Untuk sejenak tuan Siloh terdiam, dia menatap kembali tangannya yang baru saja dia gunakan untuk menampar wajah Maudy dengan begitu keras, bahkan pipi pucat gadis itu berubah menjadi merah.
"Pa... Apa Papa tidak pernah memiliki rasa sayang pada Maudy barang sedikit pun?" tanya Maudy dengan suara bergetar.
Dia menatap tuan Siloh, dengan harapan kalau pria itu memberi jawaban yang dia inginkan.
"Rasa sayangku padamu sudah terkubur bersama tubuh mendiang istriku yang nyawanya kau renggut saat melahirkanmu pembunuh!" ucap tuan Siloh.
Hati gadis itu hancur berkeping-keping. Bukan keinginannya lahir ke dunia ini, karena dia pun tersiksa atas semua tuduhan tidak masuk akal itu.
Bukan hanya ayahnya yang mengatakan hal itu, bahkan paman, bibi dan keluarga pihak ibunya juga menyebutnya sebagai pembunuh ibunya.
Maudy menangis darah pun mereka tak akan peduli, karena bagi mereka Maudy hanya sebuah parasit yang merusak pemandangan.
Hanya karena permintaan dari mendiang ayah tuan Siloh untuk menjaga Maudy agar seluruh harta keluarga kakek Maudy jatuh ke tangan tuan Siloh, maka pria itu membiarkan Maudy tinggal di rumahnya.
Jika bukan karena mendiang kakek Maudy, sudah sejak lama anak gadis itu ditendang keluar dari rumahnya.
"Nona, silahkan kemasi barang anda, ikut saya, dalam perjalanan akan saya jelaskan kondisinya," ucap Pak Ando.
"Ta.. Tapi..." Maudy menatap ayahnya,berharap tuan Siloh menahannya.
"Pergi!!" Tuan Siloh menyenggaknya.
" Kau pergi dari rumah ini!! Aku tidak ingin menderita, menatap wajah orang yang telah merenggut nyawa istriku!!" teriak tuan Siloh.
Krakkk!!!
Akhirnya mata Maudy terbuka, ternyata, bagi ayahnya dia tak lebih dari seorang pembunuh.
Di mata tuan Siloh, Maudy bukanlah anak yang dia dulunya nantikan bersama istrinya, melainkan pembunuh yang merenggut nyawa istrinya.
Hati Maudy sakit, dia menangis terisak-isak di hadapan mereka. Tetapi tak seorang pun merasa iba pada gadis itu.
Nyonya Ratih menatapnya dengan tatapan sinis," Cih... Beruntung ibumu itu mati, aku bisa menyiksamu Maudy menggantikan ibumu yang sudah membusuk itu hihihi.... Dasar anak Jal4ng, kau pun jadi jal4ng saja sana!" batin wanita itu .
Dia mendekati tuan Siloh dan merangkul pria itu," Pa.. Jangan terlalu marah nanti darah tinggimu naik lagi, biar anak bodoh itu pergi dari rumah kita,"
"Lagipula, dengan membiarkannya pergi hidup kita akan tenang!" ucap Nyonya Ratih.
"Benar pa, Papa akan lebih tenang, dia ini sumber penyakit yang papa alami saat ini, Selena yakin setelah dia pergi, Papa akan lebih sehat!" imbuh Selena seraya memeluk tuan Siloh dari samping.
"benar ucapan kalian sayang, nak dia harus pergi, Papa tidak ingin melihat wajahnya lagi!" ucap tuan Siloh.
"Lagipula semua ini sepadan dengan apa yang keluarga Christoff berikan, mereka mendapatkan pembawa sial ini dan utang kita lunas, serta uang dan dua buah properti menjadi milik kita sebagai mahar pernikahan!" terang tuan Siloh.
Tampaknya pria itu benar benar telah kehilangan kasih sayangnya terhadap Maudy, hingga yang dipandang matanya bukan lagi putri kandungnya melainkan uang, harta dan segala pemberian keluarga Christoff sebagai mahar pernikahan untuk Maudy.
Mendengar kata kata tuan Siloh, hati Maudy benar benar telah hancur.
Akhirnya gadis itu mengemasi barang-barangnya. Sambil menahan tangis dia membawa semua barang miliknya dari rumah itu.
Barang lusuh miliknya, semua buku buku miliknya dia kemasi dengan cepat. Dia akan menikah dengan seseorang yang tidak dia kenal sama sekali, sebagai jaminan utang ayahnya.
Dia menatap sang ayah," Pa, Maudy akan tetap menyayangi Papa, Maudy harap Papa tetap sehat dan baik-baik saja, Meski Papa membenci Maudy, Papa tetap adalah satu satunya orangtua Maudy di dunia ini, terimakasih pa, terimakasih untuk semuanya..." ucap Maudy dengan hati pilu.
"Pa.."Suaranya mendayu.
"Maudy akan menuruti permintaan Papa, menikah dengan orang yang tidak Maudy kenal,"
"Ini bukti dari bakti Maudy kepada Papa, bukti bahwa sekejam apapun perlakuan Papa pada Maudy, anak perempuan darah tuan Siloh ini tetap menyayangi Papa!"
"Ingat Pa, jika suatu saat Papa butuh bantuan, Maudy akan dengan senang hati membantu Papa, tetapi tidak dengan mereka!" teriak Maudy sambil menunjuk Nyonya Ratih dan Selena.
"Sejak Maudy dilahirkan ke dunia ini, Maudy tidak pernah memiliki Ibu lain selain Nyonya Amber, mendiang ibu kandungku, dan aku tidak punya saudari!!" tegas Maudy dengan tatapan tajam.
Selena dan Ibunya hanya menatapnya dengan tatapan mengejek. Tetapi di sisi lain, Pak Ando tersenyum melihat kesungguhan gadis muda itu.
Maudy jelas mengingatkan pak Ando dengan seorang pria culun yang kini berubah total menjadi pria dewasa. Sangat mirip dengan situasi sewaktu Raven memutuskan meninggalkan kediaman keluarga Christoff.
"Siapa juga yang menganggapmu anak di rumah ini!!" gumam nyonya Ratih dengan tatapan sinis ke arah Maudy.
Gadis itu geram dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dia berjanji pada dirinya bahwa dia akan sukses dan membuka jalannya sendiri agar mata mereka bertiga terbuka lebar.
Tuan Siloh sama sekali tidak peduli dengan kepergian Maudy, dia bahkan enggan menatap gadis itu.
"Silahkan ikut saya nona," ucap Pak Ando.
Maudy akhirnya mengikuti Pak Ando, keluar dari rumah itu sambil menatap sang ayah yang sampai akhir terus membencinya.
Maudy menyayangi ayahnya, dia selalu berharap ayahnya memanggil namanya sekali saja dan mengatakan bahwa dia menyayangi Maudy, tetapi tampaknya hal itu hanya menjadi khayalan Maudy semata.
Dia meninggalkan rumah itu, rumah di mana dia tumbuh besar hingga dewasa. Entah ke mana dan bertemu siapa dia setelah keluar dari rumah itu.
Pak Ando dan Maudy masuk ke dalam sedan biru yang sudah tiba sejak beberapa menit lalu. Raven sengaja membiarkan Maudy duduk di mobil terpisah.
Jika dia melihat luka di tubuh Maudy, dia tak akan dapat menahan dirinya.
Pak Ando dan Maudy berada dalam mobil yang sama.
"Tuan, ke mana kita akan pergi?" tanya Maudy.
Pak Ando mengeluarkan beberapa handuk bersih, Pouch hangat dan jaket tebal untuk Maudy.
"Nona, berdasarkan kesepakatan dengan keluarga anda, nona akan menikahi tuan muda pertama keluarga Christoff, "
"Nona hanya perlu mengikuti pernikahan ini dengan tenang, tuan muda yang memilih anda secara pribadi," tutur Pak Ando.
"Dan satu lagi, panggil saya Pak Ando," ucapnya.
Maudy cukup terkejut saat Pak Ando mengatakan bahwa tuan muda Christoff sendiri yang memilihnya, tapi kenapa!? Apa mereka saling kenal? Tentu saja tidak!
"Tapi kenapa saya pak? " tanya Maudy heran.
"Saya juga tidak tahu nona, Anda tanya diri anda sendiri, apa yang sudah anda lakukan sampai menarik perhatian tuan muda," ucap Pak Ando dengan nada datar seperti biasa.
Maudy dibawa dalam keadaan bingung. Gadis itu benar benar tidak tahu situasinya.
"Berikut dokumen perjanjian pernikahan yang harus nona tandatangani, pernikahannya akan diadakan besok," jelas Pak Ando sembari memberikan dokumen itu.
"Be.. Besok!?" mata Maudy membulat sempurna.
"Secepat itu Pak!? I.. Ini? Ta.. Tapi aku belum..." Maudy gelagapan, siapa sangka besok dia akan langsung menikah dengan seseorang yang tidak dia ketahui sama sekali.
"Kenapa bisa secepat itu pak!?" tanya Maudy heran.
"Saya tidak tahu nona, sekali lagi saya katakan, semua ini atas perintah tuan muda!"
"Jika anda memiliki banyak pertanyaan, tahanlah sampai pernikahan selesai!" ucap Pak Ando dengan nada tegas.
Maudy terhenyak, sejujurnya begitu banyak pertanyaan di kepalanya, tapi tampaknya Pak Ando akan memberikan jawaban yang sama, bahwa segalanya sudah ditentukan oleh sang tuan muda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments