Davina mengamati dengan cermat wajah manis Baby El yang tertidur pulas. Sudut bibirnya tertarik ke atas, tersenyum sukacita. Hatinya begitu damai kala menatap wajah polos Baby El. Beberapa menit yang lalu, Baby El memejamkan mata mungilnya. Tertidur pulas dalam buaian hangatnya.
Berangsur-angsur dan sangat hati-hati sekali, Davina menarik botol susu dari mulut Baby El, sangat takut kalau membangunkan sang keponakan yang baru saja terlelap. Gadis itu bernapas lega, saat berhasil menarik dot bagian atas botol susu tersebut dari mulut Baby El, kemudian meletakkan botol susu itu ke atas meja nakas. Ia melirik jam dinding, menunjukkan angka delapan malam. Satu jam lagi kakak-nya pulang dari kantor.
Kembali Davina menatap lekat sang keponakannya, mengelus kepala Baby El penuh cinta, lalu beralih menciumi kedua belah pipi gembul tersebut. Setelah puas membuat kedua pipi itu memerah, lagi-lagi ia memandangi wajah murni itu tanpa jemu. Perlahan, jemarinya menyusuri lekuk wajah Baby El. Ia mengernyit samar.
Kalau diperhatikan lebih mendetail. Wajah bayi mungil ini, hampir mendekati lima puluh persen mewarisi bentuk wajahnya. Apa karena Baby El memiliki hubungan darah yang kental dengannya---terikat sebagai bibi dan keponakan---hingga mereka berdua seiras. Dibandingkan dengan ibu kandungnya sendiri, kakaknya - Arlana. Tak ada miripnya sama sekali. Aneh
Dan sisa persennya. Davina yakin diwarisi dari pihak ayah Baby El. Terlebih sangat menonjol dari wajah Baby El adalah bentuk matanya. Itu mengapa keyakinannya sangat kuat. Sebab di dalam silsilah keturunan keluarganya, belum ada bentuk mata bulat besar seperti milik Baby El. Sangat bulat, hampir menyerupai mata alien? Atau mata kodok? Davina terkikik geli.
Dari sana pulalah, Davina bisa menelaahnya. Kalau Darrel yang dikiranya selama ini ayah kandung Baby El, salah besar. Semakin yakin, setelah Arlana sendiri menjelaskan pagi tadi, bahwa Darrel tak ada hubungan darah secuilpun dengan Baby El.
Lalu, siapa pria bejat itu? Yang teganya menghamili kakaknya, lalu mencampakkannya dengan kejam, tanpa bertanggung jawab dengan menikahinya.
Davina tak habis pikir, bagaimana bisa kakaknya jatuh ke dalam pelukan pria misterius itu.
Dibandingkan dengan pria bejat itu, Davina lebih menyukai Darrel sebagai kakak iparnya. Pria itu sangat baik sekali terhadap keluarganya. Sayang, hubungan keduanya kandas di tengah jalan. Kendati demikian, Darrel tetap menjaga hubungan baik dengan mereka sampai sekarang.
"Vina ... bisakah kau angkat teleponnya sebentar, Nak?"
Suara lembut ibunya dari dapur perlahan mengalun di telinga gadis itu. Mengenyahkan perhatiannya menelisik wajah Baby El layaknya seorang detektif.
"Yes, Mom. I'm coming." Davina menyahut. Segera keluar dari kamarnya, menuruni satu persatu anak tangga dengan langkah lebar menuju ruang tamu. Di mana dering nyaring---bagai suara nenek tua berteriak lantang---itu bersumber dari pesawat telepon rumah dengan model kuno jaman dulu itu terletak.
Suara memekakkan telinga itu seketika berhenti, bersamaan Davina mengangkat gagang antik tersebut. Sesekali sosok manis ini menghalau tangan mungil Baby El - ingin ikut memegang gagang tersebut. Barusan saja bayi manis ini terbangun karena nyanyian nyaring telepon kuno itu. Jadi, Davina memutuskan untuk membawanya daripada ditinggalkan sendirian di kamar.
"Hallo?!"
"Vina?"
Senyum tipis mengembang di wajah manis Davina, saat mengenali suara berat di seberang telepon. Darrel, pria yang gagal jadi calon kakak iparnya. Sekilas Davina sempat mengerutkan dahi kala mendengar deru napas tak beraturan dari mulut Darrel.
"Ada apa, Kak?" tanya Davina ikut cemas, walau dia tidak melihat secara langsung apa yang sedang dialami pria di seberang sana.
"Untunglah kau yang mengangkatnya ..."
Davina menaikkan sebelah alisnya bingung. Telinganya dengan jelas menangkap sosok di seberang telepon menarik napas berat - sebelum melanjutkan ucapannya.
"...katakan pada Aunty dan Uncle. Kalau ... Lana mengalami kecelakaan, sekarang dia berada di rumah sakit Internasional Kanada ..."
Bersamaan dengan dering panjang telepon yang terputus secara sepihak itu, mendadak telinga Davina berdenging nyaring - seakan ada ribuan lebah mengerubungi sekitarnya. Pertanda firasat buruk akan segera terjadi.
*This Is Your Baby*
Tubuh Davina mengejang seketika. Kakinya terpancang kaku di atas lantai marmer putih kotak-kotak itu. Dirinya sudah tak sanggup lagi melangkah - walau sejengkal pun. Hanya mampu berdiri mematung diambang pintu ruang observasi intensif. Baru beberapa menit yang lalu Arlana keluar dari ruang operasi.
Iris coklatnya menatap nanar sosok kakaknya. Kini, pernapasannya dibantu dengan mesin ventilator, terhubung bersama respirator yang melekat di mulutnya. Ada mesin ECG monitor yang memantau detak jantungnya. Detakan itu semakin lama kian lemah.
Memperhatikan alat-alat tersebut, kembali mengingatkannya akan kondisinya sendiri seminggu yang lalu. Sama persis dengan yang dialami kakaknya saat ini. Entah mengapa, melihat alat-alat tersebut menjadikannya trauma tersendiri. Tubuhnya menggigil seketika, takkala ingatan lainnya ikut menyempil dan memaksa masuk. Menerobos ganas akan memorinya selama dua tahun belakangan ini yang tak dia ingat lagi sama sekali.
Sekelumit bayangan aneh, beberapa sosok misterius berwajah topeng jahat tertawa-tawa hina pada dirinya. Berputar-putar dalam benaknya, seakan bersenang-senang di atas penderitaannya selama ini.
Siapa mereka?
Apa hubungan dirinya dengan orang-orang jahat tersebut?
"Hiks, Lana!"
Pekikan histeris ibunya di samping kembali membuat Davina tersadar. Menghancurkan kepingan-kepingan memori aneh di kepalanya, menjadi bagian-bagian tak jelas untuk diingat kembali saat ini.
Davina menatap hampa pada kedua orang tuanya. Mereka sangat shock melihat putri mereka terkapar tak berdaya di atas ranjang. Bahkan ibunya, sempat pingsan berkali-kali mendengar kabar mengejutkan itu.
Baru seminggu yang lalu, kedua orang tuanya mendapatkan kabar tak kalah menegangkannya. Mendengar kabar putri kedua mereka kecelakaan. Kini, putri pertama mereka juga mengalami hal yang sama. Sungguh miris kehidupan mereka jalani saat ini. Mengapa nasib malang selalu menimpa mereka, terlebih untuk putri mereka yang polos, dan tak tahu apa-apa akan kejadian yang dialaminya selama ini.
"Vina ..." panggil suara lemah Arlana di balik alat respirator, mengejutkan semua yang hadir dalam ruangan ini. Pancarannya menyayu, seakan memberi kode pada sosok gadis berwajah manis itu untuk mendekat padanya.
"Kak Lana ..." lirih Davina dengan bibir gemetaran. Berangsur-angsur mendekati ranjang tersebut.
Davina duduk di sisi Arlana dengan menggenggam erat tangan pucat itu. Sementara jantungnya kian berpacu cepat bagai roller coaster yang menukik tajam. Hatinya sesak, seakan tak ada oksigen lagi untuk dihirupnya saat ini. Lagi, dia merasakan firasat sangat buruk akan terjadi pada Arlana - kakaknya. Sedangkan kedua orang tuanya, semakin menangis terisak-isak sangat keras.
"Vina, Baby El ...."
"Ya? Ada apa dengan Baby El, Kak?" tanya Davina serak, irisnya menatap Baby El dalam gendongan ayahnya. Sementara bayi itu menatap bingung pada orang-orang di sekitarnya. Berkerumun mengelilingi Arlana.
Mata Davina kembali beralih menatap pancaran mata kakaknya, kian lama kian redup, tak ada tanda cahaya kehidupan di dalamnya. Didekatkan telinganya ke mulut Arlana. Di mana wanita itu memberi kode, agar lebih mendekat lagi padanya di tengah suaranya kian tenggelam - terkalahkan oleh suara mesin ECG monitor. Semakin menunjukkan pergerakan jantungnya tak beraturan, naik turun dengan drastisnya.
"Vina ... bi-bila kau ingin tahu ... si-siapa ayah kandung Baby El. Da-datanglah ke rumah keluarga Archielo ...."
Bersamaan kalimat panjang terbata-bata itu selesai diucapkan. Jiwa yang baik itu pergi meninggalkan raga kakunya, diiringi derai tangis kesakitan - sangat tidak rela akan kepergiannya.
Tubuh pucat itu kini menyisakan sebuah wasiat akan rahasia siapa Baby El untuk Davina. Sosok yang berperan penting akan hadirnya Baby El ke dunia ini. Menyumbangkan sperma-nya, hingga terbentuklah bayi mungil nan lucu di keluarganya. Menyisihkan sejumput tanya akan sosok pria misterius dalam benak Davina pada salah satu anggota keluarga Archielo.
Siapa pria itu?
Jangan lupa guys, kakak-kakak yang cantik & ganteng, adik-adik yang emes 😍, kasih like, vote dan komentarnya biar semangat nulis ceritanya 🤗😉, oke 👍.
Sampai jumpa lagi di next chapter 🤗💜💜.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Amira Fara
baca untuk ke 2 kali.. selalu suka❤
2021-10-28
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
baby El anak Davina tp di balik itu semua ada kisah yg buat ortu dan Lana rahasiain ke Davina🤔🤔🤔🤔
2021-06-20
0
fhaika
dari detail awal cerita sudah terbaca bahwa baby El anak Davina..
2021-05-18
0