Love Me, Kiss Me And Hug Me

Love Me, Kiss Me And Hug Me

LKH Me 1

Kediaman keluarga Siloh.

"Aku tidak mau Pa, Ma!" penolakan lantang dari seorang gadis yang tengah duduk berlutut memohon belas kasihan ayah dan ibunya terdengar menyayat hati.

Dia adalah Arirang Maudy Siloh, anak perempuan pertama di keluarga Siloh, sekaligus anak pertama tuan besar Siloh dan mendiang istrinya yang meninggal tepat setelah melahirkan gadis cantik yang kerap di sapa Maudy.

Langit tampak mendung, bersamaan dengan itu hembusan angin dingin yang menusuk tulang menyerang pertahanan Maudy yang tengah berlutut di depan teras rumah sambil menangis dengan tubuh gemetar kedinginan.

Air matanya mengalir, bulir bulir bening itu menetes dan berjatuhan membasahi pakaiannya.

Sekujur tubuhnya basah tekena air hujan saat perjalanan pulangnya dari kampus. Bukannya dibiarkan masuk ke rumah, Maudy malah ditahan di teras rumah sederhana itu sampai dia menyetujui perintah gila dari ibu tirinya.

Maudy menatap pilu rumah tempatnya tinggal sejak dia lahir. Saat di perjalanan pulang, dia menerima pesan dari ayahnya bahwa esok dia akan menikah dengan seorang rentenir mata keranjang untuk membantu melunasi utang keluarga mereka.

Crakkk!!!

Hati gadis itu terluka begitu dalam. Dadanya bak tertusuk belati tajam dengan racun yang menggerogoti tubuhnya.

Utang dari mana!? Utang untuk apa !? Biaya kuliahnya saja dia cari sendiri!! Biaya hidupnya dia penuhi sendiri, masuk kuliah pun dia tak meminta sepeser pun dari ayah dan ibunya, tapi kenapa mereka punya utang yang sangat besar!?

Untuk apa ayah dan Ibu tirinya meminjam uang pada orang lain sedang tanggungan mereka tak begitu besar, hanya memenuhi kebutuhan hidup mereka dan putri kesayangan mereka yang usianya hanya beda satu tahun dengan Maudy dan selalu mereka rawat bak putri kerajaan yang tak boleh menyentuh dunia orang rendahan seperti Maudy.

Bahkan biaya hidup Maudy tidak mereka tanggung sejak gadis itu duduk di bangku SMP dan bisa mencari uang sendiri.

Sejak SMP, Maudy sudah bekerja serabutan di rumah rumah tetangga. Bahkan para tetangga lebih menyayangi Maudy daripada keluarga nya sendiri.

Maudy diberi upah yang sesuai dengan pekerjaannya, upah itu akan dia gunakan untuk ongkos ke sekolah, dia tak perlu membayar biaya sekolah karena bersekolah di sekolah negeri, upahnya akan dia gunakan membeli bahan pelajarannya dan sisanya dia tabung.

Bahkan terkadang ibu tirinya merampas upahnya dengan alasan Maudy harus membayar uang makan, uang sewa rumah dan uang kebutuhan hidupnya di rumah itu padahal dia sama sekali tidak diperlakukan dengan baik.

Maudy tumbuh dengan menjalani hidup yang keras. Selama bertahun-tahun dia menjalani kehidupan yang menyedihkan. Bukan hanya tak mendapatkan kasih sayang, tubuhnya juga penuh dengan bekas luka pukulan dari ayah, Ibu bahkan adik tirinya yang tak tahu diri.

Meski haus kasih sayang, tak membuatnya menjadi perempuan liar, dia sibuk meningkatkan kualitas dirinya agar dapat menemukan pekerjaan hebat dan keluar dari rumah itu selamanya.

Tetapi tampaknya, bahkan bercita-cita pun Maudy tak diperbolehkan. Bahkan hak atas hidupnya sendiri pun direnggut paksa oleh ayah dan ibunya.

Maudy harus menikahi seorang rentenir kata raya sebagai jaminan untuk membantu melunasi utang besar keluarga mereka.

