Raven melaju dengan kencang, sambil sesekali menertawakan hidupnya yang menyedihkan.
Raven adalah anak seorang pria kaya raya dari kerajaan bisnis Christoff yang sudah diwariskan turun temurun oleh nenek moyang mereka.
Raven awalnya diharapkan menjadi penerus untuk bergelut di dunia bisnis Properti yang membuat keluarganya kaya raya.
Tetapi dengan berani pria jenius yang berhasil meraih gelar PhD di usia muda itu memilih jalur takdirnya sendiri dan melawan kehendak ayahnya.
Daripada harus menuruti permintaan ayah dan ibu tirinya, dia memilih menjadi anak pembangkang yang disebut sok jagoan dan cupu, juga manusia sinting yang tak tahu bersosialisasi.
Bertahun-tahun dia mengisolasi hidupnya sendiri dalam ruang lingkup dunia pendidikan dan juga dunia arsitek. Melakukan apapun yang dia mau, menjadi apapun yang dia mau dan menyembunyikan semuanya dengan identitasnya sebagai anak lelaki culun yang bodoh, tidak tahu apa-apa dan tidak bisa diandalkan.
Tetapi semua usahanya meningkatkan kualitas dirinya hancur begitu mendengar pernyataan tuan Justin.
"Aku tidak pernah mencintai perempuan idiot yang cacat itu, kau juga hadir dalam hidupku sebagai parasit karena kesalahan malam pertama saat si jal4ng sialan yang sudah membusuk itu menggodaku di malam itu!!"
Kata kata itu sangat menyakitkan!
Bagi tuan Justin, menikahi ibu kandung Raven adalah kesalahan terbesar baginya. Kesalahan terbesar karena pernikahan mereka terjadi hanya karena sebuah kesalahan malam pertama di masa lalu, yang memaksa tuan Justin menikah.
"Beruntung wajahnya sedikit bisa diandalkan! Jika tidak, membawanya keluar rumah pun aku tidak sudi karena kaki buntungnya yang menjijikkan itu!!"
Kalimat menyakitkan itu lagi lagi teringat di kepala Raven. Apakah di akhir hidupnya ini dia hanya akan mengingat semua kenangan buruk dari sang ayah yang begitu kejam bahkan tak berperasaan sama sekali?
Apakah dia datang ke kota itu hanya untuk mengingat semua kata kata buruk ayahnya tentang mendiang ibunya yang meninggal dengan cara yang sama sekali Raven tidak ketahui?
"Hahahaha... Hancur!! "
"Kalian semua menghancurkan hidupku!!!" pekik Raven sambil menangis.
Dia tiba di sebuah tebing dengan area terjal karen terhubung langsung dengan jalur laut.
Tebing itu terlihat hijau, karena musim semi telah tiba. Raven meletakkan motornya di sana, dia menatap ke arah area itu sambil tersenyum dengan pikiran gilanya.
Digenggamnya dua botol minuman alkohol itu lalu di masukinya tebing yang masih alami itu. Tebing tinggi yang jelas jelas diberi tanda peringatan untuk tidak dimasuki karena ada hewan buas dan area perjalanan yang terjal.
Raven masuk dengan pikiran tidak waras sambil bergumam, sambil menangisi hidupnya yang sia-sia.
Setapak demi setapak, dia menyusuri area yang begitu curam itu. Menatap penuh kesedihan seolah tengah mengadu pada sang langit atas takdir yang terus melibasnya sampai hancur.
Jalannya curam, batuan besar dan duri tajam melukai kakinya, tapi dia tak peduli.
Hingga Raven tiba di pinggir tebing curam dengan aliran sungai yang deras dan dingin di bawah sana menyambutnya.
"Hahahah.... Mom, aku akan pulang, aku akan kembali padamu Mom!!" teriak pria itu sekuat tenaga.
Dia menatap langit, cerita miliknya akan berakhir hari ini. Sebotol demi sebotol minuman itu dia tenggak sampai habis tak bersisa.
Pinggir tebingnya terjal sekali, membuatnya terhuyung huyung di depan jurang yang curam itu.
Sakit!!
Tak terungkapkan bagaimana rasa sakit di hatinya saat ini.
Hidup tanpa kasih sayang, tanpa cinta, bagaikan mesin yang diprogram untuk menjalankan perintah.
"hahahha... Hidupku hanya permainan!! "
Dia berteriak lagi sambil menangis histeris.
"iyaaaa..... Benar katamu!!!" tiba tiba suara seorang perempuan muda terdengar.
Raven tersentak kaget, dia menoleh dengan cepat dan memerangkap seorang gadis belia yang duduk dengan kedua kaki menggelantung beberapa meter dari posisi Raven.
Tampaknya perempuan itu masih sangat muda.
"A.. Apa yang kau lakukan di sini bocah kecil!? Kau orang Indonesia!?" tanya Raven sambil mengusap keringatnya.
Gadis bertubuh kecil itu menoleh sambil tersenyum. Angin lembut membelai wajahnya yang mungil, senyuman indah dari bibir pecah pecahnya yang berbentuk hati menghiasi wajahnya.
Raven tertegun sejenak, gadis itu sangat polos, dan juga menawan!
"Sama seperti mu kak, aku ingin terjun ke bawah, aku orang Indonesia, " balasnya sambil menarik sesuatu dari sisi tubuhnya, sebuah belati berlumuran darah dan tali tambang penuh noda darah.
Raven terkejut bukan main. Sedang apa seorang gadis SMA sendirian di hutan dengan alat-alat itu!?
Dan lagi, dia berasal dari negara yang sama dengan Raven, Indonesia!
"Ka.. Kau tidak takut mati!?" tanya Raven dengan konyolnya.
" Kalau aku takut mati, aku sudah terjun sejak satu jam lalu mendahuluimu kak, hehehe... Tapi gagal karena aku masih takut!" jawabnya sambil tertawa cengengesan.
Sungguh gadis remaja yang aneh, masih bisa dia tersenyum di saat membahayakan seperti ini.
Raven terkejut, ternyata ada orang yang lebih gila dari dirinya dan dia adalah seorang gadis remaja cantik yang ada di hadapannya.
Gadis itu bangkit berdiri, dia menepuk pakaiannya dari debu tebing yang kotor.
"Hah... Melelahkan!" gumamnya sambil berjalan mendekati Raven.
Gadis itu sangat ramah, dia menatap Raven dengan senyuman lembut.
"Hai kak, salam kenal, aku Maudy Siloh!" ucapnya sambil menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Raven terkejut, sangat jarang ada yang mau berkenalan dengannya, karena penampilannya yang cupu, tubuhnya yang berisi dan juga wajahnya yang penuh jerawat, tapi gadis itu menyambutnya dengan senyuman ramah di ujung tempat antara hidup dan mati mereka.
Entah bagaimana keduanya sampai di sana, lebih mengejutkan lagi, bagaimana gadis bertubuh kecil itu bisa sampai seorang diri di tempat terpencil itu.
"Salam kenal, " jawabnya sambil membalas jabatan tangan Maudy tanpa memberitahu namanya, namun tampaknya Maudy tak masalah dengan itu.
Mereka berdua saling menatap sejenak, "Kenapa kakak mau mati?" tanya Maudy blak-blakan seolah kematian bukan hal yang besar.
"Pertanyaan mu sedikit mengejutkan, kau sendiri kenapa bermain di tebing ini sendirian? Ku tebak kau masih anak SMA, sedang apa di sini sendirian?" tanya Raven heran.
"hummm... Aku juga mau mati!" jawabnya sambil membuang nafas kasar.
Tentu saja jawaban Maudy membuatnya terkejut, gadis itu benar benar di luar nalarnya.
"Ahh.... maaf aku mengganggumu!" ucap Raven.
Maudy tersenyum getir," Kak, apa hidup kakak berat?" tanya Maudy dengan nada sendu, dia menatap kosong ke arah langit Itali yang cerah.
Pertanyaan gadis itu menusuk hati Raven, tentu saja dia menjalani hidup yang berat, jika tidak dia tak akan melarikan diri jauh jauh ke kota itu.
" Maudy juga punya hidup yang berat, " ucapnya pelan.
"Tapi saat kaki Maudy akan melompat dari tebing ini, seketika semua rasa sakit, bayangan kesedihan, penderitaan dan ketidakadilan yang Maudy alami terlintas bagai film di kepala Maudy," tuturnya.
Raven mendengarkan dengan seksama, dia menatap gadis itu, terlihat jelas kalau dia sering mengalami kekerasan, buktinya ada di sekujur lengan dan kakinya yang memiliki banyak bekas luka.
"Saat Maudy akan melompat, Maudy sadar, mati bukan jawaban yang tepat untuk rasa sakit yang Maudy alami,"
"Maudy harus bertahan, harus berjuang lebih keras lagi, meski setelah hari ini keadaan tidak membaik, Maudy harus memperjuangkan hidup Maudy!" ucapnya sambil menoleh dan menatap Raven dengan kepala mendongak.
"Jadi kakak juga harus semangat ya! Jangan biarkan siapapun yang menyakiti kakak, tertawa atas kematian sia sia kakak!" ucap Maudy sambil tersenyum manis.
Waktu seolah berhenti sejenak, Hanya sebuah kata semangat, berhasil menggugah hati seorang Raven. Hari itu, akan dia kenang selalu, hari di mana kematian bukan lagi hal menakutkan baginya, namun mati sia sia membiarkan semua orang tertawa membuat darahnya berdesir.
"Hiduplah walaupun hari esok belum tentu lebih baik, hiduplah!!" Teriak Maudy dengan lantang sambil menangis perlahan menatap lepas ke arah langit yang luas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
sampai sini ceritanya bagus
2023-10-15
0