When I Meet You
"Aw, sakit."
Lontaran itu dilayangkan oleh seorang gadis, kala kepalanya mendadak dilempari oleh sebuah batu kerikil sebesar ibu jari kakinya oleh seorang anak jalanan yang usil.
Mulanya, gadis bernama lengkap Nayanika Zora Anjani itu sedang berjalan menyusuri jalanan kota yang setiap harinya kian padat. Beban berat yang ia pakai bahkan tak sama sekali membuat semangatnya menyusut. Hanya kepala boneka beruang yang ia jinjing setelah memakainya selama 5 menitan. Tentu saja dirinya merasa sesak jika memakai kostum badut tersebut lama-lama.
Merantau dengan harapan besar cita-citanya untuk menjadi seorang koki bisa tercapai, namun dia malah dihadapkan dengan kenyataan. Jika lulusan SMA sepertinya, pun dengan perekonomian yang sulit—membuatnya sulit untuk mencapai cita-cita.
Apalagi statusnya yang menjadi anak semata wayang yang hanya mempunyai seorang ibu, pun ditinggalkan sejak kecil oleh seorang ayah—membuat gadis yang akrab disapa dengan Naya tersebut harus pontang-panting mencari uang untuk kelangsungan hidupnya dan ibu di kampung.
Berbekal keyakinan dan tekad yang kuat, tiga bulan lalu Naya pergi ke Jakarta—tempat di mana banyak orang sukses di sana. Alih-alih bisa mencapai semua cita-citanya, Naya malah hanya bisa bekerja serabutan. Ya salah satunya menjadi badut pengamen seperti siang ini.
"Miris banget hidup gue, kapan gue bisa jadi orang kaya ya? Yang kepengen apa-apa itu gampang." Helaan nafas kasar terdengar lolos dari bibirnya, tidak menyangka jika kehidupan selalu membuatnya sulit sejak dulu.
"Gue kira di Jakarta bakal gampang cari uang, ternyata lebih susah," keluh gadis itu lagi.
"Mana hari ini gue sial banget lagi, kepala gue pasti benjol gara-gara tuh anak nakal." Naya meraba keningnya, dia mendesis kesakitan saat menekan luka di keningnya.
Di saat Naya kembali menyusuri jalanan, perutnya turut berbunyi meminta diisi. Lagi dan lagi Naya menghela nafas kasar, meratapi hidupnya yang malang ini. Sudah belum makan sejak pagi, mengamen pun baru mendapat uang sedikit, lalu kepalanya di lempar batu oleh anak yang usil. Sial, lengkap sudah penderitaannya hari ini.
"Gue mesti ngamen lagi buat beli makan," ucap gadis itu kembali memakai kepala beruang di kepalanya.
Kebetulan kendaraan-kendaraan sedang berhenti karena lampu merah, Naya sedikit berlari agar sampai ke jajaran mobil-mobil yang menunggu lampu hijau. Satu persatu Naya datangi mobil itu sambil memutar musik di speaker yang dibawanya, lalu badannya meliuk-liuk seolah mengikuti irama musik.
Ada beberapa pengendara mobil yang berbaik hati dengan memberinya uang recehan, pun ada pula yang enggan memberinya. Tapi Naya tetap bersyukur dengan hal itu. Hidup yang sulit seperti ini, tanpa sadar melatihnya untuk selalu menjadi orang yang sabar.
Saat gadis itu menghampiri sebuah mobil sedan hitam dengan merk terkenal yaitu Mercedes-Benz C-Class, yang ditaksir seharga hampir 1 Milyar rupiah itu—Naya membuka kepala beruangnya. Dia tertarik dengan kaca mobil mewah tersebut yang sangat terlihat mengkilap.
"Ini mobil pasti harganya mahal, kacanya aja sampai mengkilap begini." Naya seperti sedang mematut wajahnya di cermin, dia berlenggak-lenggok memperhatikan wajahnya yang terlihat dari kaca mobil tersebut.
Sedangkan seorang anak berusia 5 tahun yang ada di dalam mobil tersebut, memperhatikan kegiatan Naya dengan seulas senyum lebar. Bagaimana badut cantik itu bercermin di kaca mobilnya, bagaimana tangannya yang bergaya, semua itu terekam baik di memori ingatannya.
"Mama," celetuk anak di dalam mobil yang duduk di kursi belakang tersebut.
Sedangkan seseorang yang duduk di kursi samping kemudi, menoleh ke belakang saat puterinya menyerukan kata 'mama'.
"Kamu bilang apa, Nayra?" tanya seorang pria berusia 30 tahunan sambil menatap wajah puterinya.
"Tadi ada Mama, Pa."
"Mama?" Dahi pria berpakaian rapi dengan tuxedo hitam tersebut berkerut dalam. Lalu melirik supir yang sedang menatap jalanan di depan.
"Sepertinya Nona Nayra menyebut badut norak tadi dengan sebutan mama, Tuan," lapor sang supir.
"Badut?" tanya pria yang dipanggil 'tuan' tersebut. Dia tidak terlalu memperhatikan siapa yang melewati mobilnya.
"Ya, tadi ada badut beruang yang lagi bercermin di kaca belakang mobil ini."
Mendengar penjelasan supirnya, pria bernama lengkap Kaivan Pradipta itu meloloskan nafas kasar lalu kembali menatap puterinya yang duduk di belakang.
"Dia hanya badut, Sayang. Bukan mama kamu," ucapnya perlahan, karena takut membuat hati tuan puteri kecilnya sakit.
"Mukanya milip Mama, Pa." Suara cadel yang menggemaskan tersebut membuat Kaivan menarik satu sudut bibirnya ke atas. Dia tau, puterinya itu merindukan sosok ibu selayaknya anak yang lain. Jadi akan sangat wajar, jika memang anak itu melihat seorang perempuan dewasa lalu wajahnya agak mirip dengan ibunya—maka anak yang bernama lengkap Nayra Ishwari Pradipta tersebut akan memanggilnya dengan sebutan 'mama'.
"Yaudah, terserah Nayra mau sebut badut itu mama atau apa. Sekarang Nayra tidur aja ya, nanti kalau udah sampai di kantor—Papa bangunkan," ujar Kaivan menyuruh puterinya itu untuk tertidur selama perjalanan menuju kantor.
Sekali ia menyuruh, Nayra menurut. Namun adakalanya juga anak itu sedikit bebal, seperti sulit untuk minum obat dan sulit membatasi waktu bermainnya.
Melihat bagaimana gadis kecil itu mulai terpejam dengan helaan nafas yang mulai teratur, Kaivan kembali tersenyum. Dia bersyukur Tuhan memberikannya anugerah dalam bentuk Nayra, meski dia harus bersusah payah untuk menjaga puteri kecilnya itu.
Saat usia Nayra 3 tahun, seorang Dokter memvonisnya mengidap
Systemic Lupus Eritrematosus atau lupus. Lupus sendiri adalah sebuah penyakit autoimun sistemik dengan tanda dan gejala klinis yang luas. Penyakit ini ditandai dengan peradangan (inflamasi) yang luas pada pembuluh darah dan jaringan tubuh yang sifatnya episodik (hilang timbul). Penyebab lupus sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun kombinasi faktor genetik dan lingkungan yang paling banyak diduga sebagai penyebab terjadinya penyakit ini.
"Ya, halo!" Saat memandangi wajah damai Nayra, ponsel milik Kaivan berbunyi nyaring. Dengan segera pria itu menjawab panggilan teleponnya.
"Kumpulkan data-datanya di mejaku, hari ini juga akan kucoba untuk membacanya. Mudah-mudahan ada yang cocok dengan kriteria yang kuinginkan."
"Oke, sebentar lagi aku akan sampai di kantor."
Kaivan kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celana, usai ia menjawab telepon dari sekretaris pribadinya.
Melihat Kaivan selesai berbicara di telepon, sang supir berusia 40 tahunan itu bertanya. "Tuan masih mencari pengasuh untuk Non Nayra?"
"Ya, Pak Maman. Pengasuh Nayra yang kemarin, mengaku tidak sanggup merawat Nayra. Saya terkadang selalu heran, jika Nayra bersama saya—anak itu terlihat penurut. Tapi kenapa jika bersama pengasuh, dia selalu bertingkah." Pasalnya, pencarian pengasuh ini bukan sekali dua kali dilakukan. Kaivan sendiri sudah sering berganti-ganti pengasuh untuk Nayra. Yang paling lama bertahan hanya selama satu bulan. Selebihnya, mereka memilih keluar hanya hitungan hari.
"Mungkin yang dibutuhkan Non Nayra itu bukan pengasuh, tapi seorang ibu." Mendapati ucapan supirnya, Kaivan merasa tersindir keras.
"Saya belum memikirkan untuk menikah lagi, Pak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
salken thor... let's read! 😊💪
2023-11-11
0
SUKARDI HULU
Jangan lupa mampir kk y, like, follow dan beri hadiah y❣️🫰🙏
2023-09-28
0
Asri Irwansyah
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
2023-09-15
2