"Aku tidak mau Pa...." pekik Maudy sampai suaranya serak.

Teriakannya seolah percuma, dia hanya terus menangis memohon agar dirinya tak dinikahkan, dia juga ingin menikah dengan orang yang dia cintai suatu saat nanti bukan dengan cara seperti ini.

Di saat yang sama, utusan dari keluarga Christoff tiba. Sebuah sedan hitam memasuki pekarangan rumah mereka yang diguyur hujan.

Rabu kelabu yang mencekam, dingin dan suram menemani kedatangan mereka.

Tampak seorang pria dengan jas hitam keluar dari dalam mobil, kemudian berjalan di bawah guyuran hujan dengan payung hitam menaunginya.

Pria itu adalah asisten tuan besar Christoff yang dikenal kejam dan berdarah dingin. Dia akan menghukum siapapun yang bermain main dengannya.

 Dia meminjamkan uang sebanyak 2 Miliar pada tuan Siloh sebagai bantuan untuk bisnis tuan Siloh, tetapi nyatanya uang itu tak kunjung dikembalikan lebih dari setengah tahun sejak akhir masa pinjaman.

Kurang baik apa lagi Tuan besar itu, memberikan keringanan sampai sejauh itu mengingat hubungan pertemanan mereka, tapi tak ada inisiatif dari tuan Siloh membayar utang-utangnya.

Pria itu melirik Maudy yang duduk meraung-raung di teras rumah. Betapa heran dia melihat sekujur tubuh Maudy yang basah dan kedua matanya sembab.

"Nona, ada apa denganmu? Kenapa duduk di lantai yang dingin ini?" tanya pria itu.

Maudy mengusap air matanya sambil menatap pria itu dengan tubuh gemetar kedinginan. Dia tak berbicara hanya menatapnya dengan tatapan sedih.

"A.. Apa anda rentenir itu tuan!? Apa itu anda... Ku.. Kumohon... Jangan mengambilku sebagai istrimu... kumohon padamu... Hiks hiks hiks... Ku mohon!!" ucap Maudy yang mengira pria itu adalah rentenir yang dimaksud.

Maudy dengan tangan gemetar menarik lain celana pria itu, menengadah dan menatapnya sambil menangis sesenggukan.

"Ku mohon hiks hiks hiks.... Aku yang akan melunasi utang mereka, jangan mengambilku sebagai istrimu, kau tidak harus membayar utang mereka kumohon!!" pinta Maudy.

Dia sudah tak tahu harus bagaimana, merendahkan dirinya serendah-rendahnya adalah cara yang sering dia lakukan. Mengemban tugas yang berat sebagai seorang anak yang dipaksa berbakti padahal kebutuhan jiwanya sebagai anak tak terpenuhi.

"no.. Nona, maaf tapi saya bukan rentenir yang anda maksud, saya..." Ucapan pria itu terpotong saat seorang pria lainnya datang dengan payung hitam menghampiri mereka.

"Kenapa lama sekali!?" ucap pria tinggi bermasker dengan kacamata hitam itu.

Perawakannya tinggi besar, wajahnya tak bisa ditebak karena tertutup oleh masker dan kacamata serta rambut yang sedikit panjang tapi tertata rapi.

"tuan muda, maaf!" ucapnya sambil membungkuk.

Pria itu melirik Maudy dengan tatapan tak biasa. Dia membawa sebuah Jas besar miliknya, ditutupinya tubuh Maudy yang basah kuyup dengan benda itu.

"Segera selesaikan!" ucapnya pada pak Ando, asisten ayahnya.

Pak Ando menunduk hormat, pria itu kembali ke mobilnya.

"Berdirilah nona, kami datang dari keluarga Christoff, " ucap Pak Ando sambil memapah gadis itu.

Maudy terhenyak sejenak, dia menatap jas hitam itu dengan wajah terkejut. Aroma pegunungan yang segar tercium di jas itu, dia menatap mobil tadi, masih dengan tubuh gemetaran.

Siapa pria tadi? Dia tidak terlihat menyeramkan!

Jika dia dari keluarga Christoff, bukankah dia akan semenyeramkan rumor yang beredar? Tapi kenapa dia terlihat sangat baik? Atau ini hanya pemikirannya semata!?

"anda lihat sendiri, keluarga Christoff tidak seburuk itu, sebaiknya kita bicarakan di dalam!" ucap Pak Ando.

Maudy hanya mengangguk.

Pak Ando menekan tombol di dekat pintu masuk. Sontak pintu terbuka, tampaklah wajah pias Nyonya Ratih ibu tiri Maudy menyambut Pak Ando di depan pintu.

"Pa.. Pak saya belum punya uangnya, tolong tunggulah beberapa hari lagi, ku mohon!!" ucap nyonya Ratih sambil duduk bersimpuh memohon agar mereka memberi waktu lagi.

Pak Ando menatap sinis pada wanita itu," Boleh saya masuk?" ucapnya dengan nada dingin.

"si.. Silahkan pak, silahkan!" ucap nyonya Ratih yang dengan cepat bangkit berdiri dan memberi jalan pada Pak Ando.

Pak Ando masuk ke dalam rumah. Tetapi Maudy malah dicegat oleh nyonya Ratih.

"Ke mari kau! " geram wanita itu sambil memelototi Maudy dengan wajah garang ingin menelan Maudy.

"Akhhh... Sakit Ma...." Maudy meringis kesakitan.

Maudy di seret lagi ke teras rumah.

"Apa yang kau katakan padanya tadi hah!?" bisik nyonya Ratih.

"Ma.. Maudy tidak bilang apa apa..." jawabnya sambil gemetar ketakutan. Tubuhnya meringkuk, tampaknya Maudy sering di pukul.

"ukhhh dasar anak sialan, kau pasti mengadu yang tidak-tidak bukan!?" nyonya Ratih kesal, dia mengangkat tangannya dan....

Plak!!

Plak!!

Plak!!

Wajah dan tubuh Maudy dipukuli berkali-kali. Gadis itu hanya menerima pukulan sambil menangis dalam diam.

"Katakan sialan, apa yang kau katakan padanya tadi hah!? Dasar anak tidak berguna!! dasar sialan!!"

"Mati kau!!"

"Mati kau!!!" geram nyonya Ratih yang menjambak rambut Maudy berkali-kali sampai rambut gadis malang itu rontok.

Maudy menangis sesenggukan, tubuhnya sakit, lebih sakit lagi hati dan jiwanya. Maudy meringkuk, memeluk tubuhnya membentuk pertahanan, tapi sayangnya pukulan nyonya Ratih tak berhenti sampai di situ.

"ampun ma.. Hiks hiks hiks... ampun maa... ampun maa..." ucap Maudy dengan suara serak.

"Mama, dipanggil!" suara anak perempuan kesayangan nyonya Ratih terdengar. Sontak dia berhenti memukuli Maudy," tetap di sini perempuan murahan!" hardiknya.

Maudy gemetar, menaruh kedua tangannya di depan wajahnya sebagai bentuk pertahanan melindungi dirinya.

Nyonya Ratih masuk ke dalam rumah, menutup pintu rapat-rapat, membiarkan Maudy menangis di luar sendirian. Tanpa dia sadari, seluruh aksinya sudah direkam oleh pria di dalam sedan hitam itu.

Terpopuler

Comments

Harsie Alive

Harsie Alive

yoshhhh, Hay semuanya, ini author, welcome to my newest novel, semoga kamu enjoy dan setia di sini, author nantikan komentar kalian ya!? see you bye bye!!👋👋🤗🤗

2023-09-22

0

SUKARDI HULU

SUKARDI HULU

hy, nih sudah mampir kk, jangan lupa mampir jg y❣️🫰🙏

2023-09-20

0

Ririn Alfathunisa

Ririn Alfathunisa

alhamdulilah ada yg baru di kamar kakak aku langsung cuus baca😁😁❤

2023-09-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!