The Princess Licorice
"Ayah mendapatkan lamaran dari raja Philip untuk putra keduanya."semua mendengarkan dengan sangat serius, suasana aula keluarga hening, karena mereka ingin tahu maksud kedatangan raja Philip ke kerajaan Zelda, siang tadi.
"Ayah tidak bisa menolaknya, karena ini menyangkut perdamaian kedua kerajaan, terlebih lagi kerajaan Federick sangatlah kuat dalam militer, ayah tidak ingin jika kita berperang dengan kerajaan Federick." Licorice diam membisu, dia tahu dialah yang akan menikah dengan pengeran kedua kerajaan Federick.
Licorice adalah putri bungsu dari raja Benedict Ragalv Zelda dengan istrinya bernama Vanessa Braille, dia adalah seorang putri yang hebat dalam akademinya,dia banyak dikagumi oleh rakyat, parasnya yang cantik nan anggun membuat semua orang iri akan kecantikan yang dia miliki, tapi sekarang Licorice harus mengorbankan dirinya menjadi menantu kerajaan Federick, yang entah seperti apa dia.
Licorice memiliki tiga saudara lainnya dan mereka semua adalah laki-laki, jadi bisa dipastikan jika lamaran itu untuknya, karena dia anak perempuan satu-satunya.
"Ayah ini tidak bisa dilakukan..... aku tidak menyetujuinya." tukas Noah dengan tegas,dia tidak akan membiarkan adiknya di korbankan, meski ia tahu itu demi kedamaian.
"Benar ayah aku tidak setuju jika Licorice yang harus dikorbankan, aku menentangnya...." Rafael menolak keras,dia tidak menyangka ayahnya akan menyetujui lamaran dari raja Philip.
"Aku tidak terima jika Licorice menjadi aliansi pernikahan ayah.... Licorice tidak menginginkan ini." Arthur juga ikut menyela.
Semenjak kematian ibunda mereka, ketiga kakak laki-laki Licorice selalu menjaga dan melindungi adik perempuan mereka satu-satunya, karena itu adalah amanah yang dititipkan mediang ibunda mereka,Vanessa meninggal disaat Licorice berumur satu tahun, itu adalah luka bagi ketiga pangeran tersebut, dan juga luka bagi raja Benedict.
"Kalian memang boleh menentangnya, tapi ayah akan lanjutkan ini, sebelum itu kita dengarkan dahulu,apakah Licorice mau menerimanya atau tidak."Benedict akan melanjutkan pernikahan ini, dan membuat aliansi dengan kerajaan Federick, dia tahu mengorbankan bukanlah jalan terbaik, tapi karena sudah terlanjur dilamar oleh kerajaan Federick, untuk dijadikan menantu, Benedict tidak bisa menolaknya, karena jika itu terjadi maka akan ada kehancuran di kerajaan Zelda ini.
Licorice masih diam terpaku, apa ini? apakah dia bermimpi? dia sama sekali tidak bisa membayangkan dirinya akan menikah dengan laki-laki yang bahkan belum pernah dia lihat wajahnya, dan bagaimana kepribadiannya, dia tidak tahu sama sekali. Dan mereka dengan seenaknya melakukan hal tersebut padanya? mereka merenggut kebebasannya.
Dia menatap semua yang ada disana, ketiga kakak laki-lakinya tidak bisa membantunya,apalagi jika ini sudah menjadi titah dari sang raja. Licorice berfikir keras keputusan apa yang akan dia berikan pada Raja Philip, menerima atau kah menolak? Licorice tidak bisa menemukan jawaban tersebut. Licorice menarik nafas dalam, mau tidak mau dia harus menjawab, karena ayahnya diberi waktu satu minggu untuk memberi jawaban pada raja Philip.
"Maaf ayahanda ....begini, bisakah ayah memberikan aku waktu untuk memikirkan ini? aku butuh berfikir sendiri, besok aku akan memberikan jawaban pastinya." Licorice sangat tidak suka jika harus menjawab langsung,dia harus bisa memikirkan kembali,tapi mungkin dia tetap saja tidak bisa menolaknya.
"Baiklah ayah akan menunggunya, ingatlah putriku ini demi kedamaian, ayah tidak mau jika jawabanmu akan membuat perang besar dengan kerajaan Federick." Benedict mengingatkan agar Licorice bisa memberikan jawaban yang tidak mengecewakan dirinya.
"Baik ayah..... akan aku pikirkan dengan sangat baik." Licorice tidak bisa mengubah apapun, jika ayahnya sudah mengatakan hal tersebut, berarti dalam kata lain dia harus menerima lamaran tersebut.
"Baiklah kita sudahi pertemuan ini ....." raja Benedict beranjak dari aula keluarga. Semua menatap Licorice, mereke tidak tahu harus mengatakan apa,terlebih ayah mereka sudah menyetujuinya.
Licorice bangkit dari duduknya, wajahnya tidak bisa ditebak, tapi mereka tahu apa yang sekarang adiknya pikirkan,ini menyangkut masa depannya, Noah juga tidak bisa menentang meski dia putra mahkota,mereka juga tidak bisa melihat Licorice menikah dengan laki-laki yang entah dia mencintainya atau tidak, memikirkannya saja membuat mereka bertiga frustasi.
"Bagaimana ini kak?aku tidak mau melihat adik perempuan kita satu-satunya menikah dengan seseorang yang kita juga tidak tahu dia seperti apa." Rafael kesal, yang ditakutkan oleh seorang kakak adalah, takut adik perempuannya menikah dengan laki-laki yang tidak menyayangi nya.
"Aku juga tidak tahu, ini diluar kekuasaanku, meski aku mengatakan tidak, ayahanda akan tetap melanjutkannya." Noah tidak bisa berbuat banyak, mau tidak mau mereka harus menerima keputusan dari ayahnya.
Licorice masuk ke kamarnya, mendudukkan diri di meja belajarnya, pandangannya menerawang kedepan, rasanya berat sekali mengetahui hal ini akan terjadi padanya, rasanya tidak sulit memberikan jawaban, meski dia mengiyakan pasti hatinya ragu.
"Bu bagaimana ini? putrimu sedang mengalami kesulitan besar..... apakah aku akan menerima kenyataan sesakit ini?kenapa aku malah menikah dengan orang yang aku tidak tahu seperti apa dia." gumamnya, Licorice teringat ucapan neneknya sebelum meninggal, dia memberi nasehat untuk menikah dengan seseorang yang benar-benar mencintainya dengan tulus, dan menyayanginya.
"Apakah aku akan bisa menjalani kehidupan yang sama seperti disini? apakah aku akan kuat dengan semuanya?." Licorice terus berfikir,apakah semuanya akan berjalan sesuai keinginannya? apakah takdir akan membuat jalan berbeda?
Licorice membuka buku catatannya,dimana dia menuliskan keresahan dan kegelisahan hatinya,dia selalu mencurahkan semuanya dibuku catatan tersebut, karena hanya disitu lah dia bisa mengungkapkan isi hatinya, yang dimana seseorang tidak akan bisa tahu perasaannya.
Dia menuliskan semua yang sedang dia rasakan,dan akan terus dia ceritakan didalam buku catatan ini hingga akhir hayatnya. Setelah menuliskan dengan waktu yang lumayan lama,tidak terasa waktu sudah menjelang tengah malam, dan Licorice melewatkan makan malam,ini memang biasa dia lakukan,karena dia asyik dengan dunianya sendiri.
Tok.... tok..... tok......
Ketukan pintu menghentikan lamunan Licorice, itu pasti pelayannya, jika Licorice tidak ikut makan malam, pelayannya akan datang mengantarkan makanannya.
"Masuk." jawabnya dengan lirih.
"Maaf putri telah mengganggu kegiatan anda, saya mengantarkan makan malam, anda telah melewatkan makan malam anda." namanya Mary dia adalah pelayan yang mengurus semua keperluan yang dibutuhkan Licorice, dia sangat penyayang dan begitu perhatian, umurnya terpaut beberapa tahun lebih tua dari Licorice, dia sudah menikah tapi sayangnya suaminya meninggal dalam perang beberapa tahun lalu, jadi dia memutuskan untuk mengabdi di kerajaan.
"Aku tidak lapar Mary....."singkatnya, malam ini dia tidak nafsu makan, semuanya hambar. Besok Licorice harus sudah mendapatkan jawabannya.
"Tidak putri.... ayo makan sedikit saja,aku akan menyuapi anda, bagaimana?."bujuk Mary, dia tidak bisa melihat tuan putrinya tidak makan, karena dia sudah berjanji pada ratu Vanessa untuk merawat Licorice dengan baik.
"Baiklah..." akhirnya Licorice mau mendengarkan Mary. Wajah Licorice nampak tenang, tanpa senyum di bibirnya, Mary tahu apa yang sedang kini tuan putrinya rasakan.
"Mary...... apakah aku akan bahagia,jika menerima lamaran itu? aku takut dengan kenyataan yang lebih pahit lagi." tanya Licorice, wajahnya kini terlihat sedang menahan rasa sakit, yang sulit dijelaskan. Mary tersenyum lembut, Licorice sudah seperti putri bagianya.
Dia menaruh mangkuk yang berisi makanan milik Licorice, Mary memegang tangan indah sang putri, menatapnya dengan penuh ketenangan. "Saya yakin nona akan baik-naik saja, menikah tidak seburuk yang orang lain katakan, lakukanlah yang terbaik untuk orang yang nantinya akan menjadi suami anda putri, saya disini akan selalu mendoakan kebahagiaan anda."
Ucapan yang penuh dengan kasih sayang,wajah sayunya membuat Licorice tenang dan hatinya damai. Dia adalah pengganti ibunya disaat Licorice membutuhkan pundak untuk bersandar, dia memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu, karena setelah lahirnya Licorice, ratu Vanessa jadi sering sakit, yang dimana sakitnya sulit untuk disembuhkan.
Licorice memeluk erat Mary, dia sudah tidak bisa menahan air matanya, dia sudah menahannya sejak tadi. Mary mengelus lembut rambut tuan putrinya, Mary tahu meski ketiga kakaknya sangat menyayangi nya, tapi Licorice tetap menyembunyikan lukanya sendiri, karena tidak mau membuat mereka khawatir.
"Menangislah dengan puas putri,agar hatimu lega, jangan anda tahan, saya siap menjadi pundak bagi anda." Licorice menangis dalam diam, tubuhnya bergetar.
☾ ⋆*・゚:⋆*・゚:⠀ *⋆.*:・゚ .: ⋆*・゚: .⋆
Keesokan paginya......
Licorice sudah bersiap dengan gaun kesehariannya. Ini adalah hari dimana Licorice harus siap dengan semuanya, jawaban yang akan dia berikan untuk seluruh keluarga kerajaan.
"Salam ayahanda....."
"Duduklah, kami sudah menunggumu." Licorice melihat sekitar, karena memang ini menyangkut aliansi dengan kerajaan Federick, jadi akan ada perwakilan dari dewan kerajaan.
Licorice duduk dengan anggunnya, tidak ada senyuman terhias seperti biasanya, ketiga kakaknya memandang iba padanya. Demi kerajaan adiknya yang akan mengorbankan segalanya.
"Kami menunggu jawabanmu putri Licorice." Licorice bangkit dari duduknya,dia berdiri dan memberi hormat semua yang hadir disana.
"Aku putri terakhir dari kerajaan Zelda menyatakan, aku akan menerima lamaran dari kerajaan Federick." singkat padat dan jelas, tidak ada keraguan saat Licorice mengucapkan kata persetujuan tersebut.
Bagaikan ditikam dengan tombak panjang, ketiga kakaknya merasakan sesak saat itu juga, tombak panjang itu seakan tepat mengenai jantung mereka.
"Aliansi ini akan menjadi awal pondasi yang baik bagi kerajaan kita, putri Licorice telah menyetujui pernikahan ini." ucap jendral kerajaan Zelda dengan lantang.
"Selamat atas pernikahan pertama putri anda yang mulai." Archduke Ferdinand senang atas pernikahan pertama putri dari raja Benedict.
Semua tersenyum bahagia,diatas luka yang sekarang sedang Licorice rasakan, dia membenci semua ini, tapi dia harus menerimanya dengan lapang hati. Pandangan seseorang sangat fokus pada Licorice, pandangan dengan hati yang tersayat.
"Apa ini adalah akhir tuan putri........"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Beom
semangat 🔥
2024-01-18
0
Rohmi Hidayati
lanjut dong😍😍
2023-09-15
0