Seperti biasa aku melakukan rutinitas pagiku, setelah semua selesai aku bergegas menggendong tas punggungku, dan berjalan bersama kedua adikku menuju sekolah kami.
Sesampainya di sekolah aku segera masuk ke kelas dan kembali mengulang pelajaran yang semalam sudah ku baca untuk kembali mengingat.
Tanpa sengaja aku menoleh ke arah pintu masuk yang ada didepanku.
ternyata ada Fadil berdiri didepan kelasku bersama dengan temannya sedangkan dia sedang fokus memainkan ponselnya dan temannya bercanda satu sama lain. Fadil menyandarkan badannya pada tembok ia hari ini memakai jaket berwarna biru gelap.
Melihatnya ada di depanku membuat aku yang sedang belajar menjadi tidak fokus mata yang sedari tadi menatap buku kini beralih terus melihat ke Fadil. Aku menggelengkan kepalaku dan mencoba kembali fokus belajar untuk ujianku tapi sesekali aku kembali mencoba melirik Fadil tapi sialnya kali ini aku ketahuan.
Mata kami saling bertatap aku yang kaget membuang wajahku, kembali menatap buku yang ada di depanku aku malu, tak lama Bel sekolah berbunyi sangat nyaring semua anak yang tadi istirahat di luar kelas mulai kembali masuk ke kelasnya masing-masing untuk ujian mata pelajaran kedua.
Aku merapikan bukuku dan ku masukan ke dalam tas dan mataku kembali melirik ke arah dimana tadi ada Fadil berdiri, aku melihat satu persatu temannya berjalan menuju kelas dan yang terakhir Fadil dia memasukan ponselnya ke dalam sakunya dan matanya melirik ke arahku dan dia tersenyum ke arahku.
Aku yang kaget melihat dia tersenyum ke arahku, aku reflek menengok ke belakang takutnya dia senyum ke yang lain tapi ternyata tidak, semua temanku sedang ngobrol dengan teman sebelahnya.
Aku yang kaget langsung tersipu malu dan menunduk kemudian melirik ke arah Fadil berjalan ke ke belakang kelas mataku mengekor melihat dia berjalan masuk ke kelasnya.
Hatiku berdebar kencang karena kejadian sederhana yang baru saja terjadi, aku memegang dadaku karena gugupnya, akhirnya pengawas ujian masuk ke kelas dan ujian akhir sekolah jari kedua dimulai aku memukul kedua pipiku pelan untuk kembali fokus pada ujian dan melupakan kejadian tadi.
Sebelum bel sekolah berbunyi aku sudah selesai mengerjakan semua soal ujian, aku bersyukur karena ternyata semua soal yang diberikan aku berhasil mengisinya dengan mudah, tak sia - sia hasil semalam aku belajar ternyata keluar semua.
Dengan langkah kaki penuh semangat aku berjalan menuju tempat kerja ku, aku menaiki angkutan umum sesampainya di kafe ka Zidan sudah menyambutku semangat berdiri depan pintu kafe, "pagi Kay" sapa kan Zidan sambil membukakan pintu dan menyuruhku masuk."
Sambil tersenyum manis aku masuk dan mengucapkan "terima kasih ka"
"Gimana ujian lancar Kay?"
"Lancar ka" jawabku sambil menaruh tasku di loker dan mengambil seragam kerja "ka aku izin ke toilet ya mau ganti baju " sambungku sambil menggoyangkan baju yang sedang aku pegang.
Ka Zidan mengangguk pelan dan mempersilahkan aku untuk mengganti pakaian.
Setelah berganti pakaian aku langsung dapur memeriksa apakah ada pesanan masuk yang harus kusiapkan yang ternyata masih sepi belum ada pengunjung kafe yang datang.
Aku bersama ka Zidan dan Pipit duduk di kursi yang ada di belakang meja kasir, kami asyik mengobrol tak lama pintu kafe terbuka yang artinya ada pengunjung kafe masuk.
Dengan sigap ka zidan bangun dari duduknya dan menyapa pelanggan yang datang, aku dan Pipit langsung berlari ke dapur untuk mempersiapkan pesanan.
Kami bertiga mulai sibuk karena sudah jam makan siang banyak pelanggan mulai berdatangan dari kalangan mahasiswa yang ingin melepas penat setelah kuliah dan juga ada mahasiswa yang hanya nongkrong sambil menunggu jam mata kuliah selanjutnya.
Karena memang letak kafe dekat dengan kampus, sesekali aku merapikan meja yang sudah ditinggalkan pelanggan.
Aku bisa lihat di melalui sudut mataku ada seseorang dari jauh memperhatikan aku, tapi saat aku melirik ke arah orang tersebut membuang mukanya sehingga aku tidak bisa melihat jelas wajahnya.
Tak terasa waktu berjalan cepat hari sudah malam dan aku bersiap untuk pulang, kebetulan hari ini aku pulang lebih awal jam 7 aku izin pulang ke Zidan karena badanku sakit semua.
"Ka maaf aku izin pulang lebih awal hari ini, boleh?" Tanyaku sopan pada ka Zidan yang sedang sibuk mengutak Atik mesin kasir.
"Boleh aja kau, kamu kenapa tumben"
"Aku kurang enak badan ka" jawabku singkat, ka Zidan Langsung menoleh ke arahku dan menatapku
"Iya juga sih, kamu pucet ya udah pulang aja sekarang udah malem ini kamu bisa pulang sendiri atau mau di anter" tawar ka Zidan yang masih menatapku
"Sendiri aja ka masih kuat kok, Deket ini" jelasku pada ka Zidan.
Ka Zidan mengangguk dan memberi izin padaku untuk pulang, aku segera ke dapur mencuci sedikit piring kotor dan merapikan barang dan izin pamit pada ka Zidan dan Pipit.
Aku berjalan menuju jalan, lalu menunggu angkutan umum yang akan melewati panti asuhan tempat tinggalku.
10 menit berlalu belum ada tanda - tanda kalau angkutan umum yang berwarna biru akan lewat, aku sudah mulai pusing dan tanganku terus memijat kepalaku yang sakit dan perutku yang sakit perih dan mual.
Tiba-tiba saja ada mobil pajero putih berhenti di depanku, ia menurunkan jendelanya dan aku melirik ke dalam mobil tersebut.
Begitu terkejutnya aku ternyata yang ada di dalam mobil tersebut ada Fadil, dia yang mengendarai mobil tersebut.
"Kamu Kayla kan, anak kelas 3a" sapa Fadil kepadaku.
Aku yang hanya bisa diam, mataku melotot kecil dan mulutku terbuka sedikit.
"Eh iyaa" jawabku terbata
"Ayo masuk gue anter sekalian gue juga mau pulang, udah malem juga, Lo mau nunggu angkot sampe kapan ga ada ada yang lewat" Fadil berteriak padaku karena kondisi jalanan ramai dengan pengendara motor sehingga suaranya tak terdengar jelas.
Aku sempat ragu beberapa saat aku takut karena ini pertama kalinya dalam hidupku menaiki mobil mewah dan lagi bersama orang yang sangat aku sukai.
Fadil kembali berteriak dan membuyarkan lamunanku
"Ayo cepet kay"
Aku akhirnya ikut dan masuk ke dalam mobil Fadil, di sepanjang jalan aku tidak bisa berkutik tubuhku membeku dan lidahku beku tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun karena gugupnya.
Aku sama sekali tak menyangka akan 1 mobil dengan Fadil dan lagi selama kami 1 sekolahan Fadil dan aku tidak pernah saling menyapa hanya aku yang sesekali curi pandang melihatnya dan kagum karena selain dia pintar juga tampan.
"Lo bisa arahin ke mana rumah Lo ga Kay" tanya Fadil kepadaku yang membuat tubuhku tersentak kaget.
"Ikutin jalan ini aja, lampu merah belok kiri ga jauh dari situ ada panti aku tinggal disitu" jelasku pada Fadil sambil menujuk ke arah depan.
"Oke, Lo mau ke dokter dulu ga gue anter muka Lo pucet banget" tawar Fadil sambil melihat ke wajahku.
"Ga usah terimakasih, nanti sampe dirumah tinggal di kerik aja terus minum tolak angin sembuh" kataku pada Fadil sambil tersenyum.
Fadil hanya diam dan menggoyangan kepalanya terlihat dari mimik wajahnya yang bingung dengan jawabanku.
Fadil kembali fokus menyetir dan tak lama aku sampai di panti tempat tinggalku, sebelum aku turun dari mobil aku menengok ke Fadil yang sedang sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya.
"Makasih ya udah mau anter, aku duluan" sapaku pada Fadil, saat aku membuka pintu mobil tiba-tiba Fadil menahan tanganku untuk jangan dulu turun dari mobil.
Aku kaget reflek melihat tangannya yang putih bersih menyentuh tanganku, Fadil menyerahkan kantong coklat dan menaruhnya di atas tanganku
" ini apa" tanyaku heran
" obat cepet sembuh Kay, besok ujian kita yang terakhir Lo harus sehat biar kita bisa lulus bareng -bareng" jelas Fadil sambil tersenyum.
Wajahku terasa panas, hatiku berdebar kencang setelah mendapat perlakuan yang sangat baik dari Fadil.
Aku tersenyum malu dan mengucapkan perlahan "thanks" lalu aku turun dari mobil dan menutup pintu mobil Fadil.
Fadil membunyikan klakson mobilnya dan pergi meninggalkan panti, aku langsung berjalan masuk dengan wajah masih panas dan memerah entah mimpi apa aku semalam sampai hari ini aku bisa pulang di anter Fadil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments