"Ayah mendapatkan lamaran dari raja Philip untuk putra keduanya."semua mendengarkan dengan sangat serius, suasana aula keluarga hening, karena mereka ingin tahu maksud kedatangan raja Philip ke kerajaan Zelda, siang tadi.
"Ayah tidak bisa menolaknya, karena ini menyangkut perdamaian kedua kerajaan, terlebih lagi kerajaan Federick sangatlah kuat dalam militer, ayah tidak ingin jika kita berperang dengan kerajaan Federick." Licorice diam membisu, dia tahu dialah yang akan menikah dengan pengeran kedua kerajaan Federick.
Licorice adalah putri bungsu dari raja Benedict Ragalv Zelda dengan istrinya bernama Vanessa Braille, dia adalah seorang putri yang hebat dalam akademinya,dia banyak dikagumi oleh rakyat, parasnya yang cantik nan anggun membuat semua orang iri akan kecantikan yang dia miliki, tapi sekarang Licorice harus mengorbankan dirinya menjadi menantu kerajaan Federick, yang entah seperti apa dia.
Licorice memiliki tiga saudara lainnya dan mereka semua adalah laki-laki, jadi bisa dipastikan jika lamaran itu untuknya, karena dia anak perempuan satu-satunya.
"Ayah ini tidak bisa dilakukan..... aku tidak menyetujuinya." tukas Noah dengan tegas,dia tidak akan membiarkan adiknya di korbankan, meski ia tahu itu demi kedamaian.
"Benar ayah aku tidak setuju jika Licorice yang harus dikorbankan, aku menentangnya...." Rafael menolak keras,dia tidak menyangka ayahnya akan menyetujui lamaran dari raja Philip.
"Aku tidak terima jika Licorice menjadi aliansi pernikahan ayah.... Licorice tidak menginginkan ini." Arthur juga ikut menyela.
Semenjak kematian ibunda mereka, ketiga kakak laki-laki Licorice selalu menjaga dan melindungi adik perempuan mereka satu-satunya, karena itu adalah amanah yang dititipkan mediang ibunda mereka,Vanessa meninggal disaat Licorice berumur satu tahun, itu adalah luka bagi ketiga pangeran tersebut, dan juga luka bagi raja Benedict.
"Kalian memang boleh menentangnya, tapi ayah akan lanjutkan ini, sebelum itu kita dengarkan dahulu,apakah Licorice mau menerimanya atau tidak."Benedict akan melanjutkan pernikahan ini, dan membuat aliansi dengan kerajaan Federick, dia tahu mengorbankan bukanlah jalan terbaik, tapi karena sudah terlanjur dilamar oleh kerajaan Federick, untuk dijadikan menantu, Benedict tidak bisa menolaknya, karena jika itu terjadi maka akan ada kehancuran di kerajaan Zelda ini.
Licorice masih diam terpaku, apa ini? apakah dia bermimpi? dia sama sekali tidak bisa membayangkan dirinya akan menikah dengan laki-laki yang bahkan belum pernah dia lihat wajahnya, dan bagaimana kepribadiannya, dia tidak tahu sama sekali. Dan mereka dengan seenaknya melakukan hal tersebut padanya? mereka merenggut kebebasannya.
Dia menatap semua yang ada disana, ketiga kakak laki-lakinya tidak bisa membantunya,apalagi jika ini sudah menjadi titah dari sang raja. Licorice berfikir keras keputusan apa yang akan dia berikan pada Raja Philip, menerima atau kah menolak? Licorice tidak bisa menemukan jawaban tersebut. Licorice menarik nafas dalam, mau tidak mau dia harus menjawab, karena ayahnya diberi waktu satu minggu untuk memberi jawaban pada raja Philip.
"Maaf ayahanda ....begini, bisakah ayah memberikan aku waktu untuk memikirkan ini? aku butuh berfikir sendiri, besok aku akan memberikan jawaban pastinya." Licorice sangat tidak suka jika harus menjawab langsung,dia harus bisa memikirkan kembali,tapi mungkin dia tetap saja tidak bisa menolaknya.
"Baiklah ayah akan menunggunya, ingatlah putriku ini demi kedamaian, ayah tidak mau jika jawabanmu akan membuat perang besar dengan kerajaan Federick." Benedict mengingatkan agar Licorice bisa memberikan jawaban yang tidak mengecewakan dirinya.
"Baik ayah..... akan aku pikirkan dengan sangat baik." Licorice tidak bisa mengubah apapun, jika ayahnya sudah mengatakan hal tersebut, berarti dalam kata lain dia harus menerima lamaran tersebut.
"Baiklah kita sudahi pertemuan ini ....." raja Benedict beranjak dari aula keluarga. Semua menatap Licorice, mereke tidak tahu harus mengatakan apa,terlebih ayah mereka sudah menyetujuinya.
Licorice bangkit dari duduknya, wajahnya tidak bisa ditebak, tapi mereka tahu apa yang sekarang adiknya pikirkan,ini menyangkut masa depannya, Noah juga tidak bisa menentang meski dia putra mahkota,mereka juga tidak bisa melihat Licorice menikah dengan laki-laki yang entah dia mencintainya atau tidak, memikirkannya saja membuat mereka bertiga frustasi.
"Bagaimana ini kak?aku tidak mau melihat adik perempuan kita satu-satunya menikah dengan seseorang yang kita juga tidak tahu dia seperti apa." Rafael kesal, yang ditakutkan oleh seorang kakak adalah, takut adik perempuannya menikah dengan laki-laki yang tidak menyayangi nya.
"Aku juga tidak tahu, ini diluar kekuasaanku, meski aku mengatakan tidak, ayahanda akan tetap melanjutkannya." Noah tidak bisa berbuat banyak, mau tidak mau mereka harus menerima keputusan dari ayahnya.
Licorice masuk ke kamarnya, mendudukkan diri di meja belajarnya, pandangannya menerawang kedepan, rasanya berat sekali mengetahui hal ini akan terjadi padanya, rasanya tidak sulit memberikan jawaban, meski dia mengiyakan pasti hatinya ragu.
"Bu bagaimana ini? putrimu sedang mengalami kesulitan besar..... apakah aku akan menerima kenyataan sesakit ini?kenapa aku malah menikah dengan orang yang aku tidak tahu seperti apa dia." gumamnya, Licorice teringat ucapan neneknya sebelum meninggal, dia memberi nasehat untuk menikah dengan seseorang yang benar-benar mencintainya dengan tulus, dan menyayanginya.
"Apakah aku akan bisa menjalani kehidupan yang sama seperti disini? apakah aku akan kuat dengan semuanya?." Licorice terus berfikir,apakah semuanya akan berjalan sesuai keinginannya? apakah takdir akan membuat jalan berbeda?
Licorice membuka buku catatannya,dimana dia menuliskan keresahan dan kegelisahan hatinya,dia selalu mencurahkan semuanya dibuku catatan tersebut, karena hanya disitu lah dia bisa mengungkapkan isi hatinya, yang dimana seseorang tidak akan bisa tahu perasaannya.
Dia menuliskan semua yang sedang dia rasakan,dan akan terus dia ceritakan didalam buku catatan ini hingga akhir hayatnya. Setelah menuliskan dengan waktu yang lumayan lama,tidak terasa waktu sudah menjelang tengah malam, dan Licorice melewatkan makan malam,ini memang biasa dia lakukan,karena dia asyik dengan dunianya sendiri.
Tok.... tok..... tok......
Ketukan pintu menghentikan lamunan Licorice, itu pasti pelayannya, jika Licorice tidak ikut makan malam, pelayannya akan datang mengantarkan makanannya.
"Masuk." jawabnya dengan lirih.
"Maaf putri telah mengganggu kegiatan anda, saya mengantarkan makan malam, anda telah melewatkan makan malam anda." namanya Mary dia adalah pelayan yang mengurus semua keperluan yang dibutuhkan Licorice, dia sangat penyayang dan begitu perhatian, umurnya terpaut beberapa tahun lebih tua dari Licorice, dia sudah menikah tapi sayangnya suaminya meninggal dalam perang beberapa tahun lalu, jadi dia memutuskan untuk mengabdi di kerajaan.
"Aku tidak lapar Mary....."singkatnya, malam ini dia tidak nafsu makan, semuanya hambar. Besok Licorice harus sudah mendapatkan jawabannya.
"Tidak putri.... ayo makan sedikit saja,aku akan menyuapi anda, bagaimana?."bujuk Mary, dia tidak bisa melihat tuan putrinya tidak makan, karena dia sudah berjanji pada ratu Vanessa untuk merawat Licorice dengan baik.
"Baiklah..." akhirnya Licorice mau mendengarkan Mary. Wajah Licorice nampak tenang, tanpa senyum di bibirnya, Mary tahu apa yang sedang kini tuan putrinya rasakan.
"Mary...... apakah aku akan bahagia,jika menerima lamaran itu? aku takut dengan kenyataan yang lebih pahit lagi." tanya Licorice, wajahnya kini terlihat sedang menahan rasa sakit, yang sulit dijelaskan. Mary tersenyum lembut, Licorice sudah seperti putri bagianya.
Dia menaruh mangkuk yang berisi makanan milik Licorice, Mary memegang tangan indah sang putri, menatapnya dengan penuh ketenangan. "Saya yakin nona akan baik-naik saja, menikah tidak seburuk yang orang lain katakan, lakukanlah yang terbaik untuk orang yang nantinya akan menjadi suami anda putri, saya disini akan selalu mendoakan kebahagiaan anda."
Ucapan yang penuh dengan kasih sayang,wajah sayunya membuat Licorice tenang dan hatinya damai. Dia adalah pengganti ibunya disaat Licorice membutuhkan pundak untuk bersandar, dia memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu, karena setelah lahirnya Licorice, ratu Vanessa jadi sering sakit, yang dimana sakitnya sulit untuk disembuhkan.
Licorice memeluk erat Mary, dia sudah tidak bisa menahan air matanya, dia sudah menahannya sejak tadi. Mary mengelus lembut rambut tuan putrinya, Mary tahu meski ketiga kakaknya sangat menyayangi nya, tapi Licorice tetap menyembunyikan lukanya sendiri, karena tidak mau membuat mereka khawatir.
"Menangislah dengan puas putri,agar hatimu lega, jangan anda tahan, saya siap menjadi pundak bagi anda." Licorice menangis dalam diam, tubuhnya bergetar.
☾ ⋆*・゚:⋆*・゚:⠀ *⋆.*:・゚ .: ⋆*・゚: .⋆
Keesokan paginya......
Licorice sudah bersiap dengan gaun kesehariannya. Ini adalah hari dimana Licorice harus siap dengan semuanya, jawaban yang akan dia berikan untuk seluruh keluarga kerajaan.
"Salam ayahanda....."
"Duduklah, kami sudah menunggumu." Licorice melihat sekitar, karena memang ini menyangkut aliansi dengan kerajaan Federick, jadi akan ada perwakilan dari dewan kerajaan.
Licorice duduk dengan anggunnya, tidak ada senyuman terhias seperti biasanya, ketiga kakaknya memandang iba padanya. Demi kerajaan adiknya yang akan mengorbankan segalanya.
"Kami menunggu jawabanmu putri Licorice." Licorice bangkit dari duduknya,dia berdiri dan memberi hormat semua yang hadir disana.
"Aku putri terakhir dari kerajaan Zelda menyatakan, aku akan menerima lamaran dari kerajaan Federick." singkat padat dan jelas, tidak ada keraguan saat Licorice mengucapkan kata persetujuan tersebut.
Bagaikan ditikam dengan tombak panjang, ketiga kakaknya merasakan sesak saat itu juga, tombak panjang itu seakan tepat mengenai jantung mereka.
"Aliansi ini akan menjadi awal pondasi yang baik bagi kerajaan kita, putri Licorice telah menyetujui pernikahan ini." ucap jendral kerajaan Zelda dengan lantang.
"Selamat atas pernikahan pertama putri anda yang mulai." Archduke Ferdinand senang atas pernikahan pertama putri dari raja Benedict.
Semua tersenyum bahagia,diatas luka yang sekarang sedang Licorice rasakan, dia membenci semua ini, tapi dia harus menerimanya dengan lapang hati. Pandangan seseorang sangat fokus pada Licorice, pandangan dengan hati yang tersayat.
"Apa ini adalah akhir tuan putri........"
Namaku adalah Licorice Magnolia Zelda, putri bungsu raja Benedict dan ratu Vanessa, aku memiliki tiga saudara dan semuanya laki-laki, jadi aku putri satu-satunya di kerajaan Zelda. Aku lahir disaat bunga magnolia bermekaran, jadi ibuku sedikit menambahkan nama bunga tersebut pada namaku.
Dan sebentar lagi umurku akan menginjak tujuh belas tahun, dan beberapa hari lagi aku akan mengadakan pesta yang sederhana saja, itu sudah cukup untukku.
"Putri sebentar lagi umur anda akan genap tujuh belas tahun, tidak hanya itu anda juga sudah lulus sekolah kebangsawanan." Mary sangat senang dengan prestasi yang dimiliki oleh sang putri.
"Iya Mary..... "senyum indah Mary selalu menghangatkanku, selama hidupku belum pernah melihat senyum ibuku, bagaimana dia dan seperti apa wajahnya disaat tersenyum.
Aku sangat suka membaca dan waktu luang ku akan ku gunakan untuk membaca berbagai macam buku,seperti sejarah, politik dan masih banyak lagi, aku ingin mengetahui seperti apa dunia luar, dan aku ingin tahu banyak ilmu dari buku. Saat ini aku sedang mempelajari dasar dari politik dan hukum, aku ingin memahami seperti apa dunia kerajaan.
Dalam dunia politik kerajaan, pernikahan juga menjadi salah satu jalan pintas menuju keeratan bagi dua kerajaan, hal tersebut bisa menjadi hubungan yang kuat bagi dua kerajaan, tidak hanya itu mereka juga bisa membangun pondasi yang saling menguntungkan.
Tapi pastinya sang raja harus mengorbankan salah satu keturunannya, yang pastinya harus dinikahkan dan diikat menjadi pasangan suami istri, dan hal ini akan sangat merugikan bagi keduanya, dan akan sangat menguras mental.
Aku membaca dengan seksama bagian ini, bagian yang begitu penting untuk tidak dilewatkan, bagaimana jadinya jika aku yang ada diposisi itu? apakah aku akan menerimanya? dunia kerajaan memang sangat menyeramkan, mereka saling memperebutkan tahta. Aku tidak terlalu tertarik akan tahta kerajaan,aku bersyukur karena lahir menjadi anak bungsu, tapi tetap saja aku masih keturunan langsung sang raja.
Darahnya mengalir di nadiku, bahkan ada sifat yang menurun padaku, mau aku pergi pun, aku akan tetap menjadi keturunan darah biru. Sebenarnya menjadi orang kerajaan adalah hal yang menyulitkan, dimana kita harus bisa mematuhi aturan istana, harus selalu menjaga nama baik dan sopan santun,dan harus bisa bertatakrama dengan sangat baik, semua itu sungguh merepotkan.
"Putri ada kabar kalau raja dari kerajaan Federick akan datang beberapa hari lagi."
"Memangnya ada masalah apa sehingga mereka datang ke kerajaan? terlebih raja sendiri yang datang, bukankah beliau bisa mengutus utusannya?." aku heran untuk apa raja kerajaan Federick datang langsung ke istana Zelda.
"Saya juga tidak tahu putri, mungkin ada hal penting yang akan raja Philip lakukan dengan yang mulia."
Perasaanku tidak enak akan hal tersebut, apa akan terjadi hal buruk pada hari kedatangan raja Philip? aku ingin tahu maksudnya datang ke kerajaan Zelda.
"Licorice..... " teriakan itu mengejutkan ku.
"Kak bisakah jangan berteriak, kamu selalu saja mengganggu ketenangan ruang bacaku." kesalku kakak kedua ku memang sering datang secara tiba-tiba diruang baca pribadiku.
"Oh ayolah Licorice... apa kamu tidak bosan terus menerus berada di ruangan pengap seperti ini, apalagi haya dikelilingi dengan buku, bagaimana kalau aku ajak kamu berkeliling kota, itu kadoku untuk ulang tahunmu, kamu boleh minta apapun dariku." aku tersenyum melihat betapa perhatiannya kakak kedua ku,dia pasti yang akan lebih dulu mengajakku pergi sebelum hari ulang tahun ku.
"Huft kak aku senang asyik membaca, sebentar lagi ya plisss..... " aku masih ingin membaca buku, dan aku sangat menikmatinya. Kak Rafael mengambil bukuku lalu menutupnya dan meletakkannya di meja, dia menarik tanganku dan membawaku keluar dari ruang bacaku.
Mary tersenyum melihatku sangat dekat dengan kak Rafael, diantara ketiganya kak Rafael yang paling sering bersamaku, karena kak Noah sibuk dengan gelar barunya yaitu sebagai putra mahkota, sedangkan kak Arthur masih berlatih dengan komandan ksatria yaitu Stale Maverick. Sementara kak Rafael sedang luang saat ini, dia sekarang sedang fokus dalam pelatihan sebagai penasihat raja, karena nantinya dia akan menggantikan Archduke Ferdinand Zacharis.
"Kak pelan-pelan saja jangan tergesa-gesa." aku kesal karena kak Rafael mengajakku berlari, padahal aku menggunakan gaun panjang dan itu membuatku kesulitan.
"Kak gaun ku panjang, ini sangat menyulitkanku." Kak Rafael akhirnya berhenti berlari, dia menatapku sambil tersenyum.
"Iya maaf.... kamu lama jalannya Licorice, kita tidak punya waktu banyak, mungkin sampai petang aku bisa mengajakmu, karena aku sekarang mulai sibuk." memang apa yang dikatakan kak Rafael benar, semua kakak laki-laki ku sedang sibuk, dan mungkin ayah juga sedang mencari pasangan yang pantas untuk putra mahkota.
"Aku tahu kak.... aku senang kakak mengajakku berkeliling, mungkin nantinya kakak tidak akan ada waktu untukku, karena menjadi calon penasihat raja akan sangat sibuk, dan pasti jarang ada waktu luang, terima kasih kak untuk semuanya aku sangat bahagia." aku senang semua kakakku menyayangiku, aku bahagia karena mereka selalu membuatku tertawa, meski hatiku bersedih.
Aku selalu teringat cerita Mary tentang ibuku Vanessa, aku selalu ingin tahu seperti apa ibundaku itu, pasti dia sangat cantik dan penyayang. Aku memandang langit biru yang tertutup awan putih, semuanya menyebar indah menutup tipis langitnya. Meski aku disayangi tapi apakah mereka tidak bersedih setelah kehilangan berlian di istana ini? terlebih itu adalah apa yang sangat ayahanda dan juga ketiga kakakku jaga.
Ibunda kamu adalah berlian istana ini, tanpamu ayahanda adalah raja tanpa ratu, dan pangeran tanpa penyemangat, serta putri tanpa sandaran, semuanya menjadi kelabu, berlian itu telah hilang dan tidak akan pernah kembali.
☾ ⋆*・゚:⋆*・゚:⠀ *⋆.*:・゚ .: ⋆*・゚: .⋆
Kerajaan Federick
"Aku sudah menjodohkan mu dengan putri bungsu kerajaan Zelda, tidak ada alasan untuk kamu menolaknya."matanya membulat seketika, mendengar kabar yang tidak pernah ingin dia dengar.
"Apa-apaan ini ayah?! aku tidak mau menikah dengan gadis itu, bukankah sudah kukatakan kalau aku sudah mempunyai gadis yang aku cintai.... jadi batalkan saja perjodohan bodoh ini."
"Diamlah Christopher!!.....patuhi saja perjodohan ini ayah tidak akan membatalkannya, beberapa hari lagi kamu dan putri Licorice akan bertunangan, kamu harus ikut bersama ayah ke kerajaan Zelda." tegas raja Philip,ini adalah pernikahan aliansi yang sangat menguntungkan kedua kerajaan. Dan karena putri Licorice telah menyetujuinya, maka pertunangan akan langsung dilaksanakan disana.
Christopher mengepalkan tangannya, untuk apa dia menikah jika tidak saling mencintai? persetan dengan keuntungan kerajaan, seorang raja memang seperti itu, mereka selalu saja berbuat seenaknya demi kepuasan pribadi.
"Kamu harus mau, ini demi kerajaan, jangan membantahku." Setelah mengatakannya raja Philip beranjak pergi,
Pangeran Christopher memang sangat keras kepala dan sangat sulit diatur, hingga raja Philip mengangkatnya menjadi jendral pasukan, agar dia bisa lebih disiplin,tapi tetap saja dia sulit untuk dibujuk. Dia adalah putra kedua dari raja Philip dan ratu pertama yang bernama Sharon, dia sudah meninggal disaat pelantikan putra mahkota kakak dari Christopher yaitu Albert, jadi sekarang yang menjadi ratu kerajaan Federick adalah istri keduanya.
Sungguh berat menerima kepergian dari ibunya, Christopher menjadi sangat pendiam dan kasar bahkan sangat sulit untuk diatur, bahkan terkadang dia tidak mau mendengarkan raja Philip, tapi semenjak dia menjadi jendral, sekarang keadaannya mulai membaik, dan sikapnya lebih sopan dari sebelumnya.
"Akhh siall.......!! aku tidak mau menikahi gadis itu.....aku harus menemuinya dan menjelaskan semuanya." Christopher segera pergi menemui gadisnya, gadis yang sangat dia cintai, karena dia yang menyembuhkan kesedihannya, bahkan menemani disaat pangeran Christopher terpuruk.
"Aku tidak mau menikahi siapapun kecuali dia....."
"Mau apa kamu datang kemari pangeran? pertunanganmu sudah ditentukan oleh raja." rasanya sakit melihat orang yang dicintai akan bertunangan dengan wanita lain. Christopher menatap gadisnya dengan tatapan lembut, sebenarnya dia tidak bisa meninggalkan orang yang sangat dia cintai, dia memengang kedua tangan gadisnya, begitu erat, dia enggan melepaskannya.
Ya Christopher menemui gadis yang dicintainya dimalam sebelum keberangkatan mereka ke kerajaan Zelda untuk membicarakan perjodohan mereka.
"Tidak Isabelle....aku tidak mencintai wanita itu, yang aku cintai hanya kamu seorang,dan hatiku ini hanyalah milikmu, aku tidak sudi memberikannya pada wanita lain."matanya sudah berkaca-kaca, Christopher tidak kuasa menahan air matanya, kini mereka sedang dalam balutan kesedihan, tidak bisa bersatu karena keadaan, bahkan sudah sangat mustahil untuk bisa bersama.
Isabelle diam membisu,dia sudah tidak bisa berbuat apapun, cintanya tidak akan membawa pada pernikahan, cinta ini akan sirna, bahkan posisinya sudah tidak menguntungkan Isabelle. Dia akan terbuang dan terlupakan, karena semuanya sudah diambil alih oleh gadis bernama Licorice. Rasanya sesak dan perih, lukanya begitu dalam hingga akan sulit untuk pulih kembali.
"Aku tahu pangeran ...aku tahu,tapi kita sudah tidak bisa berbuat apapun untuk ini, kita tidak akan bisa bersama pangeran, meski kita saling mencintai."Isabelle sudah tidak kuat, harapannya sudah luruh, seperti air matanya dan semuanya sudah hilang dari dirinya.
"Akan aku usahakan Isabelle demi cinta kita....jika ayah tetap tidak merestui hubunganku denganmu, aku akan kabur membawamu keluar dari kerajaan, kita akan hidup bersama selamanya, tanpa ada hukum,tanpa ada keterpaksaan dan tanpa ada rasa sakit, kita berdua akan hidup tenang Isabelle, dan membangun keluarga kecil kita." Christopher akan melakukan apapun untuk orang yang dia cintai,bagaimanapun caranya.
"Tidak bisa begitu pangeran.... ini adalah perintah dari raja langsung, kita tidak bisa membantahnya." Isabelle tidak bisa menentang raja, karena itu sudah jadi keputusan mutlaknya.
"Tidak Isabelle aku akan tetap bersamamu, meski nantinya aku menikahi wanita itu, aku tidak akan berpaling darimu....aku tidak akan pernah peduli dengannya, meskipun nantinya dia menjadi istriku." tekad Christopher sudah bulat, dia tidak akan peduli dengan statusnya yang nantinya akan menjadi suaminya.
"Tapi pangeran-
"Sttttttt..." Telunjuk Christopher menyentuh bibir indah Isabelle.
"Sudah jangan katakan apapun lagi Isabelle, sudah cukup, aku tidak mau kamu mengatakan hal sedih lagi, ingat aku akan bersamamu, kita akan selalu bersama, aku mencintaimu."Isabelle tersenyum meski hatinya sesak, tapi dia senang karena pangeran Christopher masih memiliki perasaan yang kuat terhadapnya, dia tidak akan khawatir jika pangeran Christopher akan mencintai wanita itu.
Christopher membawa Isabelle dalam pelukannya, dia benar-benar tidak bisa kehilangan gadisnya, dia akan lakukan apapun meski dia harus melawan raja. Isabelle mengeratkan pelukannya, ada senyum terukir indah di bibirnya.
"Aku tidak akan tinggal diam, siapapun akan menderita jika merebut apa yang seharusnya menjadi milikku, aku tidak peduli dengan gelar yang kau punya putri, aku yang akan menang." ketidakterimaan hatinya membuat dia ingin melihat derita dari wanita yang nantinya akan menjadi istri dari pangeran pujaannya.
Christopher melepaskan pelukannya, kini tangannya sudah menyentuh bibir milik Isabelle, lalu mendekatkan tubuhnya dengan Isabelle, hingga membuat tubuh mereka berdekatan, Christopher menyentuh pinggang Isabelle, tanpa basa-basi dia mencium bibir Isabelle lembut, Isabelle tidak menolaknya, bahkan menerimanya dengan senang hati, akhirnya dia menjadi wanita yang pertama, yang menikmati ciuman pangeran dambaan setiap kaum hawa.
Dideru oleh angin malam yang semilir, suasana ditaman belakang istana sangat sepi, membuat keduanya terbawa suasana menikmati alunan binatang malam,dengan cahaya rembulan yang menyinari, membuat keduanya tidak ingin menyelesaikannya dengan cepat. Isabelle mulai membalasnya, mereka saling memberi rasa dalam setiap pagutan, cinta yang tidak bisa bersatu membuat mereka tidak ingin melepas.
Dari kejauhan terlihat seseorang memperhatikan keduanya, matanya membelalak sempurna melihat keduanya saling bertautan, ada rasa kesal saat keduanya melakukan hal memalukan itu dihadapannya. Sejak tadi dia memperhatikan perdebatan mereka hingga akhir, dia mendengarnya dengan jelas pembicaraan mereka berdua.
"Sial... apa-apaan mereka berdua, jika aku membeberkan ini maka akan turun martabat raja, jika pangeran Christopher melakukan hal memalukan sebelum keberangkatan ke kerajaan Zelda, sungguh aku kasihan pada putri yang dijodohkan dengannya." batinnya menatap tidak suka pada adik yang berbeda ibu dengannya, ya dia adalah pangeran Mikhail putra pertama dari istri kedua raja Philip.
Dia memang suka menyendiri di taman belakang kerajaan, untuk menikmati malam indah, Mikhail sangat menyukai keheningan, dan setiap malam memang dia selalu berada disini untuk sekedar menenangkan pikirannya yang terlalu rumit.
"Dasar laki-laki brengsek..... " umpatnya lalu beranjak pergi meninggalkan mereka yang sedang dimabuk asmara.
Christopher melepaskan ciumannya, nafas mereka memburu, ada senyum indah terpancar jelas di wajah mereka, ini adalah yang pertama bagi mereka. Isabelle seakan dibawa menuju keindahan yang sebenarnya, pangeran membuktikan jika Isabelle adalah wanitanya dengan ciuman panjang tadi.
"Aku mencintaimu Isabelle, itu tidak akan pernah berubah." mereka berpelukan kembali, menatap langit yang bergemelapan oleh cahaya bintang yang menyebar luas di langit malam.
"Aku juga pangeran, aku juga sangat mencintaimu."
☾ ⋆*・゚:⋆*・゚:⠀ *⋆.*:・゚ .: ⋆*・゚: .⋆
Di langit yang sama Licorice menatap kosong langit, pandangan wajah dengan luka hati yang amat dalam, dia berdiam diri di hamparan rumput dengan duduk bertumpu pada batu berukuran sedang. Mata zamrud nya terus memandang langit malam, semua terasa hampa saat ini.
"Akan ada apa lagi setelah ini? setelah semua yang ku lalui, apa yang akan terjadi kedepannya?." gumamnya, entah seperti apa masa depannya setelah menikah dengan pangeran Christopher, apa dia akan bahagia? atau hanya mendapatkan luka? dua kata berbeda makna,yang membuat Licorice takut menjalaninya.
"Ibunda aku harap kamu selalu memperhatikan ku dari atas sana, aku berharap ibunda selalu menemaniku." ada rasa yang sangat sulit untuk dia jelaskan saat ini, antara benci dan dengan keputusannya, dan juga membenci keputusan ayahnya.
Angin malam membawa ketenangan dalam kesunyian, buku di tangannya berkutik mengikuti arah angin, suara kertasnya membuat iramanya sendiri. Ada apa dengan Licorice, bahkan dia sudah tidak mampu mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya, sekarang dia sudah pasrah dengan semua yang dititah kan ayahnya sebagai raja.
Raja memang baik, tapi ada gurat kekesalan dan kekecewaan yang selalu dia tampakan saat Licorice menatapnya, mungkin karena masa lalu yang perih, yang membuat raja Benedict selalu menatap putrinya seperti itu,guratan itu sangatlah jelas terlihat seperti tinta yang tertulis pada lembaran kosong, dan pasti sangat sulit untuk menghapuskan nya.
"Aku titipkan ayahanda pada kalian ketiga kakakku, jagalah dia, jangan sampai kita kehilangan keindahan berlian lagi, cukup satu berlian saja yang hilang, kak aku mengharapkan penjagaan kalian bertiga pada ayahanda."
Waktu akan mengungkap segalanya, kebenaran akan terlihat ketika mereka menyadari kesalahan mereka, besok pagi Licorice akan dipertemukan oleh pangeran Christopher, dia akan melihat calon suaminya, dia akan melihat seperti apa pengeran yang dijodohkan dengannya itu, apakah dia bisa menerimanya meski dengan terpaksa? mungkin akan ada banyak badai yang menantinya, mungkin dunia telah menyuruhnya terus berjuang.
"Aku pasti akan menerima ini dengan kelapangan hati."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!