Pamanku Yang Gatal
"Sudah siap, Lexa?"
Seorang gadis berambut coklat menoleh menatap kesumber suara. Di sana, tepat di depan pintu kamarnya Ariane–sang Ibu memperhatikannya dengan senyum tipis di bibirnya.
Alexa menutup kopernya. Telihat sekali raut wajah tidak bersemangat dari gadis itu. Menghela napasnya Alexa berucap.
"Lexa tidak apa-apa tinggal di rumah sendiri, mom."
Itu kalimat yang sudah berulang kali diucapkannya. Ariane masuk lebih dalam menghampiri anaknya. Wanita itu duduk di samping Alexa yang kini sudah membuang pandangannya ke luar jendela kamar.
"Mommy akan khawatir, sayang." Ariane memegang tangan Alexa, berharap anaknya itu akan luluh."Hanya 3 minggu setelah urusan mommy selesai kita bisa tinggal sama-sama lagi," lanjutnya memberi senyum pada Alexa agar gadis itu yakin akan ucapannya.
"3 minggu tidak lebih."
Mobil berhenti di halaman rumah besar. Alexa turun mengikuti Ariane yang sudah lebih dulu keluar dari dalam mobil. Berkali-kali ia memantapkan hatinya agar sedikit bisa menerima kepindahannya sementara waktu. Namun tetap saja, di dalam hatinya Alexa tidak suka jika harus beradaptasi lagi meski hanya untuk sementara waktu.
Ia memandang bangunan di depannya. Rumah yang lebih cocok disebut mansion dengan gaya eropa bercat yang di dominasi hitam dan putih. Sebesar apa pun tempat yang akan ia tinggali. Jika hatinya tidak nyaman maka itu tidak mampu merubahnya.
Alexa menyusul langkah Ariane yang sudah sampai pada pintu masuk rumah. Bersamaan dengan dirinya yang tiba tepat di samping Ariane. Seorang pria dengan kaos polos dan celana bahan terlihat menghampiri mereka.
"How are you, sis?"
"Selalu baik-baik saja," jawab Ariane tersenyum lebar lalu menyambut pelukan pria di depannya.
"My niece?"
"Iya, ini Alexa anak aku dan keponakan kamu. Dia yang akan tinggal di sini."
Alexa sebisa mungkin menarik bibirnya agar membentuk senyuman. Ia masih tahu caranya bersikap sopan santun dengan seseorang yang lebih tua. Setidaknya tidak terus memasang wajah masam adalah salah satu ia menghormati pemilik rumah.
"Aku sudah kenal dia, kak. Jadi tidak perlu mengenalkannya ulang." Ariane terkekeh mendengar itu."Sudah lama tidak bertemu, siapa tahu kamu lupa."
"Tidak."
Ariane menarik Alexa pelan untuk semakin dekat padanya."Lexa, kamu pasti sudah lupa dengan unclemu ini."Merasa yang dikatakan Ariane memang benar. Ia mengangguk, dirinya memang tidak ingat siapa pria yang kini berdiri di hadapannya.
"Ini uncle Darrel, paman kamu dari daddy. Paman Darrel ini adik dari daddy kamu." Alexa mendengarkan penjelasan Ariane."Uncle Darrel belum lama tinggal di sini, dulu uncle Darrel tinggal jauh dari kita itu alasan kenapa kamu tidak mengenalnya, terakhir bertemu waktu Alexa umur 6 Tahun ya Rel, benar?"
Darrel mengangguk."Iya, tapi aku tidak lupa sama Alexa, keponakan aku," katanya jujur.
Sedangkan Alexa hanya diam tidak tahu harus ikut mengisi percakapan seperti apa. Tapi yang ia tahu, dirinya memang tidak mengingat siapa sosok Darrel, bahkan merasa pernah bertemu pun rasanya tidak.
"Aku tidak bisa lama-lama, Darrel. Aku titip Alex sama kamu ya."
"Tidak perlu khawatir, kak. Alexa aman bersama aku."
Ariane bernapas lega mendengarnya. Wanita itu beralih menatap anaknya yang berada di sebelahnya. Ariane menangkup wajah Alexa lalu memasang senyum terbaiknya.
"Mommy pergi ya, jaga diri kamu dan nurut kata uncle Darrel."
"Kabarin Lexa terus mom, Alexa tetap lebih penting kan dari pada kerjaan mommy yang menumpuk itu?" Ucapan gadis itu membuat Ariane tersenyum semakin lebar.
"Tentu."
Kecupan di kedua pipi Alexa menjadi salam perpisahan keduanya. Mobil Ariane pergi meninggalkan halaman rumah. Alexa menghela napasnya menyadari bahwa kini ia jauh dari mommy-nya.
"Kamar kamu ada di lantai dua, Alexa. Ikut dengan Anna biar dia yang antarkan kamu."
Usapan pelan di kepalanya Alexa dapat dari Darrel. Hanya senyum tipis yang bisa ia lihat dari wajah unclenya itu. Setelahnya Darrel berlalu meninggalkannya. Alexa tidak tahu apa hidup 3 minggu di rumah ini akan menyenangkan, sebab ia juga tidak tahu banyak bagaimana sifat unclenya sendiri. Namun ia tidak ingin memikirkan nasibnya di rumah ini lebih jauh. Alexa memilih mengikuti langkah seorang pelayan rumah yang akan mengantarkannya ke dalam kamar barunya.
...
Baru 2 jam kepergian Ariane. Tapi kini Alexa sudah berkali-kali mengirim pesan pada mommy-nya itu. Ia tidak tahu harus melakukan apa di tepat tinggalnya yang baru. Sedari tadi ia hanya bisa berdiam diri di dalam kamar. Ingin keluar namun ia yakin dirinya juga tidak tahu harus kemana di rumah yang besar ini.
Beberapa jam lagi waktunya makan siang. Alexa tidak tahu apa dirinya akan di kasih makan oleh pamannya itu. Tapi sepertinya pria itu tidak sekejam yang ia pikirkan. Mana mungkin Darrel akan menelantarkannya begitu saja.
Alexa tersenyum menatap layar ponselnya saat mendapatkan balasan dari Ariane. Mereka tidak pernah berpisah seperti ini. Jadi untuk Alexa ini hal baru yang sebenarnya cukup sulit untuknya. Hampir 4 tahun tinggal hanya dengan Ariane membuat Alexa begitu bergantung pada wanita itu. Makanya ia keberatan saat tahu mommy-nya harus melakukan perjalanan keluar negeri untuk pekerjaannya.
Mungkin kalau daddy-nya masih ada. Ariane pasti tidak perlu bekerja sekeras ini untuk menghidupi Alexa. Meletakkan kembali ponselnya setelah memberi balasan pada pesan Ariane. Alexa berjalan membuka pintu saat seseorang mengetuknya.
"Tuan Darrel menyuruh nona siap-siap untuk makan siang."
Sepeninggalan Anna–wanita yang tadi juga mengantarnya ke dalam kamar. Alexa mulai turun melewati anak tangga. Di lantai bawah tepat di meja makan Darrel sudah duduk di atas kursi.
"Makan yang banyak, Alexa. Kalau menu-menu di sini tidak ada yang kamu suka sampaikan pada pelayan agar menggantinya."
"Tidak, om--,"
"Not om, but uncle."
Alexa mengangguk saat Darrel memandangnya memberi peringatan."Tidak perlu, uncle. Makanannya sudah cukup," katanya melanjutkan kalimat yang sempat terpotong.
"Kalau begitu nikmati semua yang ada, selamat makan."
Suasana di meja makan begitu hening. Kini yang dirinya pikirkan, apa Darrel benar tinggal sendiri. Sebab sampai acara makan siang keduanya selesai. Tidak ada siapa pun yang ikut bergabung di meja makan. Hanya Alexa dan pria itu yang menikmati makan siang. Ia lupa bertanya pada Ariane tentang Darrel lebih jauh.
Alexa meminum air putih sebagai penutup dalam kegiatan makannya. Ia tetap diam di meja makan karena saat ini unclenya juga belum terlihat bangkit dari duduknya. Jika ia pergi meninggalkan meja makan, sudah jelas ia akan dinilai tidak sopan oleh Darrel.
"Ada yang ingin ditanyakan, Alexa?"
Ia mengangkat kepalanya dan menatap Darrel yang juga sedang memandangnya. Alexa diam sejenak saat pertanyaan itu terlontar kepadanya. Apa raut wajahnya sangat terbaca kalau dirinya sedang bingung sampai Darrel mengeluarkan pertanyaan itu padanya. Tidak ingin terus bertanya-tanya di dalam hati tanpa dapat jawaban. Alexa memberanikan diri mengeluarkan suaranya.
"Uncle tinggal sendiri?"
Beberapa detik tidak ada jawaban. Alexa harap-harap cemas apa pertanyaannya salah.
"Mommy kamu tidak memberi tahu?" Gelengan di kepala Alexa membuat Darrel tersenyum."Ya, uncle tinggal sendiri dan belum menikah," jawabnya.
"Tapi sekarang sudah ada kamu, jadi sudah tidak sendiri lagi."
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments