Kayla
Aku Kayla, usiaku tepat 17 tahun saat lulus sekolah SMA nanti, tahun ini adalah tahun terakhirku di sekolah menengah atas tepatnya di SMA 85 jakarta. aku tinggal di panti asuhan sejak aku baru di lahirkan, aku di taruh di dalam dus mie yang hanya beralaskan kain dan tubuh kecilku hanya ditutupi dengan kain tipis, begitulah cerita ibu Vivi pengurus panti setelah aku dewasa dan menanyakan kenapa aku ada di panti.
Di panti asuhan yang bernama sinar kasih ibu aku yang tertua, adikku semua berjumlah 10 orang masih sangat kecil ada yang berumur mulai dari 3 tahun sampai SMP kelas 1, aku sebagai yang tertua membantu ibu panti memandikan adikku yang masih kecil dan memasak sarapan karena pengurus di panti hanya ada ibu Vivi kimhua yang usianya 40 tahun dan ibu panti Bu Zaskia yang usianya lebih muda yaitu 35 tahun.
Ibu Zaskia sudah sibuk mencari donatur dan mencari uang bekerja di salah satu bank masih di jakarta, ibu Zaskia lah yang selama ini bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami di panti mulai dari makanan, sekolah dan kebutuhan lainnya.
Aku sejak kelas 2 SMA membantu bunda kia, begitulah panggilan sayangku ke ibu angkatku yaitu ibu Zaskia, aku bekerja part time di cafe kecil yang tak jauh dari panti asuhan, aku bekerja setelah pulang sekolah sekitar jam 2 siang sampai jam 9 malam setelah beres kerja aku biasa di jemput oleh pak Unang yang suka bantu di panti asuhan, pa unang bertugas membersihkan kebun dan mengantar dan menjemput bunda kia.
Kulirik jam di kamarku sudah jam 4 pagi, aku segera bangun dari kasur dan berjalan jinjit karena takut akan mengganggu adikku yang masih tertidur, 1 kamar kami berisi 5 orang anak, kamar kedua 3 orang anak, sisanya masih balita yang berumur 2 dan 3 tahun mereka berdua tidur bersama bunda kia.
Aku berjalan menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri, setelah itu aku ke dapur membantu bunda Vivi memasak sarapan untuk adik kecil kita.
"Pagi bund, bikin sarapan apa.?" Sapaku ke bunda Vivi yang sedang sibuk mengiris bawang putih.
"Eh kayla, udah mandi ya, wanginya kecium sampe dapur hehe" ledek bunda Vivi menyenggol pinggangku
"ah bunda bisa aja, mana sini aku aja yang iris bawang"
"Ga usah iris bawang nanti kamu bau, kamu harus sekolah mending kamu bikin nasi goreng aja udah disiapin semua bahannya di sana" jelas bunda Vivi menunjuk menggunakan bibirnya ke samping.
"Siap bund"
Kami berdua sibuk dengan tugas kami seperti biasa memasak sarapan untuk 1 panti, setelah memasak beres aku kembali ke kamar membangunkan adik ku yang akan ke sekolah, Adit kelas 1 SMP, Mayang SD kelas 6, Rendi 4 SD dan Bara kelas 2 SMP.
Setelah adik sekamar sudah bangun semua, aku pindah ke kamar kedua membangunkan Rian kelas kelas 4 SD, Rian dan Rendi kembar tapi dipisah kamarnya karena sering bertengkar, lalu sukma yang jelas 5 SD dan terakhir Meita yang kelas 3 SD.
Untungnya adikku sudah terbiasa bangun pagi jadi tidak sulit membangunkan mereka semua, mereka pun antri dengan tertib di rumah panti kami sudah tersedia 2 kamar mandi jadi kalau antri tidak banyak memakan banyak waktu, setelah mereka semua mandi aku menyusun piring dan menyiapkan sarapan untuk semua adikku.
Kami semua sarapan bersama bunda kia, bunda Vivi, dan juga tak ketinggalan pa unang, setelah kami sarapan aku membantu bunda kia mencuci piring sedangkan bunda Vivi membantu adik kecil kami yang masih balita untuk mandi dan sarapan.
Setelah kita semua pamit sama bunda Vivi, para adik kecil kami yang masih SD di anter pa unang menggunakan mobil Avanza milik kia yang sudah rubah menjadi milik panti, tak ketinggalan bunda kia ikut mengantarkan karena bunda kia harus bekerja.
Aku bareng adikku Adit dan bara yang sudah SMP, kebetulan SMP dan SMA kami bersebelahan.
"Ka, nanti pulang sekolah Kakak langsung pergi kerja atau pulang dulu" tanya Adit saat kami berjalan kaki menuju sekolah.
Sekolah aku dan adikku yang masih SMP agak jauh dari jalan raya, butuh jalan kaki sedikit untuk masuk ke dalam sekolah.
"Kayanya langsung dit, sayang ongkosnya kalau pulang dulu" jawabku singkat
"Maaf ya ka, kami belum bisa bantu Kakak cari uang" sambung bara sedikit menunduk kepalanya
"Udah kalian berdua belajar aja yang, rajin yang pintar, bentar lagi Kakak lulus kalian ga usah kerja doain Kakak aja biar sehat" jawabku penuh semangat memegang tangan Adit dan bara yang ada di samping kanan dan kiri.
"Pasti ka" jawab mereda berdua kompak, setelah melihat kedua adikku masuk gerbang sekolah kini giliran aku masuk ke gerbang sekolah.
Setelah melewati gerbang seseorang memukul pundakku dan menaruh tangannya di atas pundakku akupun melihat arah tangan tersebut ternyataku lestari.
"Woilah bareng lagi kita pagi ini" sapanya padaku dengan menunjukkan wajah berseri dan senyuman manisnya.
"Iyaloh hampir tiap pagi kita bareng, sampe bosen gue barang Lo terus" jawabku singkat sedikit tertawa
"Sial Lo"
Kita berdua jalan menuju kelas yang berada di lantai 3. Sekolahku cukup besar ada 3 Lantai, bercat hijau lapangan yang ada di tengah sekolah dan di sekelilingnya di isi oleh kelas. Kelas 1 berada di lantai kelas 2 ada di lantai 2 dan kelas 3 di lantai 3.
Kita berdua berjalan menuju kelas dan menaiki tangga sekolah, aku dan lestari ada di kelas 3A kita berdua sejak kelas 1 sudah sekelas dan entah kenapa kita selalu 1 kelas hanya bedanya kita nasib.
Sahabatku lestari hidupnya lebih beruntung dibanding aku, orangtuanya lengkap dan sukses hanya kekurangannya karena kedua orang tua nya yang sibuk bekerja sehingga dia sedikit kesepian.
Langkahku terhenti karena lestari alias tari panggilan singkatku mengehentikan langkahku memasuki kelas
"Berhenti dulu, lihat ke ujung pojok sana tepat di depan kelas 3D"
Aku mengarahkan mataku ke arah yang dimaksud tari, mataku berhenti terpaku pada seseorang cowok memakai jaket hitam badannya kekar tinggi rambutnya hitam tubuhnya di sandarkan di tembok tangannya sibuk memainkan ponsel.
Tiba-tiba tari mengibaskan tanganya di depan wajahku dan membuatku kaget.
"Biasa aja donk ngeliatinnya, sampe bengong kesambet baru tau rasa loh" ledek tari padaku yang memang mataku terlalu fokus melihat Fadil.
Fadil adalah cowok yang aku suka sejak aku masuk SMA ini, aku sudah menyukainya sejak pertama kali melihatnya, entah apa yang membuatku sangat menyukainya masih sangat teringat jelas pertama kali aku melihatnya saat masih MOS (masa orientasi siswa).
Saat itu aku dihukum karena tidak melengkapi atribut yang disuruh oleh kakak kelasku, Fadil yang mungkin kasihan melihatku di hukum, masih ingat saat itu aku di jemur di tengah lapangan tiba - tiba dia menghampiriku dan memberikan topinya kepadaku berkat topi yang dia berikan padaku aku tidak kepanasan selama di jemur 2 jam.
Tapi sayangnya aku tidak berani mengembalikan topinya, ternyata dia terkenal dengan siswa yang dingin tidak banyak bicara, mendengar gosip yang beredar membuat nyaliku ciut sehingga aku hanya berani mengaguminya secara diam tanpa ada yang tahu kecuali lestari aku tidak bisa menyembunyikan apapun darinya.
Tari menarik tanganku memasuki kelas karena bel sudah berbunyi tanda pelajaran segera dimulai, pak Budi memasuki kelas pelajaran pertama dimulai setelah mengucapkan salam pa Budi mulai mengabsen kelas kami.
"Sudah semua yah, hadir semua hari ini ayo keluarkan PR matematika halaman 15 nomor 1 sampai 10 kita bahas bersama"
Tari menyikut pelan tanganku, aku tersenyum jahil kemarin dia tidak masuk karena bolos jadi aku sedikit mengerjainya, aku bilang 1 sampai 20.
Kulihat wajah tari, matanya melotot bibirnya manyun aku hanya tersenyum melihat ekspresi tari yang menurutku lucu, "Sialan Lo ngerjain gue" bisiknya di kupingku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
𝑱𝑨𝑬 𝑯𝑾𝑨"
1 mawar mendarat, semoga menambah semangat up. /Good//Good/
2023-12-21
1