BAB 03 Sayap Kebebasan

Suatu hari, Moona mengajak Nadira ke sebuah pameran seni di kota. Di sana, mereka melihat berbagai karya seni yang indah dan inspiratif. Nadira terpesona oleh lukisan, patung, dan karya seni lainnya, dan dia mulai merasa terinspirasi untuk menciptakan sesuatu sendiri. Setiap lukisan yang dipajang membuat Nadira merasa suatu emosi yang kuat melalui lukisan. Dia bisa memahami lukisan tersebut dan membuatnya tersentuh.

"Aku akan mencari impianku sendiri suatu hari nanti, semoga saya tidak ada sesuatu yang buruk terjadi hingga saat itu".

Entah kenapa Batin Nadira mulai merasa cemas, dia merasakan akan ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Dia terlarut dalam emosinya hingga Moona mengagetkannya.

"Kamu baik-baik saja? Awas nanti kerasukan setan". Canda Moona dengan tersenyum geli. Mereka mulai tertawa dan berkeliling di pameran seni sambil melihat lihat lukisan yang bagus dan indah.

Setelah mengunjungi pameran seni, Nadira mulai mencoba berbagai bentuk ekspresi artistik. Dia mengambil kelas melukis, mempelajari fotografi, dan bahkan mencoba tari. Nadira merasa seolah-olah dia telah menemukan sayap kebebasannya, dan dia merasa sangat bahagia.

Sementara itu, ibunya mulai melihat perubahan dalam Nadira. Dia melihat betapa putrinya telah berkembang dan menjadi seorang gadis yang bahagia dan percaya diri. Ibunya merasa bangga dan lega karena telah memberi Nadira kebebasan untuk mengejar impian dan minatnya sendiri.

Suatu sore, setelah pulang dari kelas melukis, Nadira menemukan ibunya duduk di ruang tamu, menatap trofi-trofi piano yang telah dia menangkan selama bertahun-tahun. Nadira duduk di samping ibunya, dan mereka mulai berbicara tentang masa lalu dan masa depan.

"Ibu bangga padamu, Nadira," kata ibunya, "Kamu telah menemukan jalanmu sendiri dan menjadi gadis yang luar biasa."

Nadira tersenyum, merasa hangat dan bahagia. "Terima kasih, Bu. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa dukungan ibu."

Ibunya menggenggam tangannya, "Aku akan selalu mendukungmu, Nadira. Apapun yang kamu pilih untuk dilakukan dalam hidup, Aku akan ada di sampingmu."

Setelah hening beberapa saat dengan kebersamaan mereka, Evelyn, ibu Nadira mulai angkat bicara karena matanya terus tertuju pada trofi-trofi miliknya.

"Trofi ini bagaikan mahkota ibu, lambang dari kehidupan ibu, ini adalah bentuk usaha keras, keringat, dan dedikasi tinggi ibu terhadap piano". Nadira yang mendengarkan ucapan ibunya langsung tersenyum pilu betapa dia menghancurkan impian besar ibunya.

"Pasti ibu sangat berusaha keras untuk memenangkan semua ini, ini adalah mahkota ibu dan aku malah menghancurkannya". Kata Nadira merasa sedih, dia sedih karena tidak bisa menjadi apa yang ibunya mau dan dia merasa bahwa jika trofi itu adalah mahkota ibunya maka dia dengan tak sengaja menghancurkannya.

Dari hari itu, Nadira merasa lebih kuat dan lebih percaya diri daripada sebelumnya. Dia tahu bahwa dia memiliki dukungan ibunya dan teman-temannya, dan dia merasa siap untuk menghadapi dunia dan mengejar impian-impian terbesarnya.

Dan dihari itu, Nadira juga bertekad untuk terus mengasah bakatnya di bidang piano. Dia tak ingin menghancurkan harapan besar ibunya pada dirinya. Nadira akan terus bermain piano sebagai rutinitasnya tetapi dia juga akan melakukan beberapa kegiatan ekskul di sekolahnya.

Hidup Nadira tampaknya berjalan dengan baik. Dia mengejar minatnya dalam lukis dan seni, dan hubungannya dengan ibunya membaik. Namun, tragedi tiba-tiba menimpa keluarga mereka. Tragedi yang tak pernah terpikirkan sama sekali oleh mereka .

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!