutkan kembali perkataannya yang belum selesai.

“Ah, sebelumnya mohon maaf. Seharusnya aku memperkenalkan diri dulu kepadamu.” Potong pria itu. “Namaku Rudger van Touwen. Pengajar di kelas satu sekolah ini. Senang bertemu denganmu, Notoma Kahnwald.” Sapa Rudger, melepas kacamata bundarnya dengan tangan kanannya sambil menganggukkan kepalanya.

Notoma mengangguk. Dalam benaknya, ia menganggap bahwa Rudger adalah orang yang sopan. Meski ia tak mau meruntuhkan sikap curiganya pada orang-orang yang ada di hadapannya ini.

Dengan inisiatifnya sendiri, Petra mengambilkan sebuah kursi untuk Notoma. Notoma berterima kasih dan duduk dengan tenang.

Semua mata tertuju kepada Notoma. Hanya Petra yang menutup mata sambil berdiri di samping Notoma. Petra menyadari bahwa dirinya sedang dilirik oleh Notoma namun Petra tak memperdulikan hal itu.

“Notoma Kahnwald?” Pria tua mencoba mengalihkan pandangan Notoma padanya.

“Iya, Pak?” Jawab Notoma kepada pria tua itu.

“Aku Rudy Rochefort. Kepala Sekolah ini. Di samping kananku ini namanya Roll Rochefort, anak sulungku sekaligus Dewan Pengajar di sekolah ini. Roll bertugas sebagai pengurus kurikulum materi pembelajaran di sekolah ini. Kemajuan pendidikan di sekolah ini berada di tangannya kelak dan ku yakin reputasi serta kualitas sekolah ini akan terus meningkat dengan baik.”

“Senang bertemu denganmu, Murid Khusus.” Sapa Roll, memejamkan kedua matanya yang cokelat sambil menganggukkan kepalanya sekali.

Notoma mengangguk.

“Sementara di samping kiri ini namanya Loraine Rochefort, Anak keduaku yang merangkap sebagai Wakil Dewan Pengajar dan Sekretarisku. Loraine sering membantuku dan kakaknya, dia orang yang sangat rajin di sekolah ini.” Jelas Pria tua, mengarahkan telapak tangan kirinya ke Loraine

“Halo.” Loraine mengangguk.

Notoma mengangguk.

“Orang yang berada di samping kananmu itu Petra Rochefort, anak bungsu dan seorang Dewan Sekretaris di sekolah ini. Aku menyuruhnya untuk datang menjemputmu langsung dengan alasan yang akan kamu dengar nanti.”

“Terima kasih sudah memandu.” Ucap Notoma kepada Petra sambil mengangguk.

“Sama-sama, Notoma Kahnwald..” Petra mengangguk.

“Dan orang yang berkacamata ini adalah Rudger, Pengajar di kelas satu sekolah ini. Dia orang yang sangat serius namun tidak perlu diragukan lagi mengenai kejujuran yang ada pada dirinya. Jika kau ingin mencari orang yang paling jujur di sekolah ini, dialah orangnya!” pria tua itu melirik dan menunjuk Rudger dengan ibu jarinya sambil menutup mata kirinya.

“Pak, kurasa anda tak perlu repot-repot menambahkan penilaian personal anda di akhir kalimat tadi.” Rudger menggelengkan kepalanya sambil menghela napas.

Rudy memegangi dadanya sambil tertawa terbahak-bahak sehingga suara tawanya menggema di ruangan itu.

Notoma tidak bisa menahan perasaannya untuk segera mengakhiri percakapan ini. Ia tak nyaman dengan perkenalan basa-basi, terlebih lagi perkenalannya bersama dengan orang yang jauh lebih tua darinya.

“Anda membawa saya ke sini untuk mengisi slot kosong sebagai Murid Khusus bukan, Pak Rudy?” Notoma langsung menanyakan inti pembahasan rapat ini. Pandangannya menatap mata Rudy dengan tenang.

Rudger memahami perasaan Notoma yang tidak betah dengan suasana di ruangan itu karena kehadiran Rudy dan kedua anaknya.

“Ah, ya! Kamu benar. Kurasa sekarang kita bisa melewatkan basa-basi perkenalan ini kepadamu.”

Notoma menutup mata, menghela napasnya dengan panjang. Dan membuka kembali kedua matanya yang cokelat.

“Sejujurnya saya sangat senang mendengar kabar berita ini. Sebuah kehormatan dan pengalaman berharga bagi saya untuk bisa bertemu langsung dengan Anda, Rudy Rochefort, Sang Elementalist Terkuat di dunia.” Kata Notoma tanpa berbasa-basi. Pandangan semua orang tertuju padanya karena ia menyinggung julukan terkenal Rudy, orang yang paling berpengaruh di sekolah ini. Notoma pun menelan ludahnya sebelum melanjutkan kalimatnya. “Namun, terus terang saja, saya menolak undangan Anda.” Ujarnya.

Setelah menampung begitu banyak kesabaran dalam benak Notoma, ia akhirnya mengatakan kalimat itu juga. Kelegaan mengarungi perasaannya saat ini. Tetapi, ia tak menyangka bahwa penolakan yang ia berikan menimbulkan suasana yang tak mengenakan di Ruang Rapat Dewan.

Semua orang sangat terkejut mendengar penolakan yang Notoma nyatakan. Petra yang sejak awal mengikuti percakapan ini dengan tenang, mengubah raut wajahnya. Raut wajah marah yang memuncak ia pasang pada Notoma. Tentunya, Notoma merasakan hal ini. Dengan kekesalan yang memuncak, Petra membuka mulutnya.

“Sebelumnya, izinkan aku untuk bergabung ke dalam pembicaraan ini. Kau sendiri sudah mendengarnya dari Ayahku apa posisiku di sekolah ini. Jadi, bolehkah aku bertanya satu hal padamu?” Tanya Petra, marah.

“Tentu. Silakan.” Notoma pun menoleh ke arah Petra.

“Perjalananku dalam mencari Murid Khusus untuk mengisi slot yang kosong tidaklah mudah. Hal pertama yang kulakukan adalah pergi ke Kantor Kependudukan Navari untuk meminta data-data penduduk berusia 17-18 tahun. Beruntungnya kami, Alumni sekolah ini bekerja di sana, hal ini mempercepat perizinan yang seharusnya membutuhkan waktu berhari-hari. Kemudian, kami menyeleksi status tiap-tiap remaja berdasarkan hasil penyeleksian data tadi. Untuk menyeleksinya, kami mengerahkan satu persatu orang kami—bawahanku—untuk pergi dan menyelidiki apakah hasil penyeleksian data tadi masih sesuai atau tidak. Hal ini kami lakukan sebagai tindakan preventif kalau saja salah satu data remaja berubah tanpa sepengetahuan kami. Contohnya adalah, remaja A berstatus tidak cacat fisik, akan tetapi hal ini tidak bisa diterima begitu saja karena data itu tidak bersifat permanen meskipun datanya sudah direvisi sehari yang lalu. Kita tidak akan tahu kejadian apa yang akan menimpa remaja-remaja yang ada di data itu di kemudian hari. Oleh karena itu, survei—terjun ke lapangan—dengan melihat langsung dengan mata kepala sendiri. Dan begitulah kami berakhir mengirimkan surat undangan di kotak surat yang ada di sebelah kanan pintu rumahmu itu.” Jelas Petra, berceloteh seperti burung beo.

Semua orang di ruangan itu berkeringat.

“Dia mulai lagi...” Komentar Rudy dalam hati, menggelengkan kepalanya.

“Perlu kau ketahui, orang-orang yang sedang duduk di depanmu inilah yang meminta permintaan menyusahkan itu demi membawamu ke sini! Sementara mereka hanya terima jadi di balik permintaan mereka dan membuat kami, orang-orang administrasi kalang kabut!” Petra melampiaskan kekesalannya pada Ayah dan kakak-kakaknya.

Rudy, Roll dan Loraine memalingkan wajah mereka ke samping setelah mendengarkan keluh kesah Petra. Notoma memasang enggan dan merasa bersalahnya. Sementara Rudger tersenyum kecil mendengar keluhan Petra.

Petra mendekatkan wajahnya dan bertanya pada Notoma, “sekarang pertanyaannya adalah, kau tahu sekolah apa ini?” sambil menatapnya dengan sorot mata yang serius.

“Tentu saja saya tahu. Justru karena tahu itulah saya menolaknya.” Jawab Notoma, mencoba meyakinkan Petra dan semua orang yang berada di ruangan itu.

“Ketika saya mendengar Pak Rudger membacakan identitas saya, membuat saya sangat yakin bahwa pembicaraan di ruangan ini sangat penting. Sekolah ini sendiri adalah sekolah yang mempelopori keseimbangan kekuatan di dunia karena menghasilkan para Elementalist kuat yang menjanjikan, sebut saja Tedd Yonan sang Elementalist Biologi, Edwin Khwarezmi sang Elementalist Arkeolog, Theresa Christina sang Elementalist Sastra, Tornn Toyl sang Elementalist biomedik, Tina Rosetta sang Elementalist Penjelajah, dan Porlock Malvis sang Elementalist Intelijen. Menyadari betapa elitnya sekolah ini membuat saya semakin tidak yakin akan kemampuan saya sebagai calon Elementalist berpengaruh demi nama baik sekolah ini.”

“Walau alasan utamaku yang sebenarnya karena tak mau menanggung beban yang berat sih,” tambah Notoma dalam hati. Tetesan keringatnya yang kecil di pipi yang tak bisa ia sembunyikan.

Notoma menundukkan pandangannya dan menatap lantai ruangan tanpa ia sadari dengan wajah suram dengan tatapan mata yang kosong. Hanya Rudy yang menyadari hal itu.

“Ibumu, Nova Kahnwald.” Ucap si pria tua, mengalihkan kembali topik pembicaraan.

Seketika Notoma bereaksi mendengar nama itu. Ia mengangkat kepalanya dari ketertundukan dan menatap Rudy dengan pandangan terkejut.

“Bagaimana dia bisa meninggal? Apa kau sudah menemukan siapa pembunuhnya?” Tanya Rudy, menyipitkan mata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!