Melodi Perpisahan: Lagu Terakhir
Nadira Oktavia adalah seorang gadis muda yang tinggal dalam keluarga kaya dan dikenal karena kecerdasannya yang luar biasa. Dia bisa memahami semua pelajaran dengan mudah dan menjadi murid teladan di sekolahnya. Namun, ada satu hal yang selalu menghantui Nadira: dia tidak bisa bermain piano.
Ibunya, seorang pianis terkenal yang pernah memenangkan banyak trofi, sangat sombong dan arogan. Dia menuntut Nadira untuk menguasai instrumen tersebut, berharap putrinya akan mengikuti jejaknya. Setiap hari, setelah pulang sekolah, Nadira diharuskan untuk mengikuti pelajaran piano yang intensif. Namun, meskipun usahanya, Nadira merasa sulit untuk menguasai alat musik tersebut.
Suatu hari, ketika Nadira sedang berlatih piano, ibunya masuk ke ruangan dengan wajah dingin. "Nadira, kamu harus lebih fokus. Aku tidak bisa menerima kegagalan dalam keluarga ini, apalagi dalam hal bermain piano," ujarnya dengan tegas.
Nadira menundukkan kepalanya, merasa tertekan oleh harapan dan sikap ibunya. "Saya mencoba yang terbaik, Bu," jawab Nadira dengan suara lembut.
Ibunya menghela napas, "Kamu harus berhasil, Nadira. Jangan biarkan warisan keluarga ini tercoreng oleh ketidakmampuanmu."
Minggu demi minggu berlalu, dan tekanan dari ibunya terus meningkat. Nadira menghabiskan berjam-jam setiap hari berlatih piano, tetapi dia merasa seolah-olah dia tidak membuat kemajuan. Dia mulai meragukan dirinya sendiri dan kemampuannya untuk memenuhi harapan ibunya.
Sementara itu, di sekolah, Nadira mencoba untuk menjalani kehidupan normal sebagai seorang remaja. Dia bergaul dengan teman-temannya, mengerjakan tugas sekolah, dan bahkan bergabung dengan klub sastra. Namun, bayangan piano dan harapan ibunya selalu menghantui pikirannya.
Keesokan harinya, Nadira bertemu dengan seorang teman baru di sekolah, Moona. Moona adalah seorang gadis yang ceria dan berbakat dalam seni. Mereka menjadi teman dekat, dan Nadira mulai bercerita tentang masalahnya dengan piano dan sikap ibunya.
Moona menghibur Nadira dan memberinya dukungan. "Jangan khawatir, Nadira. Saya yakin kamu akan bisa bermain piano suatu hari nanti. Mungkin kamu hanya perlu mencari cara yang berbeda untuk belajar. Dan ingat, kamu lebih dari sekadar bayangan trofi ibumu."
Dorongan Moona membuat Nadira merasa lebih baik, dan dia mulai mencari cara baru untuk menguasai piano. Dengan bantuan Moona, Nadira mulai menggali lebih dalam tentang musik dan menemukan metode belajar yang lebih sesuai dengan gaya belajarnya.
Suatu sore, setelah sekolah, Moona mengajak Nadira ke sebuah toko musik kecil di pusat kota. Di sana, mereka menemukan buku-buku tentang teori musik, komposisi, dan teknik bermain piano. Moona menyarankan Nadira untuk membeli beberapa buku tersebut dan mencoba pendekatan yang berbeda dalam belajar piano.
Nadira ragu-ragu pada awalnya, tetapi dia akhirnya setuju untuk mencoba saran Moona. Dia membawa pulang buku-buku itu dan mulai mempelajari mereka dengan tekun. Nadira menemukan bahwa dengan memahami teori musik dan teknik yang berbeda, dia bisa bermain piano dengan lebih baik daripada sebelumnya.
Namun, meskipun kemajuannya, Nadira masih merasa tertekan oleh harapan ibunya. Dia merasa bahwa tidak peduli seberapa keras dia mencoba, dia tidak akan pernah bisa memenuhi harapan ibunya.
Suatu malam, setelah berjam-jam berlatih piano, Nadira merasa sangat lelah dan frustrasi. Dia merasa seolah-olah dia tidak akan pernah bisa memenuhi harapan ibunya. Dalam keputusasaan, dia menutup piano dan melarikan diri ke kamarnya.
Di kamarnya, Nadira merenung tentang hidupnya. Dia merasa terjebak dalam bayangan ibunya dan tekanan untuk menjadi pianis terkenal. Dia merasa seolah-olah dia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengejar impian dan minatnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments