Aku Kayla, usiaku tepat 17 tahun saat lulus sekolah SMA nanti, tahun ini adalah tahun terakhirku di sekolah menengah atas tepatnya di SMA 85 jakarta. aku tinggal di panti asuhan sejak aku baru di lahirkan, aku di taruh di dalam dus mie yang hanya beralaskan kain dan tubuh kecilku hanya ditutupi dengan kain tipis, begitulah cerita ibu Vivi pengurus panti setelah aku dewasa dan menanyakan kenapa aku ada di panti.
Di panti asuhan yang bernama sinar kasih ibu aku yang tertua, adikku semua berjumlah 10 orang masih sangat kecil ada yang berumur mulai dari 3 tahun sampai SMP kelas 1, aku sebagai yang tertua membantu ibu panti memandikan adikku yang masih kecil dan memasak sarapan karena pengurus di panti hanya ada ibu Vivi kimhua yang usianya 40 tahun dan ibu panti Bu Zaskia yang usianya lebih muda yaitu 35 tahun.
Ibu Zaskia sudah sibuk mencari donatur dan mencari uang bekerja di salah satu bank masih di jakarta, ibu Zaskia lah yang selama ini bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami di panti mulai dari makanan, sekolah dan kebutuhan lainnya.
Aku sejak kelas 2 SMA membantu bunda kia, begitulah panggilan sayangku ke ibu angkatku yaitu ibu Zaskia, aku bekerja part time di cafe kecil yang tak jauh dari panti asuhan, aku bekerja setelah pulang sekolah sekitar jam 2 siang sampai jam 9 malam setelah beres kerja aku biasa di jemput oleh pak Unang yang suka bantu di panti asuhan, pa unang bertugas membersihkan kebun dan mengantar dan menjemput bunda kia.
Kulirik jam di kamarku sudah jam 4 pagi, aku segera bangun dari kasur dan berjalan jinjit karena takut akan mengganggu adikku yang masih tertidur, 1 kamar kami berisi 5 orang anak, kamar kedua 3 orang anak, sisanya masih balita yang berumur 2 dan 3 tahun mereka berdua tidur bersama bunda kia.
Aku berjalan menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri, setelah itu aku ke dapur membantu bunda Vivi memasak sarapan untuk adik kecil kita.
"Pagi bund, bikin sarapan apa.?" Sapaku ke bunda Vivi yang sedang sibuk mengiris bawang putih.
"Eh kayla, udah mandi ya, wanginya kecium sampe dapur hehe" ledek bunda Vivi menyenggol pinggangku
"ah bunda bisa aja, mana sini aku aja yang iris bawang"
"Ga usah iris bawang nanti kamu bau, kamu harus sekolah mending kamu bikin nasi goreng aja udah disiapin semua bahannya di sana" jelas bunda Vivi menunjuk menggunakan bibirnya ke samping.
"Siap bund"
Kami berdua sibuk dengan tugas kami seperti biasa memasak sarapan untuk 1 panti, setelah memasak beres aku kembali ke kamar membangunkan adik ku yang akan ke sekolah, Adit kelas 1 SMP, Mayang SD kelas 6, Rendi 4 SD dan Bara kelas 2 SMP.
Setelah adik sekamar sudah bangun semua, aku pindah ke kamar kedua membangunkan Rian kelas kelas 4 SD, Rian dan Rendi kembar tapi dipisah kamarnya karena sering bertengkar, lalu sukma yang jelas 5 SD dan terakhir Meita yang kelas 3 SD.
Untungnya adikku sudah terbiasa bangun pagi jadi tidak sulit membangunkan mereka semua, mereka pun antri dengan tertib di rumah panti kami sudah tersedia 2 kamar mandi jadi kalau antri tidak banyak memakan banyak waktu, setelah mereka semua mandi aku menyusun piring dan menyiapkan sarapan untuk semua adikku.
Kami semua sarapan bersama bunda kia, bunda Vivi, dan juga tak ketinggalan pa unang, setelah kami sarapan aku membantu bunda kia mencuci piring sedangkan bunda Vivi membantu adik kecil kami yang masih balita untuk mandi dan sarapan.
Setelah kita semua pamit sama bunda Vivi, para adik kecil kami yang masih SD di anter pa unang menggunakan mobil Avanza milik kia yang sudah rubah menjadi milik panti, tak ketinggalan bunda kia ikut mengantarkan karena bunda kia harus bekerja.
Aku bareng adikku Adit dan bara yang sudah SMP, kebetulan SMP dan SMA kami bersebelahan.
"Ka, nanti pulang sekolah Kakak langsung pergi kerja atau pulang dulu" tanya Adit saat kami berjalan kaki menuju sekolah.
Sekolah aku dan adikku yang masih SMP agak jauh dari jalan raya, butuh jalan kaki sedikit untuk masuk ke dalam sekolah.
"Kayanya langsung dit, sayang ongkosnya kalau pulang dulu" jawabku singkat
"Maaf ya ka, kami belum bisa bantu Kakak cari uang" sambung bara sedikit menunduk kepalanya
"Udah kalian berdua belajar aja yang, rajin yang pintar, bentar lagi Kakak lulus kalian ga usah kerja doain Kakak aja biar sehat" jawabku penuh semangat memegang tangan Adit dan bara yang ada di samping kanan dan kiri.
"Pasti ka" jawab mereda berdua kompak, setelah melihat kedua adikku masuk gerbang sekolah kini giliran aku masuk ke gerbang sekolah.
Setelah melewati gerbang seseorang memukul pundakku dan menaruh tangannya di atas pundakku akupun melihat arah tangan tersebut ternyataku lestari.
"Woilah bareng lagi kita pagi ini" sapanya padaku dengan menunjukkan wajah berseri dan senyuman manisnya.
"Iyaloh hampir tiap pagi kita bareng, sampe bosen gue barang Lo terus" jawabku singkat sedikit tertawa
"Sial Lo"
Kita berdua jalan menuju kelas yang berada di lantai 3. Sekolahku cukup besar ada 3 Lantai, bercat hijau lapangan yang ada di tengah sekolah dan di sekelilingnya di isi oleh kelas. Kelas 1 berada di lantai kelas 2 ada di lantai 2 dan kelas 3 di lantai 3.
Kita berdua berjalan menuju kelas dan menaiki tangga sekolah, aku dan lestari ada di kelas 3A kita berdua sejak kelas 1 sudah sekelas dan entah kenapa kita selalu 1 kelas hanya bedanya kita nasib.
Sahabatku lestari hidupnya lebih beruntung dibanding aku, orangtuanya lengkap dan sukses hanya kekurangannya karena kedua orang tua nya yang sibuk bekerja sehingga dia sedikit kesepian.
Langkahku terhenti karena lestari alias tari panggilan singkatku mengehentikan langkahku memasuki kelas
"Berhenti dulu, lihat ke ujung pojok sana tepat di depan kelas 3D"
Aku mengarahkan mataku ke arah yang dimaksud tari, mataku berhenti terpaku pada seseorang cowok memakai jaket hitam badannya kekar tinggi rambutnya hitam tubuhnya di sandarkan di tembok tangannya sibuk memainkan ponsel.
Tiba-tiba tari mengibaskan tanganya di depan wajahku dan membuatku kaget.
"Biasa aja donk ngeliatinnya, sampe bengong kesambet baru tau rasa loh" ledek tari padaku yang memang mataku terlalu fokus melihat Fadil.
Fadil adalah cowok yang aku suka sejak aku masuk SMA ini, aku sudah menyukainya sejak pertama kali melihatnya, entah apa yang membuatku sangat menyukainya masih sangat teringat jelas pertama kali aku melihatnya saat masih MOS (masa orientasi siswa).
Saat itu aku dihukum karena tidak melengkapi atribut yang disuruh oleh kakak kelasku, Fadil yang mungkin kasihan melihatku di hukum, masih ingat saat itu aku di jemur di tengah lapangan tiba - tiba dia menghampiriku dan memberikan topinya kepadaku berkat topi yang dia berikan padaku aku tidak kepanasan selama di jemur 2 jam.
Tapi sayangnya aku tidak berani mengembalikan topinya, ternyata dia terkenal dengan siswa yang dingin tidak banyak bicara, mendengar gosip yang beredar membuat nyaliku ciut sehingga aku hanya berani mengaguminya secara diam tanpa ada yang tahu kecuali lestari aku tidak bisa menyembunyikan apapun darinya.
Tari menarik tanganku memasuki kelas karena bel sudah berbunyi tanda pelajaran segera dimulai, pak Budi memasuki kelas pelajaran pertama dimulai setelah mengucapkan salam pa Budi mulai mengabsen kelas kami.
"Sudah semua yah, hadir semua hari ini ayo keluarkan PR matematika halaman 15 nomor 1 sampai 10 kita bahas bersama"
Tari menyikut pelan tanganku, aku tersenyum jahil kemarin dia tidak masuk karena bolos jadi aku sedikit mengerjainya, aku bilang 1 sampai 20.
Kulihat wajah tari, matanya melotot bibirnya manyun aku hanya tersenyum melihat ekspresi tari yang menurutku lucu, "Sialan Lo ngerjain gue" bisiknya di kupingku.
Aku menengok ke tari yang ada di sebelahku, dia terlihat sangat gusar kepala selalu menengok ke belakang kami, untuk melihat jam aku memanggilnya pelan "hey, sabar liat jam Mulu Lo bentar lagi juga bel pulang bunyi" kataku, tari melihat ke depan dia memastikan agar Bu Susi guru matematika tidak tahu kalau kita sedang mengobrol setelah dia memastikan Bu Susi aman tari berbisik pelan "gue ada janji sama ka adam mau nganter dia ke gramedia pulang sekolah"
Saat aku akan menjawab bel pulang berbunyi sangat nyaring, anak-anak yang ada di kelas teriak senang.
Setelah kami merapikan buku Bu Susi ijin keluar baru setelahnya di susul murid yang akan pulang sekolah, sebelum dia pergi tak lupa dia memoles bibirnya memakai liptint pink untuk menghilangkan kusam di wajahnya dia menepuk bedak tipis dan tak ketinggalan rambutnya yang hitam dia ikat bentuk kuncir kuda, setelah memastikan sudah semua dia mencium pipi kanan dan kiri ku "sorry ya kau gue duluan takut telat" katanya setelah itu dia pergi meninggalkanku di kelas sendiri.
Akupun berjalan menuruni tangga menuju lantai 1 lalu menyusuri koridor sekolah dan sampailah aku di gerbang sekolah, saat aku langkahkan kakiku seseorang menabrakku aku pun hampir jatuh ke depan untungnya aku masih bisa menahannya.
Ternyata dia adalah Fadil kami saling bertatap selama beberapa detik lalu dia meminta maaf dan berlalu pergi berjalan bercanda bersama dengan temannya.
Aku tersenyum iri melihatnya, ingin sekali rasanya aku bisa sedekat itu dengan Fadil sudah 3 tahun 1 sekolah tapi belum pernah sekalipun aku ngobrol atau sekedar say Hay padanya.
Aku melihat jam tangan yang ada di sebelah kiri, sudah jam 1 aku segera berjalan dengan cepat sudah waktunya bekerja di cafe holiday, aku bekerja di cafe holiday dari jam setengah 2 siang sampai jam 9 malam lumayan gaji yang kudapat bisa untuk ongkos sekolah dan juga untuk uang saku adikku sekolah.
Tepat jam 13.25 menit aku sampai di cafe di dalam cafe sudah ada Sisil, Aldi yang lebih dulu sampai mereka ada teman kerja di cafe selama seminggu ini aku ditemani oleh mereka Minggu depan akan ada pertukaran shift yang biasanya akan ganti partner dengan Pipit dan Zidan mereka semua sangat baik dan mereka sama masih sekolah SMA kelas 3 kecuali Zidan dan Dika mereka berdua sudah kuliah semester 4.
selama 2 tahun bersama mereka semua sudah seperti keluarga bagiku kami kadang cerita suka dan duka bersama dan Zidan dan Dika seperti Kakak bagiku mereka berdua sangat perhatian padaku.
"Hai sil, Aldi" sapaku ke mereka berdua yang sedang sibuk meracik kopi pesanan pelanggan, "ada yang bisa gue bantu ga?."tanyaku melihat mereka berdua yang sibuk.
"Lo jaga kasir dulu ya kay, biar gue yang bikin pesenan" jelas Aldi "oke" jawabku singkat yang langsung berdiri di depan mesin kasir.
Aku mengecek daftar yang di pesan, dan melihat total harga yang tertera di mesin kasir, seseorang menghampiriku aku tak melihat jelas orangnya, saat aku melihat orang nya ternyata dia adalah Fadil orang yang aku suka.
Aku terdiam kaget selama beberapa detik, dengan cepat aku menggelengkan kepala menyadarkan lamunanku.
"Iya ka ada yang bisa saya bantu" sapaku pelan dan memasang senyum seramah mungkin pada pelanggan seperti biasanya.
Fadil melihatku dia berbicara pelan, untuk pertama kalinya aku bisa mendengar suaranya dari dekat karena selama ini sulit sekali mendengar suaranya.
"Ini mbak saya mau tanya pesanan saya di meja nomor 10 masih lama ga ya? Tanyanya dengan sopan, aku menengok ke arah Aldi dan Sisil dia mengangkat jempol nya yang artinya pesanan sudah beres.
"Maaf ya ka, atas keterlambatan pesanan Kakak kami akan segera mengantar pesanan Kaka."
"Oke"jawabnya singkat dia pun kembali ke mejanya aku mengambil pesanan punya Fadil, dia pesan 2 ice cappucino, 1 milkshake coklat, 2 kentang goreng dan 1 pan pizza double cheese.
Dengan hati berdebar aku mengantarkan pesanan Fadil dan temannya saat akan sampai di meja Fadil aku menarik nafas 1 tarikan untuk menghilangkan rasa tegang.
"Maaf ya ka pesanan telat, saya ulang kembali ya pesanannya, 2 ice cappucino, 1 milkshake coklat, 2 kentang goreng ukuran medium, 1 pizza double cheese, sudah lengkap semua ya ka, selamat menikmati" kelasku pada Fadil dan 2 temannya.
Dari meja kasir aku sesekali curi pandang melihat Fadil yang sedang ngobrol bersama temannya, mereka semua cowok teman 1 kelasnya.
2 jam berlalu Fadil memanggilku, aku segera bergegas menghampirinya " iya ka ada yang bisa saya bantu" tanyaku " minta bill " jawab Fadil singkat dengan cepat aku print saat akan menyerahkannya ke meja Fadil, ternyata dia sudah ada di depanku dan menyerahkan uang 200 ribu totalnya 125rbu ka, kembali 75ribu tapi Fadil menolak uang kembaliannya " ga usah dikembaliin buat kamu aja tip" jawabnya dan segera berjalan meninggalkan meja kasir. Dengan sedikit berteriak aku berkata "terima kasih ka silahkan datang kembali". Dia hanya melambaikan tangannya tanpa menengok.
Aku tersenyum bahasa, "lumayan ada tip bisa dipakai untuk besok ongkos" batinku, Sisil menyenggol pinggangku pelan "Lo kenal dia ga?" Tanyanya
"Kenal dia teman 1 sekolah gue kita beda kelas, kenapa?" Tanyaku heran. " pantes dia ngeliatin ke arah kita ternyata kalian saling kenal" kata Sisil dia berlalu pergi, saat aku ingin kembali bertanya tapi pelanggan datang dia ingin bayar makanan yang tadi dia pesan.
Sudah jam 9 malam, aku menutup cafe dan mencatat pemasukan dan pengeluaran hari ini, tidak lupa menghitung uang kas setelah semua selesai kami bertiga pamit pulang ke bos, tak lama pak Unang datang menjemput setelah izin ke Sisil dan aldi aku meninggalkan mereka berdua.
Sesampainya di panti semua adikku sudah terlelap tidur memeluk gulingnya masing - masing, aku berjalan menuju kamar mandi badanku sangat lengket setelah seharian beraktifitas.
Begitu keluar dari kamar mandi bunda Zia menepuk pundakku pelan, "door baru pulang ya" aku bergerejat kaget mendengar bisikan bunda Zia "ih bunda aku kaget, untung buatin Tuhan ni jantung kalo buatan bunda pasti sudah hancur " ledekku kepada bunda Zia yang masih berdiri di belakangku.
"Udah makan belum"
Sudah bund, bunda Zia udah makan" tanyaku
"Udah tadi, ya udah bunda ke kamar duluan, kamu langsung tidur besok sekolah "
" iya bund" jawabku singkat.
Sudah seminggu berlalu, Aku melihat jam di dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 5 pagi, dengan gerakan cepat aku segera bangun dan berjalan cepat menuju dapur ternyata sudah ada bunda Vivi memasak untuk semua penghuni panti aku menghampiri bunda dan bertanya " bund maaf aku kesiangan" kataku pelan yang dengan cepat menggerakan tanganku mengambil alih tugas bunda Vivi yang sedang menggoreng ceplok telor.
"Udah ga usah, kamu mandi aja bersih-bersih jangan lupa bangunin adik kamu buat mandi terus sarapan yah" pinta bunda Vivi
"Baik bund, maaf ya bund" jawabku pelan yang masih merasa bersalah karena bangun telat.
" udah ga apa-apa" timpal bunda sambil mengusap pundakku lembut.
Www Aku segera berlari menuju kamar mandi utama dan tak lama aku membangunkan semua adikku untuk segera mandi dan aku membantu menyiapkan sarapan di meja makan.
Aku dan adikku pamit untuk segera berangkat ke sekolah, sesampainya di sekolah aku langsung masuk ke kelas dan mencoba membuka kembali buku pelajaran yang semalam aku baca untuk mengingat.
Karena hari ini ada ujian akhir sekolah, aku harus mendapatkan nilai bagus agar dapat beasiswa untuk masuk universitas favorit setelah beberapa hari sebelumnya ujian nasional.
Aku memasuki kelas dengan mata yang terfokus pada buku yang aku pegang tanpa sadar aku menjatuhkan name tag yang bertuliskan namaku yang disangkutkan pada tas gendong.
Tak lama bel masuk berbunyi tanda ujian akan segera dimulai, aku memasukan kembali semua buku yang aku baca pada tas.
Ujian hari pertama selesai aku menghembuskan nafas pelan lega rasanya aku bisa menyelesaikan ujian aku yakin ujian hari pertama mendapatkan nilai yang bagus.
Sisil memelukku dari belakang "hei gimana ujian Lo, bisa ga?" Tanyanya padaku tanpa melepaskan tangannya di pundakku
"Bisa sil, gue yakin nilainya bagus" jawabku bangga
"Sip kita ke mol yuk" ajak Sisil melepas tangannya dari pundakku
"Ga bisa gue harus kerja, maaf ya" jawabku dengan nada sedikit sedih
" santai,,, ya udah gue balik ya kau byeee" pamit Sisil meninggalkanku dia pergi bersama teman kelas kami yang lainnya.
Aku melangkah kakiku meninggalkan sekolah berjalan menaiki angkot menuju cafe holiday, saat akan masuk ke kafe lewat pintu belakang karena kondisi kafe siang ini sangat ramai.
Aku ganti seragam sekolahku dan memakai seragam cafe yang berwarna hitam, celana hitam tak lupa topi hitam dan bertuliskan holiday berwarna putih.
Saat aku hendak memakai name tag ternyata tak ada berkali - kali aku mengecek tas sekolah tapi tak menemukannya.
Aku memutuskan nanti saja di cari lagi, aku segera berjalan menuju kafe yang sudah antri dengan pelanggan.
"Sorry gue telat lagi" ucapku pada Pipit yang ada di sampingku yang sedang membuat Thai tea pesanan pelanggan.
Aku berjalan menuju dapur untuk membuat cemilan yang sudah ada list antrian pesanan, sedangkan di kasir sudah ada ka Zidan yang jaga.
Dengan gerakan cepat aku membuat pesanan pelanggan hingga akhirnya pesanan sudah selesai semua, aku Zidan dan Pipit bisa beristirahat sebentar.
Zidan dari ujung kursi kasir memperhatikan aku dengan seksama, dan akhirnya dia menanyakan padaku dimana name taqku. Aku menjawab mungkin terjatuh di sekolah.
"Ya udah nanti pesen lagi aja, lain kali hati-hati kay," tegur Pipit
"Permisi" suara cowok datang menghampiri kami yang sedang duduk di belakang kursi kasir.
Zidan bangun dari kursinya dan menyapa pelanggan kami yang mungkin akan membayar pesanannya.
"Ada yang bisa saya bantu ka" tanya Zidan
"Saya meja nomor 5 mau bayar"
"Baik ka 1 porsi cireng isi, 1 porsi tahu walik dan 2 avocado coffee, totalnya 85rb ka"
Pelanggan tersebut menyerahkan uang 100ribu Zidan menyerahkan uang kembalian, sehabis itu cowok tersebut memberikan name tag yang bertuliskan nama Kayla yang sedari tadi dia simpan didalam tasnya.
Zidan kaget dia menatap name tag yang diserahkan cowok berjaket coklat kemudian menatap cowok tersebut berulang kali.
"Titip buat Kayla tadi jatuh di depan kelasnya" ucap cowok tersebut dan dia berlalu pergi meninggalkan kafe.
Zidan belum sempat mengucapkan terima kasih tapi dia sudah berlalu pergi, Zidan memanggil Kayla yang ada di dapur.
*Kay,, Kayla" teriak Zidan lembut
Kayla berjalan cepat ke meja kasir yang dijaga oleh Zidan.
"Iya ka" jawab Kayla sambil mengusap tangannya yang basah ke celemek berwarna coklat yang dia pakai.
"Ini name tag Lo" ucap Zidan menyerahkan name tag yang bertuliskan namaku.
"Loh kok ada di Kaka" kataku dengan nada sedikit tinggi karena kaget.
"Bukan ada di gue, tadi ada cowok kesini kata dia, nama tag Lo jatuh di depan kelas"
Aku melihat ke jendela dan berjalan cepat untuk melihat siapa yang sudah mengantarkan name tag punyaku, sayangnya saat aku berlari dia sudah naik motor sport berwarna biru dan putih dan meninggalkan cafe.
"Dia anak teman sekolahku tapi siapa" batinku sambil menatap motor yang semakin jauh pergi meninggalkan kafe.
Aku kembali masuk ke dalam kafe dengan rasa penasaran siapa dia, siapa cowok itu, dia tau aku kerja disini? Pertanyaan itu berputar - putar di kepalaku.
Sampai ka Zidan menepuk pundakku pelan saat aku sedang menggoreng kentang pesanan pelanggan, "awas Angus fokus dong ah"
Aku yang kaget langsung melihat kentang yang tadi aku goreng, aku menghembuskan nafas pelan untunglah kentangnya tidak gosong.
"Mikirin apa sih kay, cowok yang tadi kesini ya" tanya ka zidan
"Hehe iya ka"
"Dia tuh pelanggan kita kay, seiring loh dia kesini nongkrong sama temennya kadang sendiri juga, masa Lo ga enggeh si"
"Nggak ka, aku jarang di depan mungkin pas aku lagi di dapur ya"
"Mungkin, udah ah yu kerja lagi fokus kay" jawab ka Zidan
Aku mulai kembali fokus bekerja karena sudah sore kafe mulai ramai banyak pelanggan yang datang untuk sekedar melepas penat setelah seharian bekerja, atau sekedar kumpul sebelum pulang kerumah.
Sudah waktunya pulang kerja, malam ini aku diantar ka Zidan, karena kami searah sepanjang jalan ka Zidan mengajakku mengobrol dia memberiku semangat mungkin karena dia tahu aku yatim piatu dan harus kerja untuk mencukupi biaya sekolah aku dan adikku di panti ka Zidan sudah seperti kakak kandungku dia sangat perhatian dan sering membantuku.
Aku masih ingat dengan jelas ka Zidan dulunya adalah seniorku di SMA dia kelas 3 dan aku kelas 2 kami tak sengaja bertemu saat ada rapat OSIS dan kamis sering terlibat kalau ada acara sekolah itulah kenapa aku dekat dengan ka Zidan, dan aku tak sengaja bercerita keadaanku yang sedang membutuhkan uang untuk ongkos sekolah aku dan adikku di panti.
Kebetulan kak Zidan punya cafe dan aku di ajak kerja bareng di cafenya, dari situ lah aku bisa kerja di cafe holiday dan bertemu dengan teman baru yang sangat baik padaku.
Sesampainya kami di depan panti ka Zidan langsung izin pamit pulang, aku masuk ke dalam ternyata adikku sudah tidur. Aku menuju dapur untuk minum ternyata ada bunda kia masih terjaga dia sedang duduk di meja makan tapi bukan makan melainkan sedang mengetik di laptopnya.
"Bund kok belum tidur?" Tanyaku pada bunda kia
"Kamu udah pulang, udah makan belum?" Bunda kia balik bertanya padaku menghentikan ngetiknya di laptop dan memandangku
"Udah kok bund, bunda masih kerja kenapa ga istirahat?" Tanyaku khawatir dan duduk di depan bunda kia
" bentar lagi selesai kok, kamu mandi terus istirahat ya besok masih ujian kan?"
"Iya bund, yaudah aku duluan ya." Ucapku pada bunda kia dan bangun meninggalkan bunda kia yang masih mengetik di laptopnya.
Sebelum masuk ke kamar aku menengok kembali ke bunda kia, aku merasa bersalah karena belum bisa membantu bunda meringankan bebannya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan panti karena dana dari para donatur belum mencukupi kebutuhan panti.
Aku menghembuskan nafas dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku setelahnya baru belajar sebentar untuk ujian besok.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!