Kembali ke masa kini,
Hujan deras masih terus mengguyur bumi pertiwi. Langit tampak begitu mendung, Rabu kelabu yang membuat hati menjadi sendu.
Pandangan Raven terus tertuju pada gadis yang masih menangis di depan teras itu. Gadis yang sama dengan gadis yang mengubah isi pikirannya tentang hidup.
Benar kata-kata gadis itu, tetaplah hidup meski hari esok tidak akan lebih baik dari hari ini kemarin, setidaknya tubuh ini menang dari kematian dan pasti akan menemukan alasan untuk hidup.
Maudy duduk melamun sambil memeluk tubuhnya sendiri dalam balutan jas besar yang diberikan oleh Raven.
Lututnya terasa kaku, kedua tangannya keram karena kedinginan, perutnya sakit dan sekujur tubuhnya gemetar karena pukulan nyonya Ratih yang kejam.
"Hah.... Bagaimana aku bisa bertahan!? Sedang hidupku bukan milikku lagi!?" Maudy menangis lagi.
Selama bertahun-tahun dia hidup dalam kesengsaraan. Ingin dia mencoba lari tetapi mau pergi ke mana dirinya yang tak punya siapa-siapa itu? Mau tinggal di mana dia? kenapa dia harus pergi dari rumah tempat dia tinggal!?
Bingung, bimbang, takut dan trauma menghancurkan hati gadis itu. Dia sangat berbeda dengan gadis yang Raven kenal lima tahun yang lalu.
Tampak lebih dewasa, tetapi penderitaannya semakin bertambah banyak.
Di saat yang sama, seorang gadis lain keluar dari rumah itu.
Penampilannya begitu modis, pakaian tidur dari brand terkenal membalut tubuhnya, ponsel mahal dengan harga puluhan juta dia genggam, jemarinya dipenuhi dengan manik manik cantik wajahnya mulus dan kulitnya lembut tampaknya hasil dari perawatan salon mahal.
Bahkan sendal rumah yang dia pakai saja dari brand terkenal, sepertinya ayah dan Ibu tiri Maudy menghabiskan begitu banyak uang untuk gadis yang terpaut usia satu tahun dengan Maudy itu.
Penampilan mereka berdua sangat berbeda jauh, bagai Upik abu dan majikannya. Tatapan perempuan itu sangat merendahkan Maudy, padahal Maudy adalah kakaknya.
"heh, perempuan udik dan kolot, sana masuk, kau dipanggil!" ucap Selena Siloh dengan nada ketus seraya memutar mutar ujung rambutnya.
Dia menatap Maudy dengan wajah sinis, baginya Maudy bukan siapa-siapa, tak sudi dirinya menganggap Maudy sebagai kakak perempuannya karena menurutnya dia dan Maudy berada pada level yang jelas berbeda jauh.
Saat menatap Maudy, betapa syoknya dia melihat jas yang dipakai oleh Maudy.
"wahh... Ini barang branded!! Hanya ada 100 Potong di seluruh dunia!!" ucapnya dengan mata membulat sempurna saat melihat jas yang memang berasal dari merk brand ternama itu.
Dia mendekati Maudy dan menarik jas itu dengan mata membelalak sempurna. Seandainya dia pakai itu ke kampus, Maka orang orang pasti akan menganggap dirinya memiliki pacar kaya raya.
"wahh bagus nih, buatku ya!!" ucapnya dengan nada angkuh. Tak peduli perasaan Maudy.
Selena menatap Jas itu, benar benar asli dari brand terkenal yang hanya mengeluarkan seratus potong jas serupa, itu pun sudah tersebar ke seluruh dunia. Hanya orang kaya yang paling kaya yang sanggup membelinya.
"Kalau aku pakai ke kampus, teman teman pasti akan iri, mereka akan berpikir aku punya pacar kaya raya, hihihi... Ini akan bagus!!" batinnya dengan rencana bodohnya itu.
Bagi Selena dan Ibunya, nilai seseorang itu didasarkan oleh berapa banyak barang branded yang dia miliki, seberapa sering pergi ke salon, dan seberapa banyak uang jajan yang dia kantongi!
Maudy menatapnya dengan tatapan dingin, perilaku Selena memang selalu saja semena-mena pada orang lain dan menganggap dirinya yang paling hebat.
"Jangan menyentuh barang yang bukan milikmu Selena!" ucap Maudy dengan tegas sambil menarik jas itu dengan kasar. Dia tidak akan membiarkan Selena semena-mena terhadap dirinya meski dia harus berhadapan dengan nyonya Ratih yang kejam dan juga ayahnya yang tak punya perasaan.
"Dasar perempuan sinting!!" kesal Selena sambil mengangkat tangannya ke atas.
Sontak Maudy meringkuk ketakutan membuat Selena tersenyum puas. Dia tahu kelemahan terbesar gadis itu, pukulan adalah musuh terbesar yang dapat membuat Maudy ketakutan.
"Hahahahahha..... Hahahhahhaa... Kasihan sekali, kau ketakutan ya!? Dasar perempuan murahan!!" ucap Selena menertawakan Maudy yang meringkuk.
Maudy terdiam, dia dipermainkan dengan traumanya. Tidak tahukah Selena darimana Maudy mendapatkan trauma itu? Semuanya terjadi karena sejak kecil Maudy dipukuli oleh ibu tirinya bahkan ayah kandungnya sendiri kerap memukulnya sampai dia memiliki trauma besar itu.
Di dalam mobilnya, Raven hanya bisa terdiam dengan wajah marah. Jika dia keluar sekarang, dia hanya akan menambah masalah bagi Maudy di kemudian hari.
Di teras itu, Maudy mengepalkan kedua tangannya dengan kuat.
Maudy melangkah masuk ke dalam rumah sambil memeluk jas itu tanpa mempedulikan kata kata jahat Selena yang sudah menjadi makanan Maudy sehari-hari.
Dia melangkah ke dalam rumah dengan tubuh gemetar, di ruang tamu, tampak Tuan Siloh, Nyonya Ratih dan Pak Ando duduk saling berhadapan dengan beberapa lembar dokumen yang sudah ditandatangani oleh tuan Siloh.
Senyuman sinis tampak di wajah nyonya Ratih, sedang tuan Siloh enggan menatap putri kandungnya yang dia anggap sebagai pembunuh mendiang istrinya.
"Maudy segera kemasi barang-barang mu! mulai hari ini kau tidak akan tinggal di rumah ini!" ucap nyonya Ratih dengan angkuh.
Pak Ando menatap keangkuhan perempuan itu yang membuatnya muak. Semua uang yang dia pinjam dari keluarga Christoff dia gunakan untuk membeli barang branded dan perawatan kulit yang mahal.
Lebih besar pasak daripada tiang, kiasan yang sangat tepat menggambarkan nyonya Ratih yang tidak tahu diri.
Berpura pura kaya supaya dianggap orang hebat, tak tahunya semua itu hanya produk khayalannya semata. Yang ada utang menumpuk, kredit barang di mana mana hanya untuk bergaya bak orang kaya berat.
"Ke.. Kenapa Ma!? Maudy tidak punya tempat tinggal, Jagan usir Maudy!! Jangan usir Maudy Ma..."gadis itu langsung menghampiri Nyonya Ratih dan duduk bersimpuh di bawah kaki ya.
"Maudy gak punya tempat tinggal lagi, kumohon maa...." pinta Maudy sambil menangis sesenggukan.
"Kenapa Maudy di usir!? Maudy akan bayar utang utang kalian, Maudy janji, Maudy akan berhenti kuliah dan cari pekerjaan tetap, Maudy akan bayar!!" ucapnya sambil menangis.
"Pa.. Papa Maudy Mohon Pa!!" ucapnya sambil menangis dengan hati yang begitu sedih.
Tetapi tuan Siloh tak bergeming, bahkan enggan menoleh ke arah Maudy. Yang membuat Maudy bertahan di rumah itu adalah rasa hormatnya, rasa sayangnya pada pria yang dia panggil Papa.
Bagi Maudy, sosok tuan Siloh adalah sosok ayah yang sangat menyayangi anaknya meskipun Maudy hanya bisa menonton kasih sayang yang melimpah itu diberikan pada Selena.
Karena dia yakin, suatu saat nanti tuan Siloh juga akan memperhatikannya.
"Diamlah!" kesal nyonya Ratih sambil mencubit lengannya dengan begitu kuat.
"Kau akan segera menikah !" ucap nyonya Ratih.
" Kau akan menikah dengan putra sulung keluarga Christoff!" tukas nyonya Ratih.
Menikah!? Apa lagi ini!? rencana apa lagi yang sedang mereka susun!?
"Jika kau sayang pada Papamu, kau harus berkorban dan menikahi anak sulung keluarga Christoff dan semua utang keluarga ini lunas!" ucap nyonya Ratih.
Maudy gelagapan, dia benar benar tidak mengerti, kenapa hidupnya dipermainkan seperti ini.
"Aku tidak mau!! Pernikahanku adalah hakku dan kebebasanku, kenapa kalian memaksaku!!" tolak Maudy dengan tegas sambil bangkit berdiri.
"Kau hanya ibu tiri ku, kenapa kau mengatur hidupku!!" pekik Maudy tak terima.
Tiba tiba...
Plak!!!!
"Jaga sopan santun mu pada istriku pembunuh sialan!!!" pekik tuan Siloh dengan suara meninggi sambil memukul wajah Maudy dengan kasar.
Bahkan Pak Ando sampai terkejut melihat perlakuan mereka terhadap Maudy.
"Tuan Siloh, kekacauan macam apa ini!? Dan beraninya anda memukul menantu dari keluarga Christoff!!" hardik Pak Ando yang tak bisa menahan rasa marahnya atas sikap semena-mena Keluarga Siloh terhadap seorang gadis lemah.
"Dia putri anda, dari mendiang istri anda, hidupnya juga tak seindah anak dari istri kedua anda, bahkan dia kerap dipukuli! Apa kau juga ayah kandungnya harus menyiksanya seperti ini!? Di mana hati nuranimu!" ucap pria itu tak habis pikir.
Seketika suasana semakin hening. Suara rintikan hujan terdengar sangat jelas, Maudy terdiam gemetaran sedang tuan Siloh menunjukkan ekspresi dingin seraya menatap Maudy.
Nyonya Ratih dan Selena tersenyum puas melihat Maudy tersiksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments