Setelah mobil Fadil meninggalkan panti, aku segera memasuki ruangan, di dalam ruangan suasana sudah begitu tenang dan gelap, anak-anak ternyata sudah tertidur pulas.
Dengan hati-hati, aku melangkah melewati anak-anak yang tertidur dengan tenang di panti asuhan. Langkahku mengarah ke kamar, tempat aku meletakkan tas yang sudah setia menemaniku sepanjang hari. Setelah melepas beban di pundakku, aku melangkah menuju kamar mandi, siap untuk melepaskan lelah seharian yang panjang di luar sana. Air mulai mengalir, dan dalam keremangan kamar mandi, aku mulai membersihkan diriku dengan perasaan lega. Kesendirian dan ketenangan panti asuhan, memberiku waktu untuk merenung dan bersiap untuk istirahat.
Setelah mandi, aku pergi ke meja belajar kecil yang ada di sudut kamar. Aku ingin membaca buku sedikit, karena besok adalah hari ke-5 ujian akhir sekolah. Kamar sudah gelap, tapi aku menyalakan lampu meja belajar untuk menerangi ruangan. Kemudian aku duduk dengan nyaman di kursi.
Meskipun sudah larut malam dan aku mulai merasa lelah setelah seharian bekerja dan sekolah tapi aku harus tetap fokus pada buku yang sedang aku baca.
Saat mata semakin mengantuk dan tak tertahan aku menutup buku dan merapikan meja belajar. Setelah itu, aku mematikan lampu meja belajar dan bersiap untuk tidur dan berharap dapat tidur nyenyak agar bisa bangun segar dan siap menghadapi ujian besok.
Saat aku hampir tertidur, mataku tertuju pada sebuah kantong plastik yang berisi obat yang Fadil baru saja beli. Sebuah senyuman bahagia terulur di wajahku, lalu aku segera mengambil dan meminum obat tersebut.
"Dil, terima kasih. Aku nggak nyangka kita bisa berbicara hari ini," gumamku sambil tersenyum.
Ketika aku terbangun, aku mendengar suara lembut dan merasakan tangan yang halus menyentuh pipiku dengan perlahan. Aku membuka kedua mataku dan melihat adik kecil yang berusia 3 tahun yang bernama Surya. dengan penuh kasih sayang Surya memberikan ciuman di pipiku.
Aku memeluk adik kecil tersebut dengan penuh kasih sayang dan mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah membangunkanku. Melihat jam di dinding, aku melihat bahwa sudah pukul 5 pagi. Aku menggendong adik kecil yang kucintai, dengan segenap hatiku, dan membawanya ke kasur lantai yang ada di ruang tengah.
Setelah meletakkan adik kecil dengan lembut di kasur, aku meminta bara yang sudah menginjak kelas 1 SMP untuk menjaga adik kecil kami Surya selama aku mandi.
Setelah selesai mandi, aku keluar dari kamar mandi seketika terkejut melihat ibu Zaskia sudah selesai membuat sarapan untuk semua anak-anak di panti. Aku merasa tidak enak karena selama dua hari terakhir aku tidak bisa membantu ibu Zaskia dalam mempersiapkan sarapan untuk anak-anak panti.
Dengan perasaan bersalah, aku mendekati ibu Zaskia,
"Bund, aku ingin minta maaf. karena selama dua hari terakhir aku tidak membantu bunda membuat sarapan untuk anak-anak" kataku dengan nada penuh penyesalan.
Bunda Zaskia berhenti sejenak dan tersenyum "Kayla, kamu tidak perlu merasa bersalah. Bunda tahu kamu sedang ujian akhir dan juga harus bekerja, ga apa-apa sayang."
"Kamu sarapan terus berangkat sekolah semangat ujiannya ya kay" sambung bunda Zaskia menyemangatiku dengan senyuman yang sangat manis.
Aku tersenyum bahagia mendengar kata-kata semangat dari Bunda Zaskia. "Terima kasih, Bunda. Aku berangkat sekarang ya dan berusaha sebaik mungkin nanti saat ujian," ujarku sambil bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
"Iya nak" kata bunda sambil mengelus rambutku.
***
Sesampainya di sekolah, aku dengan cepat mengamati sekeliling, mencari tanda-tanda kehadiran Fadil. Namun, sayangnya, tidak ada tanda-tanda dia di dekat area parkir atau halaman sekolah. Aku merasa sedikit khawatir karena biasanya dia selalu tiba lebih awal.
"Hmm, di mana ya Fadil? Biasanya dia sudah ada di sini pagi-pagi" gumamku lalu naik ke tangga menuju lantai 3 sambil Mengalihkan pandangan ke tangga.
Tiba-tiba, ketika aku hampir sampai di lantai 2, ada seseorang yang tiba-tiba menepuk pundakku. Aku terkejut dan berbalik untuk melihat siapa yang melakukan itu, dan mataku bertemu dengan Fadil yang tersenyum ceria dan menyapaku.
"Hai, Kay, gimana obatnya? Udah diminum? Mendingan ga?" tanyanya sambil berjalan di sampingku.
"Sudah, thanks ya, Dil," jawabku sambil malu-malu. Senyum lebar terukir di wajahku karena perhatian dari seseorang yang aku yaitu Fadil.
"Lo harus jaga kesehatan, Kay. Lo kerja harus kerja juga, ingat Kay, ujian kita tinggal 2 hari lagi. Jangan lupa minum vitamin ya, semangat Kay," katanya sambil tersenyum. Dia kemudian masuk ke kelasnya.
Aku mengangguk dan tersenyum balik. "Iya, thanks Dil." Lalu Kami berpisah dan aku berjalan menuju kelas, dengan jantung yang berdebar. Entah kenapa, Fadil dan aku semakin dekat.
Ketika aku tiba di kelas, aku duduk di mejaku sambil menunggu bel masuk. Aku mencoba membuka buku pelajaran untuk mengingat kembali materi yang telah aku pelajari semalam. Namun, entah mengapa, pikiranku tiba-tiba teringat pada sikap manis Fadil kemarin dan apa yang baru saja terjadi. Mengingatnya membuat wajahku tersipu malu. Aku kemudian menampar lembut kedua pipiku dan mencoc,,c,cmnnbnnnbv88vm8v87nvnnnb untuk menuju tempat kerja. Langkahku, terhenti tiba-tiba, di tengah perjalanan, seseorang dengan suara bass memanggil namaku.
Aku berhenti sejenak, menoleh ke sekitar mencari sumber suara yang memanggilku. Sorot mataku mencari-cari, dan akhirnya, aku melihat seorang pria yang berdiri di depan gerbang sekolah berjalan menuju ke arahku dengan senyuman misterius.
Dengan hati yang berdebar-debar, aku berdiri di tempat, menunggu dengan rasa penasaran yang memuncak. Fadil semakin mendekat, dan akhirnya berdiri di depanku dengan senyuman manis yang selalu membuat hatiku berdegup lebih kencang. Ia mengambil tanganku dengan lembut dan meletakkan sebuah bungkusan berwarna pink di atasnya.
Nnn
Kaget, aku segera menoleh ke arah bungkusan itu, mataku terpaku pada bungkusan misterius itu, lalu bertanya dengan heran, "Ini apa, Dil?"
Fadil tersenyum misterius, lalu berkata, "diminum yah kay, gue duluan, bye." Tanpa menunggu reaksiku, dia pergi, meninggalkanku yang masih berdiri mematung, memegang bungkusan misterius itu, dan menatap dengan penasaran bungkusan itu.
Setelah memasukkan bungkusan pink itu ke dalam ransel, aku bergegas pergi menuju Cafe Holiday dengan naik angkutan umum. Setibanya di sana, aku memasuki kafe melalui pintu belakang, menjauh dari pandangan pengunjung cafe.
Setelah berganti pakaian dan menaruh seragamku ke dalam tas, mataku tertuju pada bungkusan pink yang tadi Fadil berikan. Penuh rasa penasaran, aku membukanya perlahan. Dan yang kudapati di dalamnya adalah berbagai macam jenis vitamin.
Melihat isi bungkusan tersebut membuatku tersipu malu dan senang karena Fadil ternyata sangat perhatian padaku.
Aku segera meminum vitamin-vitamin yang Fadil berikan dan kemudian bergegas ke dapur kafe untuk menyiapkan pesanan para pelanggan yang semakin banyak datang. Dengan semangat dan energi tambahan dari vitamin tersebut
"Lo udah sehat, Kay?" sapanya Ka Zidan dari belakangku saat aku sedang menggoreng kentang.
Ketika aku sedang sibuk menggoreng kentang, suara Zidan tiba-tiba memecah kesibukanku. Aku terkejut dan menjawab, "Ya ampun!! Ka, kaget aku. Udah dong, aku udah sehat. Kemarin langsung istirahat."
Zidan tersenyum dan menjawab "Nanti, kalau sakit, langsung pulang aja. Lo tinggal wa gue, boss Lo baik banget, ga akan marah-marah." Dia tertawa kecil.
Aku menjawab dengan ragu, "Hehe, aku gak punya ponsel, Ka."
Dia terlihat merasa tidak enak dengan jawaban yang aku berikan, lalu berkata, "Ya udah, pake ponsel siapa aja deh." Dia kemudian menepuk pundakku dan kembali ke meja kasir.
Dengan rasa heran aku menatap ka Zidan dan kembali fokus pada pekerjaanku. Aku melanjutkan menggoreng pesanan pelanggan dan menyerahkannya kepada Pipit untuk diantarkan kepada para pelanggan yang menikmati hidangan di cafe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments