Hujan yang semakin deras, suhu dingin yang menusuk tak membuat Maudy berpindah dari posisinya saat ini.
Dia duduk sambil terus menangis dan tatapan kosong menatap rintik hujan yang jatuh bersamaan menembus tanah.
Tatapannya kosong namun begitu sedih, hatinya pilu dan terasa perih. Bukan hanya sekali dia mendapatkan perlakuan kasar dari Ibu tirinya, hampir setiap hari dia akan menerima setidaknya lima pukulan fisik dan bertubi-tubi serangan verbal.
Maudy duduk melamun, hanya menunggu diberi ijin untuk masuk ke dalam rumah. Air matanya terus menetes, kesedihannya dapat terasa hingga menusuk hati dua orang yang tengah menatapnya dari dalam mobil.
"Tuan muda, kenapa putri pertama Siloh diperlakukan seperti itu? Bukankah dia pewaris utama?" tanya Pak Hardi supir pria bermasker itu.
"kasihan sekali dia, hujan begini, tubuhnya juga terluka," Pak Hardi iba.
"Hardi, kalaupun kita ikut campur dia akan semakin menderita, kau lihat tadi kan? Hanya karena dia berbicara dengan Pak Ando dia malah dihantam,"
"tunggu setelah pembicaraan selesai, kita baru boleh campur tangan," ucapnya sambil menatap gadis itu masih dengan tatapan tak biasa.
"Ahh tuan muda, dia gadis yang baik, saya harap tuan dan nona itu bisa bahagia," tutur Pak Hardi.
Tuan muda Christoff yang tidak terlalu dikenal oleh publik. Hidup penyendiri, dan tak memiliki hubungan baik dengan keluarganya, tetapi menjadi pewaris utama grup Christoff atas wasiat sang kakek yang telah meninggal.
Mr. Raven Christoff, begitulah mereka memanggilnya. Dikenal sebagai seorang pria pendiam yang gila pendidikan, gila kerja dan hidup hanya untuk dirinya sendiri.
Memiliki masalah dalam hubungan sosial, membenci wajahnya sendiri karena mengambil rupa ayahnya.
Kedatangannya dianggap sebagai bencana bagi keluarga besar Christoff, hingga mereka mengatur sebuah pernikahan yang tak dia inginkan.
Namun Raven bukan pria bodoh, semua rencana mereka sudah tercatat dalam skenario pembalasan dendamnya dalam mencari dalang pembunuh ibu kandungnya yang meninggal dengan cara yang misterius.
Hidup selama puluhan tahun bersama dengan luka hati yang semakin lebar dan tak kunjung sembuh, Raven tumbuh menjadi anak yang dingin dan menyeramkan tetapi memiliki hati yang lembut seperti mendiang ibu kandungnya.
Dia menatap Maudy dengan tatapan aneh, perempuan itu mengingatkannya akan dirinya di masa lalu. Raven pun tak luput dari siksaan ayah dan ibu tirinya.
"Maudy, hanya kau yang pantas bersanding denganku," batinnya.
Flash back
Ingatan Raven kembali ke memori kelam lima tahun yang lalu. Memori kelam yang membuatnya memutuskan untuk memilih Maudy sebagai pendamping hidupnya daripada harus menikahi perempuan yang dipilih oleh ayah dan ibu tirinya.
Lima tahun lalu di Venesia, Italia.
Raven menyeret-nyeret koper berisi pakaiannya. Pria dengan penampilan super culun itu baru saja tiba di Venesia setelah cekcok dengan ayah dan Ibu tirinya.
Dia berjalan dengan wajah lesu, tubuhnya tidak terlalu gemuk namun padat dan berisi, tampak jelas kalau dia jarang berolahraga. Keringat membasahi kaos tipisnya, bahkan mengalir dari kepalanya sampai menetes dan berjatuhan ke tanah.
Dia berjalan kaki dari bandara selama berjam-jam karena kehilangan dompetnya saat di pesawat, sungguh lelah tubuhnya saat ini karena kebodohannya sendiri.
Kota Venesia terkenal dengan kanal air terbesarnya, menjadi salah satu tujuan wisata yang membuat para pengunjung menikmati transportasi air sembari mengelilingi dan menikmati keindahan kota Venesia.
Namun, bagi Raven, kota itu bukan kota untuk menikmati hidup. Dia melarikan diri setelah berdebat hebat dengan keluarganya. Membawa beban dan hati yang terluka, dia berangkat seorang diri dengan rasa sakit dan penderitaan.
Dia terus melangkah, bau keringatnya membuat orang-orang menatap jijik padanya. Peluh membasahi tubuhnya, tubuhnya yang berisi terlihat sangat berat ketika dia melangkah.
Hingga pria berkacamata dengan rambut lepek itu tiba di sebuah rumah. Rumah miliknya sendiri hasil jerih payahnya selama bekerja sebagai seorang arsitek muda.
Dengan terburu-buru dia membuka pintu rumah itu. Masuk dengan cara yang kasar dan melemparkan barangnya begitu saja.
Tampak rumah itu tertata rapi, yang terlihat jelas di sana adalah tumpukan buku yang sudah sangat banyak, bahkan lemari pun tak cukup.
Buku-buku itu disusun di atas lantai hingga tumpukannya tinggi menutupi dinding. Ada yang diselip di bagian celah atap, ada yang disusun menjadi meja dan kursi.
Satu satunya tempat baginya untuk bisa menenangkan diri, menghanyutkan seluruh hidupnya dalam bacaan dan menjadi gila akan pekerjaan.
Pensil dan kertas sketsa begitu banyak, papan alas gambar terletak rapi, benar benar seorang perfeksionis.
Dia masuk ke kamarnya dan menghamburkan tubuhnya ke atas kasur.
Lelah!
Hatinya yang lelah bukan hanya tubuhnya.
Sesak!
Dia bukan sesak nafas tetapi hatinya terasa mau meledak dan sulit bernafas.
Perih!
Tak ada yang terluka, tapi hatinya dan jiwanya hancur berkeping-keping.
Rindu!
Sosok yang dia rindukan sudah pergi jauh ke surga tanpa seijinnya.
Dia menatap kosong ke arah langit-langit. Sebuah foto seorang wanita cantik yang memeluk seorang anak berusia sepuluh tahun terpajang di sana.
"Mommy!"
Begitu dia memanggilnya. Wanita cantik itu adalah ibunya, Ibu kandungnya yang telah meninggal tiga belas tahun yang lalu!
"Kau akan segera menyusul ibumu yang cacat itu Raven!! Mati saja kau anak sialan tak berguna!!" suara teriakan ayahnya terngiang di kepalanya.
Raven mencengkram kepalanya dengan erat. Rasa marah, geram dan kesal serta sedih bertumpuk menjadi satu, membuatnya semakin kacau dan gila.
Ketika dia kembali ke Indonesia, dia hanya memiliki satu permintaan pada ayahnya, yaitu membangun sebuah tugu peringatan untuk menghormati mendiang ibunya meskipun ayah dan Ibunya sudah bercerai tepat di hari kematian ibunya.
Tetapi jawaban ayahnya membuat Raven marah.
"Untuk apa buang buang uang demi manusia sampah yang sudah membusuk jadi tanah bersama cacing-cacing menjijikkan itu, kalau sudah mati ya mati saja, lagipula dia bukan lagi istriku saat dia mati!!" kata kata yang persis sama seperti diucapkan oleh tuan Justin Christoff diulang lagi oleh Raven.
"Arrkhhhhg!!!" pria itu berteriak kencang.
Wajahnya memerah, tak pernah dia sampai semarah dan se-kecewa ini pada sang ayah. Hidupnya hancur setelah ayahnya menikah lagi, dan ibu tirinya yang jahat malah membawa anaknya dan menjadikan anak itu seolah anak sah keluarga Christoff!
"Sialan!! Sialan!!" Raven menangis histeris, sejak muda dia hanya memiliki satu permintaan khusus itu pada ayahnya, tapi jawaban ayahnya membuatnya kecewa dan hancur hati.
"Dad.. Itu hanya sebuah tugu, untuk ibukuuu...untuk ibu yang kusayangiiii!!! Kenapa kau tidak bisa memberikannya!?? Aku bukan butuh tuguuunyaaa... Tapi aku butuh bukti bahwa kau juga pernah mencintai nya!!!!"
"Agar setidaknya aku tidak terlalu membencimuuu.... tapi apa!!! Tapi apa yang kau katakan!? Kau sama sekali tidak ada hubungan dia Ibuku arrkrhhhhh..... " Raven histeris, dia menangis seperti orang gila.
Hidupnya hancur, hatinya berkali-kali ditusuk.
Raven menangis, dia mengangguk sebotol penuh minuman beralkohol.
Pikirannya sudah benar-benar kacau, "Aku akan menyusul mu mom, aku akan menyusul mu Mommy... Hiks hiks hiks... Tunggu Raven mom... Tunggu Raven di sana!!" ucapnya sambil mengusap wajahnya
Air matanya tak kunjung berhenti, dia mengeluarkan sepeda motor dari parkiran rumahnya. Dengan dua botol minuman beralkohol, dia membawa dirinya di atas motor dan melaju kencang dengan niat menghabisi nyawanya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments