NovelToon NovelToon

Melodi Perpisahan: Lagu Terakhir

BAB 01 Bayangan Trofi

Nadira Oktavia adalah seorang gadis muda yang tinggal dalam keluarga kaya dan dikenal karena kecerdasannya yang luar biasa. Dia bisa memahami semua pelajaran dengan mudah dan menjadi murid teladan di sekolahnya. Namun, ada satu hal yang selalu menghantui Nadira: dia tidak bisa bermain piano.

Ibunya, seorang pianis terkenal yang pernah memenangkan banyak trofi, sangat sombong dan arogan. Dia menuntut Nadira untuk menguasai instrumen tersebut, berharap putrinya akan mengikuti jejaknya. Setiap hari, setelah pulang sekolah, Nadira diharuskan untuk mengikuti pelajaran piano yang intensif. Namun, meskipun usahanya, Nadira merasa sulit untuk menguasai alat musik tersebut.

Suatu hari, ketika Nadira sedang berlatih piano, ibunya masuk ke ruangan dengan wajah dingin. "Nadira, kamu harus lebih fokus. Aku tidak bisa menerima kegagalan dalam keluarga ini, apalagi dalam hal bermain piano," ujarnya dengan tegas.

Nadira menundukkan kepalanya, merasa tertekan oleh harapan dan sikap ibunya. "Saya mencoba yang terbaik, Bu," jawab Nadira dengan suara lembut.

Ibunya menghela napas, "Kamu harus berhasil, Nadira. Jangan biarkan warisan keluarga ini tercoreng oleh ketidakmampuanmu."

Minggu demi minggu berlalu, dan tekanan dari ibunya terus meningkat. Nadira menghabiskan berjam-jam setiap hari berlatih piano, tetapi dia merasa seolah-olah dia tidak membuat kemajuan. Dia mulai meragukan dirinya sendiri dan kemampuannya untuk memenuhi harapan ibunya.

Sementara itu, di sekolah, Nadira mencoba untuk menjalani kehidupan normal sebagai seorang remaja. Dia bergaul dengan teman-temannya, mengerjakan tugas sekolah, dan bahkan bergabung dengan klub sastra. Namun, bayangan piano dan harapan ibunya selalu menghantui pikirannya.

Keesokan harinya, Nadira bertemu dengan seorang teman baru di sekolah, Moona. Moona adalah seorang gadis yang ceria dan berbakat dalam seni. Mereka menjadi teman dekat, dan Nadira mulai bercerita tentang masalahnya dengan piano dan sikap ibunya.

Moona menghibur Nadira dan memberinya dukungan. "Jangan khawatir, Nadira. Saya yakin kamu akan bisa bermain piano suatu hari nanti. Mungkin kamu hanya perlu mencari cara yang berbeda untuk belajar. Dan ingat, kamu lebih dari sekadar bayangan trofi ibumu."

Dorongan Moona membuat Nadira merasa lebih baik, dan dia mulai mencari cara baru untuk menguasai piano. Dengan bantuan Moona, Nadira mulai menggali lebih dalam tentang musik dan menemukan metode belajar yang lebih sesuai dengan gaya belajarnya.

Suatu sore, setelah sekolah, Moona mengajak Nadira ke sebuah toko musik kecil di pusat kota. Di sana, mereka menemukan buku-buku tentang teori musik, komposisi, dan teknik bermain piano. Moona menyarankan Nadira untuk membeli beberapa buku tersebut dan mencoba pendekatan yang berbeda dalam belajar piano.

Nadira ragu-ragu pada awalnya, tetapi dia akhirnya setuju untuk mencoba saran Moona. Dia membawa pulang buku-buku itu dan mulai mempelajari mereka dengan tekun. Nadira menemukan bahwa dengan memahami teori musik dan teknik yang berbeda, dia bisa bermain piano dengan lebih baik daripada sebelumnya.

Namun, meskipun kemajuannya, Nadira masih merasa tertekan oleh harapan ibunya. Dia merasa bahwa tidak peduli seberapa keras dia mencoba, dia tidak akan pernah bisa memenuhi harapan ibunya.

Suatu malam, setelah berjam-jam berlatih piano, Nadira merasa sangat lelah dan frustrasi. Dia merasa seolah-olah dia tidak akan pernah bisa memenuhi harapan ibunya. Dalam keputusasaan, dia menutup piano dan melarikan diri ke kamarnya.

Di kamarnya, Nadira merenung tentang hidupnya. Dia merasa terjebak dalam bayangan ibunya dan tekanan untuk menjadi pianis terkenal. Dia merasa seolah-olah dia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengejar impian dan minatnya sendiri.

BAB 02 Melodi Hati

Keesokan harinya, Nadira bertemu dengan Moona di sekolah. Dia bercerita tentang frustrasinya dan ketakutannya kepada Moona. Moona mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan dukungan dan nasihat yang dia butuhkan.

"Nadira, kamu harus berbicara dengan ibumu," kata Moona, "Kamu harus memberi tahu dia tentang perasaanmu dan harapanmu."

"Aku hanya perlu membiasakan diri, ibuku adalah seorang pianis terkenal lalu bagaimana mungkin jika aku tidak mengikuti jejak ibuku" jawab Nadira.

Nadira merasa ragu. Dia takut bahwa ibunya tidak akan mengerti atau menerima perasaannya. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak bisa terus hidup dalam bayangan ibunya.

"Andai saja aku mempunyai cukup banyak keberanian untuk mengatakan itu, setidaknya aku perlu mengeluarkan isi hatiku pada ibu walaupun bagaimana tanggapannya setelah mendengar ini".

"Selama kamu baik-baik saja, jangan memaksakan dirimu", kata Moona, "Jadilah dirimu sendiri, karena kamu paling bersinar saat menjadi dirimu sendiri" Ucapan Moona berhasil mengambil dan menyentuh hati Nadira.

Minggu berikutnya, Nadira memutuskan untuk mengambil langkah berani. Dia meminta ibunya untuk duduk dan berbicara, dan dia mengungkapkan perasaannya dan keinginannya untuk mengejar minatnya sendiri.

"Bu...Aku tidak bisa bermain piano seperti ibu dan aku juga tidak suka bermain piano, bisakah aku berhenti melakukan semua ini", kata Nadira dengan menundukkan kepalanya, "Aku akan mencari impianku sendiri dan ibu selalu saja menuntut ku untuk bermain piano dan menjadi seorang pianis seperti yang ibu lakukan". Suara Nadira terdengar sedikit gemetaran. Namun, demi meluruskan kesalahan ini dia harus mengambil langkah berani.

Ibunya terkejut pada awalnya dan tidak tahu bagaimana harus merespons. Namun, setelah beberapa saat, ibunya Nadira mencoba memahami keadaan Nadira juga yang merasa tertekan oleh dirinya.

"Saya minta maaf, Nadira," kata ibunya, "Saya hanya ingin yang terbaik untukmu. Tapi saya sadar sekarang bahwa saya harus membiarkanmu mengejar impianmu sendiri."

Dengan pengakuan dan permintaan maaf ibunya, Nadira merasa lega. Dia merasa seolah-olah beban besar telah diangkat dari bahunya, dan dia merasa lebih bebas untuk mengejar impian dan minatnya sendiri.

"Apa ini tidak apa-apa, apa kata semua orang jika anak seorang Evelyn sang pemenang trofi tidak meneruskan bakat seperti ibunya?" Tanya Nadira dengan sendu melihat sang ibu.

Ibunya nampak kaget karena Nadira bertanya seperti itu, selama ini Evelyn mengira bahwa Nadira, anaknya adalah gadis yang suka belajar piano dan bermalas malasan. Tapi dia baru menyadari betapa Nadira sangat memikirkan omongan orang luar soal keluarganya.

Ibu Nadira menghembuskan nafas panjangnya dan berkata, "Ibu tidak tahu bahwa kamu juga sangat memikirkan perkataan orang luar yang membicarakan keluarga kita, sekarang kamu boleh berhenti bermain piano dan mencari impianmu sendiri" Evelyn menatap anaknya penuh kasih sayang dan melanjutkan ucapannya, "Ibu tidak akan memaksamu lagi".

"Terimakasih ibu, aku tahu ibu adalah ibu yang terbaik di dunia". Nadira memeluk ibunya bahagia karena terlepas dari bayangan trofi sang ibu.

Nadira memutuskan untuk terus belajar piano, tetapi dia juga memutuskan untuk mengejar minatnya dalam melukis. Dia bergabung dengan klub melukis di sekolahnya dan mulai membuat lukisannya sendiri.

Nadira dan Moona menjadi lebih dekat, dan mereka sering menghabiskan waktu bersama di luar sekolah. Mereka berbagi impian, harapan, dan ketakutan mereka, dan mereka saling mendukung dalam mengejar tujuan mereka.

BAB 03 Sayap Kebebasan

Suatu hari, Moona mengajak Nadira ke sebuah pameran seni di kota. Di sana, mereka melihat berbagai karya seni yang indah dan inspiratif. Nadira terpesona oleh lukisan, patung, dan karya seni lainnya, dan dia mulai merasa terinspirasi untuk menciptakan sesuatu sendiri. Setiap lukisan yang dipajang membuat Nadira merasa suatu emosi yang kuat melalui lukisan. Dia bisa memahami lukisan tersebut dan membuatnya tersentuh.

"Aku akan mencari impianku sendiri suatu hari nanti, semoga saya tidak ada sesuatu yang buruk terjadi hingga saat itu".

Entah kenapa Batin Nadira mulai merasa cemas, dia merasakan akan ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Dia terlarut dalam emosinya hingga Moona mengagetkannya.

"Kamu baik-baik saja? Awas nanti kerasukan setan". Canda Moona dengan tersenyum geli. Mereka mulai tertawa dan berkeliling di pameran seni sambil melihat lihat lukisan yang bagus dan indah.

Setelah mengunjungi pameran seni, Nadira mulai mencoba berbagai bentuk ekspresi artistik. Dia mengambil kelas melukis, mempelajari fotografi, dan bahkan mencoba tari. Nadira merasa seolah-olah dia telah menemukan sayap kebebasannya, dan dia merasa sangat bahagia.

Sementara itu, ibunya mulai melihat perubahan dalam Nadira. Dia melihat betapa putrinya telah berkembang dan menjadi seorang gadis yang bahagia dan percaya diri. Ibunya merasa bangga dan lega karena telah memberi Nadira kebebasan untuk mengejar impian dan minatnya sendiri.

Suatu sore, setelah pulang dari kelas melukis, Nadira menemukan ibunya duduk di ruang tamu, menatap trofi-trofi piano yang telah dia menangkan selama bertahun-tahun. Nadira duduk di samping ibunya, dan mereka mulai berbicara tentang masa lalu dan masa depan.

"Ibu bangga padamu, Nadira," kata ibunya, "Kamu telah menemukan jalanmu sendiri dan menjadi gadis yang luar biasa."

Nadira tersenyum, merasa hangat dan bahagia. "Terima kasih, Bu. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa dukungan ibu."

Ibunya menggenggam tangannya, "Aku akan selalu mendukungmu, Nadira. Apapun yang kamu pilih untuk dilakukan dalam hidup, Aku akan ada di sampingmu."

Setelah hening beberapa saat dengan kebersamaan mereka, Evelyn, ibu Nadira mulai angkat bicara karena matanya terus tertuju pada trofi-trofi miliknya.

"Trofi ini bagaikan mahkota ibu, lambang dari kehidupan ibu, ini adalah bentuk usaha keras, keringat, dan dedikasi tinggi ibu terhadap piano". Nadira yang mendengarkan ucapan ibunya langsung tersenyum pilu betapa dia menghancurkan impian besar ibunya.

"Pasti ibu sangat berusaha keras untuk memenangkan semua ini, ini adalah mahkota ibu dan aku malah menghancurkannya". Kata Nadira merasa sedih, dia sedih karena tidak bisa menjadi apa yang ibunya mau dan dia merasa bahwa jika trofi itu adalah mahkota ibunya maka dia dengan tak sengaja menghancurkannya.

Dari hari itu, Nadira merasa lebih kuat dan lebih percaya diri daripada sebelumnya. Dia tahu bahwa dia memiliki dukungan ibunya dan teman-temannya, dan dia merasa siap untuk menghadapi dunia dan mengejar impian-impian terbesarnya.

Dan dihari itu, Nadira juga bertekad untuk terus mengasah bakatnya di bidang piano. Dia tak ingin menghancurkan harapan besar ibunya pada dirinya. Nadira akan terus bermain piano sebagai rutinitasnya tetapi dia juga akan melakukan beberapa kegiatan ekskul di sekolahnya.

Hidup Nadira tampaknya berjalan dengan baik. Dia mengejar minatnya dalam lukis dan seni, dan hubungannya dengan ibunya membaik. Namun, tragedi tiba-tiba menimpa keluarga mereka. Tragedi yang tak pernah terpikirkan sama sekali oleh mereka .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!