BAB 02 Melodi Hati

Keesokan harinya, Nadira bertemu dengan Moona di sekolah. Dia bercerita tentang frustrasinya dan ketakutannya kepada Moona. Moona mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan dukungan dan nasihat yang dia butuhkan.

"Nadira, kamu harus berbicara dengan ibumu," kata Moona, "Kamu harus memberi tahu dia tentang perasaanmu dan harapanmu."

"Aku hanya perlu membiasakan diri, ibuku adalah seorang pianis terkenal lalu bagaimana mungkin jika aku tidak mengikuti jejak ibuku" jawab Nadira.

Nadira merasa ragu. Dia takut bahwa ibunya tidak akan mengerti atau menerima perasaannya. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak bisa terus hidup dalam bayangan ibunya.

"Andai saja aku mempunyai cukup banyak keberanian untuk mengatakan itu, setidaknya aku perlu mengeluarkan isi hatiku pada ibu walaupun bagaimana tanggapannya setelah mendengar ini".

"Selama kamu baik-baik saja, jangan memaksakan dirimu", kata Moona, "Jadilah dirimu sendiri, karena kamu paling bersinar saat menjadi dirimu sendiri" Ucapan Moona berhasil mengambil dan menyentuh hati Nadira.

Minggu berikutnya, Nadira memutuskan untuk mengambil langkah berani. Dia meminta ibunya untuk duduk dan berbicara, dan dia mengungkapkan perasaannya dan keinginannya untuk mengejar minatnya sendiri.

"Bu...Aku tidak bisa bermain piano seperti ibu dan aku juga tidak suka bermain piano, bisakah aku berhenti melakukan semua ini", kata Nadira dengan menundukkan kepalanya, "Aku akan mencari impianku sendiri dan ibu selalu saja menuntut ku untuk bermain piano dan menjadi seorang pianis seperti yang ibu lakukan". Suara Nadira terdengar sedikit gemetaran. Namun, demi meluruskan kesalahan ini dia harus mengambil langkah berani.

Ibunya terkejut pada awalnya dan tidak tahu bagaimana harus merespons. Namun, setelah beberapa saat, ibunya Nadira mencoba memahami keadaan Nadira juga yang merasa tertekan oleh dirinya.

"Saya minta maaf, Nadira," kata ibunya, "Saya hanya ingin yang terbaik untukmu. Tapi saya sadar sekarang bahwa saya harus membiarkanmu mengejar impianmu sendiri."

Dengan pengakuan dan permintaan maaf ibunya, Nadira merasa lega. Dia merasa seolah-olah beban besar telah diangkat dari bahunya, dan dia merasa lebih bebas untuk mengejar impian dan minatnya sendiri.

"Apa ini tidak apa-apa, apa kata semua orang jika anak seorang Evelyn sang pemenang trofi tidak meneruskan bakat seperti ibunya?" Tanya Nadira dengan sendu melihat sang ibu.

Ibunya nampak kaget karena Nadira bertanya seperti itu, selama ini Evelyn mengira bahwa Nadira, anaknya adalah gadis yang suka belajar piano dan bermalas malasan. Tapi dia baru menyadari betapa Nadira sangat memikirkan omongan orang luar soal keluarganya.

Ibu Nadira menghembuskan nafas panjangnya dan berkata, "Ibu tidak tahu bahwa kamu juga sangat memikirkan perkataan orang luar yang membicarakan keluarga kita, sekarang kamu boleh berhenti bermain piano dan mencari impianmu sendiri" Evelyn menatap anaknya penuh kasih sayang dan melanjutkan ucapannya, "Ibu tidak akan memaksamu lagi".

"Terimakasih ibu, aku tahu ibu adalah ibu yang terbaik di dunia". Nadira memeluk ibunya bahagia karena terlepas dari bayangan trofi sang ibu.

Nadira memutuskan untuk terus belajar piano, tetapi dia juga memutuskan untuk mengejar minatnya dalam melukis. Dia bergabung dengan klub melukis di sekolahnya dan mulai membuat lukisannya sendiri.

Nadira dan Moona menjadi lebih dekat, dan mereka sering menghabiskan waktu bersama di luar sekolah. Mereka berbagi impian, harapan, dan ketakutan mereka, dan mereka saling mendukung dalam mengejar tujuan mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!